Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 63
BERITAINDONESIA, 2 November 2006 63BERITA MANCANEGARApedagang perhiasan logam mulia. Ayahnya selalu mendorong Yunus dan saudaranya untuk belajar, bepergian, dan mempelajari hal-hal baru. Ibunya, Sufia Khatun,hanya mengecap pendidikan kelas 4sekolah dasar. Namun, ibunya adalahseorang wanita cerdas. Yunus mengenangketika ibunya membacakan puisi, menuturkan cerita-cerita dengan lancar.Pendidikan dasar Yunus dimulai di sekolah dasar Baluardighi, Chittagong, danmeraih juara pertama. Saat duduk di kelas4 sekolah dasar, salah satu guru menyarankan Yunus bersekolah di Sekolah Menengah Inggris (Middle English School),sekolah ternama di Chittagong untukkelas 5 dan 6. Ia pergi ke sekolah itu atasinisiatif sendiri. Sekolah itu, setelahmelihat nilai Yunus, langsung menerimanya. Di sekolah baru, Yunus sekelas dengan anak-anak pejabat dan pengusahaChittagong. Ia sempat gugup denganlingkungan elite itu. Di sekolah baru itu,Yunus meraih berbagai hingga duduk dikelas 10, setara kelas 1 SMA. Pada pelajaran ekstrakurikuler, Yunus pun istimewa.Ia menjadi salah satu dari 25 anggota timkepanduan sekolahnya. Ia dikirim keJambore se-Pakistan pada tahun 1952. Iakemudian ditunjuk menjadi wakil timJambore sekolahnya ke Kanada.Pada tahun 1957, ia memasuki Universitas Dhaka dengan mengambil jurusanseni, di saat orang lain bercita-cita menjadi insinyur dan dokter. Akan tetapi, iaterbukti berbakat sebagai sutradara danhasil karyanya dipuji. Lalu, Yunus mengambil kursus matematika dan ekonomi,kemudian meraih sarjana muda dari Universitas Dhaka pada tahun 1960, dansetahun kemudian menjadi sarjana penuh. Ia seperti orang yang gelisah. Sembari belajar, ia ingin memulai bisnis percetakan dan kemasan. Ayahnya tak setuju.Lalu, ia belajar ke Pakistan Barat, mendalami perusahaan serupa. Balik ke Chittagong, ia mendirikan perusahaan dansukses. Saudaranya meneruskan bisnisitu. Yunus kemudian belajar ke VanderbiltUniversity, Nashville, Tennessee, AmerikaSerikat. Sebenarnya ia ingin bersekolah keLondon School of Economics. Namun,beasiswa dari Vanderbilt University membuatnya pergi ke AS dan meraih gelar doktor pada tahun 1970. Saat berada di AS, iamenjadi aktivis mahasiswa yang mendukung pemisahan Banglades dari Pakistan.Walau bisa hidup tenang dan makmur diAS, dari kegiatan dosen di Tennessee StateUniversity, Murfreesboro, Yunus bertekadbulat kembali ke Banglades, yang saat itusudah merdeka dari Pakistan.Kiprah Yunus memberdayakan kaumpapa dimulai sejak tahun 1974. Ketika itu,sebagai profesor ekonomi di UniversitasChittagong, dia memimpin para mahasiswa untuk berkunjung ke desa-desamiskin di Banglades. Betapa kagetnyaYunus ketika dia menyaksikan wargamiskin di desa-desa berjuang lolos bertahan dari kelaparan yang melandanegara itu dan telah menewaskan ratusanribu orang. Selanjutnya, sebagai akademisi, Yunus pun merasa berdosa. “Ketika banyak orang sedang sekarat di jalanjalan karena kelaparan, saya justru sedangmengajarkan teoriteori ekonomi yangelegan,” kata Yunus.