Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 22


                                    22 BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006BERITA UTAMAZaytun ini dimulai 1 Juli 2002.Dibukanya program ini bersamaandengan program peningkatan kualifikasidan pascasarjana di bidang pendidikanyang bekerja sama dengan UniversitasPendidikan Indonesia (UPI). Latar belakang pembentukan program ini, antaralain tertulis bahwa Al-Zaytun sebagaiinstitusi pendidikan umat sesuai denganmotto “Al-Zaytun Pusat Pendidikan danPengembangan Budaya Toleransi SertaPengembangan Budaya Perdamaian”menjadikan segala aktivitasnya selalumemasukkan unsur pendidikan baik formal maupun informal. Begitu pula akitivitas pembangunan yang sedang dilaksanakannya.Hal ini berkaitan dengan percepatanpembangunan fisik Al-Zaytun, yang menjadikan kebutuhan tenaga terampil danterdidik semakin besar. Tak hanya untukmenempati posisi manajer proyek didalam lingkungan Al-Zaytun tapi jugauntuk penyebaran Al-Zaytun di seluruhIndonesia. Untuk menjawab itu P2T2 inidimulai.Rekrutmen mahasiswa dilaksanakansetiap tahun yang berasal dari karyawanpembangunan di berbagai unit pembangunan yang ada di Al-Zaytun. Hinggasaat ini sudah berjalan 4 (empat) angkatandengan jumlah mahasiswa lebih dari 80orang. Program studi yang ditempuhsebesar 76 SKS yang dibagi dalam 4 semester. Satu SKS ekuivalen dengan 60 menittatap muka dengan dosen dan 2 x 60 menitpraktik di lapangan atau laboratorium.Serta 1 x 60 menit kegiatan belajar mandiriterprogram.Jadi, pendidikan ini setingkat denganstrata Diploma 2 (D2). Namun demikianmenurut Ir. Asrur Rifa dan Ir. BambangAbdul Syukur, yang ikut membidani program ini, konsepnya berbeda dengan program teknik D-2 yang diselenggarakanoleh berbagai perguruan tinggi. Dari segikurikulum, kurikulum P2T2 disusunberdasarkan hajat pemahaman teknikseorang manajer lapangan yang bisamenguasai keseluruhan tahapan suatuproyek pembangunan.“Seorang manajer lapangan yang memiliki gambaran utuh mengenai suatubangunan yang di dalamnya memangminimal ada empat disiplin ilmu: mekanikal, elektrikal, sipil, dan arsitektur,” kataIr. Asrur Rifa. Selama ini, katanya, dalamsebuah proyek bangunan sering terjadiketidaksinkronan dalam perencanaanjalur-jalur elektrikal, mekanikal terhadaprancangan sipil dan arsitektur.”“Seringterjadi rebutan lahan,” tambahnya.Hal senada dikemukakan Ir. BambangAbdul Syukur, dalam pendidikan teknik -termasuk politeknik - pada umumnyamasih belum integral. Pendidikan teknikarsitektur misalnya yang umumnya lebihmengkhususkan diri pada desain bangunannya tapi melupakan kelengkapannya seperti mekanikal, elektrikal, dansistem sipil yang ada di dalamnya sehinggatidak dipahami secara detail oleh paraarsitek pada umumnya. “Inilah bedanyadengan P2T2. Di sini seorang arsitekdiharapkan tidak hanya memahami sipil,mekanikal, dan elektrikal secara umumtapi memiliki pemahaman yang terpadudan pemahaman dasar yang cukup detaildari empat bidang keilmuan tadi,” ujarinsinyur yang alumnus Teknik ArsitekturITB ini.Dengan demikian, arsitek yang dihasilkan akan mampu mengakomodasisemua aspek. Mereka pun akan lebih
                                
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26