Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 64


                                    64 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006BERITA LINGKUNGANKala Kemarau Tak Kunjung UsaiMelacak Anak-anak RhinoKekeringan yang terjadi di banyak daerahmenyebabkan banyak bendungan surutgagal panen dan kesulitan air.usim kemaraumenghambatpertumbuhanpadi jenis Ciherang yang ditanam di lahanrawa dan lebak di KabupatenHulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Demikian dilaporkan Kompas, 1 September2006. Para petani mengakui,perubahan iklim yang ekstremmembuat mereka terlambatmenanam padi sehingga tanaman terjebak musim kemarauyang kering saat usia padimasih amat muda.Sejumlah petani di Kecamatan Sungai Pandan, KabupatenHulu Sungai Utara, memperkirakan produksi padi mereka bakal menurun tahun ini akibatkekeringan tersebut. Kekeringan di Hulu Sungai Utara kaliini cukup parah. Parit dan beberapa anak sungai sudah mulai mengering. Pada Mei-Junilalu, areal tersebut justru tergenang menjadi danau besar.Di Desa Tapus, KecamatanSungai Pandan, sebagian lahan padi rawa dan lebak terpaksa dibiarkan telantar. Dibagian lain, padi telah mulaimengering dan tanahnya punsudah mulai pecah-pecah.Perkiraan panen musim iniagaknya meleset.Kalaupun bisa dipanen, produksinya menurun. Di samping itu, air bersih untuk keperluan sehari-hari warga jugakini mulai sulit diperoleh warga. Untuk mendapatkan airbersih, warga harus memasangsendiri pompa dengan pipa sedalam 15 meter atau lebih.Sampai saat ini belum adabantuan pompa dari pemerintah.Kondisi pertanian di lahanrawa dan lebak KabupatenBanjar juga sama. Banyakpetani yang musim ini gagaltanam karena lahan merekamengering dengan sangat cepat seperti yang dialami parapetani Kecamatan MartapuraBarat.Sementara itu, Kompas jugamemberitakan bahwa kemarautelah menyebabkan lima bendungan di Jawa Tengah kekurangan air, yakni bendunganPecangan (Jepara), Bang (Demak), Tirto (Grobogan), Babadan (Rembang), dan Mursapa (Blora). Selain itu, Bendungan Temon (Wonogiri),Bonggo (Sragen), Trani (Karanganyar), dan Watubarut(Kebumen) kritis karena ketersediaan air jauh lebih rendahdibandingkan kebutuhan.Sementara volume air diwaduk besar, seperti Kedungombo, Wonogiri, Wadaslintang, Sudirman, Malahayu,dan Cacaban, kini lebih rendahdibandingkan dengan volumeyang direncanakan.Pihak PLN Wilayah Sulawesi Selatan dan SulawesiTenggara kembali melakukanpemadaman bergilir di Sulawesi Selatan sejak Selasa (29/8) karena PLTA Bakaru kiankritis akibat kemarau. Pembangkit lain yang menggunakan gas dan bahan bakar minyak juga terbatas karenakuota dan mesin yang sudahtua.Sementara itu Koran Tempo, 1 September 2006, memberitakan kekeringan mulaimelanda lahan pertanian diKabupaten Tapanuli Selatan,Sumatera Utara. Kekeringanterparah menimpa persawahan di Kecamatan PadangBolak dan Portibi.Kekeringan di Jawa Barattelah meluas mencapai areal118 ribu hektar dan mengancam 42 ribu hektar sawahlainnya. Demikian dilaporkanMedia Indonesia. Kerugianpetani akibat kekeringan dangagal panen mencapai Rp 703miliar. Kekeringan sudah terjadi di 420 kecamatan di 21kabupaten di Jawa Barat. Kerugian itu dihitung dari gagalpanen akibat sawah puso seluas 41.807 hektar yang berpotensi menghasilkan sekitar407.000 ton gabah keringpungut (GKP).Kekeringan terparah menimpa Indramayu dan Cirebon, yang mengandalkan pengairan dari waduk irigasi. DiIndramayu, kekeringan melanda kawasan seluas 35 ribuhektare sawah, dan Cirebon 17ribu hektare serta KabupatenBandung 10 ribu hektare.Dinas Pertanian Jabar sudah melakukan upaya membantu para petani denganmemberi ganti bibit padi. Sementara pompa air juga sudahdikerahkan ke wilayah yangdilanda kekeringan. „ RHKetika tim survei dari Taman Nasional UjungKulon (TNUK), WWF dan masyarakat setempatmenemukan jejak kaki seekor badak kecil, Julilalu, hal itu sungguh membesarkan hati. Jejakkaki salah satu anak badak pertama kaliditemukan oleh Tim Survei I, 24 Juli 2006, denganukuran telapak 16-17 cm. Keesokannya timmenemukan lagi jejak kaki berbeda di lokasi lain.Pada hari yang sama, demikian diberitakanKompas, 4 September 2006, Tim Survei II melihatlangsung seekor anak badak yang diidentifikasiberjenis kelamin betina bersama induknya. Timyang sama juga menemukan jejak kaki badakkeempat pada 26 Juli 2006.Tim survei meyakini telah menemukankelahiran empat anak badak, berdasarkan jaraklokasi penemuan yang cukup berjauhan sertaukuran tapak kaki yang berbeda. WWF dan Balai TNUK masih berupaya mendapatkan foto bayibadak itu melalui kamera intai (camera trap).Lahirnya generasi penerus satwa langka itumemang diberitakan di berbagai media, karenamerupakan suatu peristiwa yang langka. Sepertidikutip Koran Tempo, 1 September 2006, PetugasJagawana Taman Nasional Ujung Kulon, EnjadSudrajat, membenarkan empat bayi badak lahirdalam kurun waktu 18 bulan.Tim Jagawana Balai Taman Nasional UjungKulon dan masyarakat setempat menemukantanda-tanda keberadaan bayi badak saat surveisetelah gempa bumi mengguncang beberapadaerah di pulau Jawa termasuk Banten pada Juli2006 lalu.Populasi badak jawa di seluruh dunia diperkirakan tak lebih dari 60 ekor. Populasi terbesarberada di TNUK, berkisar 26-58 ekor, dengan nilaitengah 42 ekor (2000). Survei dengan metodepenghitungan jejak tahunan menunjukkanpopulasi antara 50-60 ekor. „ RHMMusim panen meleset tahun ini. foto: berindo wilson
                                
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67