“Saya mulai membenci diri saya sendirikarena bersikap arogan dan menganggapdiri saya bisa menjawab persoalan itu(kemiskinan). Kami profesor universitassemuanya pintar, tetapi kami sama sekalitidak tahu mengenai kemiskinan di sekitarkami. Sejak itu saya putuskan kaum papaharus menjadi guru saya,” tambahnya.Dari perasaan bersalah itu, ia mulai mengembangkan konsep pemberdayaankaum papa. Filosofi yang dia bangun adalah bagaimana membantu kaum miskinagar bisa mengangkat derajat merekasendiri. Dia tidak ingin memberi ikan, melainkan memberi pancing kepada kaumpapa untuk mencari ikan sendiri.Tekad Yunus semakin bulat setelah mengetahui seorang ibu perajin bambu bernama Sufia Begum bolak-balik berutangkepada tengkulak untuk mendapat modalmembuat bangku dari bambu. Sufia yangtinggal di desa Jobra dekat UniversitasChittagong meminjam uang 5 taka ataukurang dari Rp 850 untuk setiap bangku.Namun, dia harus mengembalikan utangtersebut berikut bunganya sebesar Rp184. “Saya berkata pada diri sendiri, ohTuhan, hanya karena lima taka dia menjadi budak. Saya tidak mengerti mengapamereka harus menjadi begitu miskinpadahal mereka bisa membuat barangkerajinan yang bagus,” kata Yunus.Untuk membantu Sufia dan temantemannya sesama perajin, awalnya Yunusmerogoh koceknya sendiri sebesar 27 dollar AS. Saat itu, dia begitu yakin bahwajika orang miskin diberi akses kreditseperti yang diberikan kepada orang kaya,mereka pasti bisa mengelolanya denganbaik. “Berikan itu (kredit) kepada orangmiskin, mereka akan bisa mengurusdirinya,” katanya. Keyakinan Yunus tidakmeleset. Program kredit mikro yangdigulirkannya terus berkembang.Dua tahun kemudian, Yunus mulaimengembangkan program kredit mikrotanpa agunan untuk kaum papa yangtidak dapat mengakses pinjaman bank.Program ini menjadi semacam gugatanYunus terhadap ketidakadilan dunia terhadap kaum miskin. “Mengapa lembagakeuangan selalu menolak orang miskin?Mengapa informasi teknologi menjadi hakeksklusif orang kaya,” tuturnya.Tahun 1983, Yunus mentransformasilembaga kreditnya menjadi sebuah bankformal dengan aturan khusus bernamaGrameen Bank, atau Bank Desa dalambahasa Bengali. Kini, bank ini memiliki2.226 cabang di 71.371 desa. Hebatnyalagi, modal bank ini 94 persen dimilikinasabah, yakni kaum miskin, dan sisanyadimiliki pemerintah. Bank tersebut kinimampu menyalurkan kredit puluhan jutadollar AS per bulan kepada 6,6 juta wargamiskin yang menjadi peminjamnya.Sebanyak 96 persen nasabah bank iniadalah kaum perempuan.Untuk menjamin pembayaran, GrameenBank menggunakan sistem yang dinamakan ‘grup solidaritas’. Kelompok kecilbersama-sama mengajukan pinjaman dimana di dalamnya terdapat anggota yangbertindak sebagai penjamin pembayaran.Pinjaman ini mirip dana bergulir, di manaketika satu anggota telah berhasil mengembalikan pinjaman, akan digunakanoleh anggota lainnya. Grameen Bank kemudian memperluas cakupan pemberiankreditnya dengan memberikan pinjamanrumah (KPR), proyek irigasi, pinjamanuntuk usaha tekstil, dan usaha lainnya.Pada akhir 2003, Grameen Bank meluncurkan program baru, yang membidikpara pengemis di Banglades. Pinjamanbagi para pengemis rata-rata sebesar 500taka atau setara 9 dollar AS. Pinjamantanpa agunan ini tidak dikenakan bungadengan waktu pembayaran fleksibel. Syaratnya pinjaman harus dikembalikan darihasil pekerjaan mereka dan bukan darimengemis. “Kami berupaya menaikkanharkat selain tentunya meningkatkankemampuan ekonomi mereka,” kataYunus dalam situsnya.puan Bangladesh yang menjadi nasabah Grameen Bank.