Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006 31Ny. Sari (44) tampak ceriatatkala melihat sangbuah hati yang masih duduk di kelas I Madrasah Ibtidaiyah, berlarian kecil menujulapangan olahraga. Sementaradi depan sang adik yang belummasuk sekolah rewel minta ikutkakaknya. Ibu dari lima anak iturupanya sosok yang betul-betulmemperhatikan sekolah bagianak-anaknya. Keempat anaknya sekolah di Al-Zaytun.Anak pertamanya kini sudahduduk di Universitas mengambil jurusan Pertanian. Keduadi Madrasah Aliyah, ketiga diMadrasah Tsanawiyah dan yangkeempat di Kelas I MadrasahIbtidaiyah. Sedangkan si bungsu kini belum masuk sekolah.Sari yang tinggal di Pasar Rebo Jakarta Timur itu, mengaku mulai mondok di AlZaytun sejak anaknya masuk sekolah. Selama itu pula dia tidak pernah pulang keJakarta, meski jarak tempuh Jakarta-Indramayu hanya membutuhkan waktu 4-5jam perjalanan.Dia mengaku dulu sewaktu almarhum suaminya masih hidup, mereka membukausaha dagang sembako. Kini usahanya dipercayakan kepada keluarganya yang laindan dia tinggal menerima hasilnya saja setiap bulan. Hasil itulah yang dipakainyauntuk menyekolahkan anak-anaknya. “Anak-anak saya sekolah di sini semua. Kalausekolah di luar mungkin biayanya tak bisa saya jangkau. Mutu pendidikannya punterjamin dan pergaulan anak terkontrol,” ujarnya.Dia tak pernah merasa jenuh tinggal di lingkungan di mana anaknya belajar.Disiplin yang ketat dan rutinitas kegiatan sehari-hari anak-anaknya bisadipantaunya dengan baik. “Saya akan bawa anak-anak pulang ke rumah liburannanti. Sambil mengurus kembali usaha yang sudah beberapa saat saya tinggalkan,”ujarnya. Sekelumit pengorbanan seorang ibu, demi masa depan anak-anaknya,ketika sang ayah telah menghadap Sang Khalik. ■ SB, AMnunggui anak-anak mereka. “Nanti sayabisa menitipkan anak saya pada orangtuasantri lain yang giliran menunggui,”tambah Herlina.Dengan cara saling bergiliran untukmenunggui anak-anaknya yang masihduduk di MI itu, para orangtua merasalebih tenang meninggalkan anaknya untukmondok di Al-Zaytun. Bukan itu saja, Ny.Herlina mengakui dengan cara seperti itu,orangtua santri satu dengan lainnyamerasa tambah saling mengenal dansemakin erat hubungannya. Anak-anakjuga merasa tenang karena ada orangtuamereka yang menunggui saat belajar.Kedekatan hubungan ini bukan sajadengan sesama santri, tapi juga dengancivitas akademika di Al-Zaytun. Sebab, disela-sela anak-anak mereka belajar, mereka juga membantu di dapur dan kantinAl-Zaytun. Jadi, semangat kekeluargaanseperti inilah yang ingin diciptakan AlZaytun dengan para orangtua wali murid.Mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyahini selain berpedoman pada kurikulumPendidikan Nasional, Kurikulum Departemen Agama, juga muatan lokal Al-Zaytun.Saat ini santri Madrasah Ibtidiyah AlZaytun berjumlah 2.342 orang.Ikut Mondok Demi Keempat AnaknyaDaftar Siswa Madrasah IbtidaiyahAl Zaytun 2005-2006Sumber data : MI Al ZaytunMereka belajar dari hari Senin hinggaJum’at. Beberapa wali santri yang ditemuiBerita Indonesia mengaku, puas menyekolahkan anaknya di MI Al-Zaytun. Sebabselain biayanya terjangkau, keamanananak juga terjamin dan mutu pendidikannya pun sangat baik. Makanan anakterkontrol nilai gizinya. ■ SB, ADIbu Sari, wali santri yang ikut mondokSuasana di dapurKelas Rizal Nisa JumlahI 227 222 499II 255 333 488III 196 169 365IV 179 156 335V 201 172 373VI 140 142 282Jumlah Total 1.248 1.094 2.342
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35