Page 57 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 57
BERITAINDONESIA, 2 November 2006 57BERITA EKONOMIPerbankan Syariah Akan BoomingBI Rate Dekati Single DigitDalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) Kamis (5/10), Bank Indonesiasepakat memutuskan menurunkan suku bungaBank Indonesia, atau BI rate sebesar 50 basispoin dari 11,25% menjadi 10,75%.“Keputusan tersebut diambil setelah melakukan pembahasan yang mendalam serta mengevaluasi ekonomi makro, juga hasil-hasilberbagai survei dan ekspektasi konsumen danprodusen, prospek ekonomi dalam dan luarnegeri,” jelas Gubernur Bank Indonesia (BI),Burhanuddin Abdullah.BI menilai secara umum sampai triwulan ketiga 2006 perekonomian Indonesia semakinmembaik, yang disertai dengan stabilitas ekonomi makro dan keuangan yang tetap terjaga.Penurunan BI rate akan mendorong intermediasi perbankan, serta memperkuat optimisme pelaku ekonomi. Menurut Burhanuddin,apabila tekanan inflasi dan faktor resiko tetapterkendali penurunan BI rate tetap terbuka danakan dilakukan secara bertahap dan berhati-hati.Sejak Mei 2006 BI terus saja memberikan sinyal penurunan BI rate. Langkah ini selalu direspon positif oleh para pelaku di sektor keuangan dan sektor riil. Hal itu tercermin, misalnya, dari kenaikan kredit sebesar Rp 10,8 triliun.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawatimenganggap penurunan BI rate itu sudah sesuaiharapan pemerintah. Ketua Asosiasi PengusahaIndonesia (Apindo) Sofjan Wanandi berharap,penurunan BI rate sebaiknya diikuti denganpenyesuaian suku bunga kredit dari bank-bankkomersial. Ketua Kadin Indonesia MS Hidayatmenilai positif penurunan BI rate meski itu belumsignifikan menggerakkan sektor riil. HTAda optimisme, berdasarkan kelongggaran yang diberikandalam lima Peraturan Bank Indonesia (PBI) terkaitperbankan syariah, perbankan syariah akan mengalamibooming kedua di tahun 2007, sama seperti tahun 2004,setelah selama 2005 dan 2006 berjalan agak mandeg.ntuk mendorong pembiayaanberbasis syariah, BI memberikan kelonggaran mengubah definisi pembiayaan danklasifikasi kolektibilitas dari empattingkatan menjadi lima tingkatan. Perhitungan rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan juga diturunkan, dari 90% menjadi 80%.“Komponen agunan sebagai pengurangpenyisihan penghapusan aktiva (PPA)ditambah dan penilaian agunan olehpenilai independen diperlonggar. Kendaraan bermotor yang diikat secarafiducia dapat diperhitungkan sebagaipengurang PPA,” kata Gubernur Bank Indonesia Burhanudddin Abdullah.Kata Burhanuddin, piutang ijarah tidakdiwajibkan untuk membentuk PPA namun wajib membentuk amortisasi aktivaijarah selama jangka waktu sewa. Untukmenjaga likuiditas perbankan syariah,rasio pembiayaan dalam rupiah terhadapdana pihak ketiga (DPK) merupakanpenentu besarnya tambahan giro wajibminimum (GWM). Kewajiban GWMdihitung dengan membandingkan jumlahpembiayaan dalam rupiah terhadap DPK.Akan “Booming”Relaksasi ditambah penurunan BI ratedari 11,25% menjadi 10,75% diperkirakansejumlah pihak akan melejitkan perbankan syariah.Bien Subianto, Direktur UMKM danSyariah PT BNI (Persero) Tbk, mengatakan, penurunan BI Rate menjadi 10,75%sudah mendekati tingkat bagi hasil banksyariah, yang umumnya sekitar 9-10%.Menurut Bien terdapat berbagai faktoryang mendukung pertumbuhan banksyariah. Antara lain, kebijakan officechanneling (OC) yang dikeluarkan BIsejak awal 2006, telah membuat banyakbank dapat membuka divisi syariahtermasuk bank asing seperti Citibank danDeutsche Bank. Demikian pula kebijakanterbaru lima PBI terkait perbankansyariah dalam Pakto 2006.Tanggapan senada diberikan Adiwarman Karim, konsultan bisnis dari KarimBusiness Consultant. Menurut Karim, diakhir 2007 pangsa pasar bank syariahakan meningkat menjadi 5,36% dari posisisaat ini 1,52%. Bahkan BI dalam blueprint-nya awalnya memproyeksikanpangsa pasar bank syariah mencapai 5%di tahun 2011, telah dipercepat ke tahun2008.Pemimpin Redaksi Majalah InvestorDaily, Primus Dorimulu yang belum lamaini (Senin, 9/10) memberikan penghargaan “Investor Syariah Award 2006”kepada sejumlah perusahaan berbasisbisnis syariah, mengatakan Indonesiamemiliki potensi besar mengembangkanbisnis syariah.Di Indonesia jumlah penduduk muslim,sebagai pasar utama syariah, mencapai87% atau 182,08 juta jiwa. Tetapi pangsapasar dana pihak ketiga (DPK) syariahbaru Rp 17,07 triliun, atau hanya 1,47Úri total DPK di seluruh perbankan Rp1.161 triliun per Agustus 2006. Demikianpula premi asuransi syariah baru 0,8Úri total Rp 31,37 triliun.Kata Primus, Indonesia juga memilikikesempatan menarik dana dari TimurTengah, yang bersumber dari windfallprofit minyak yang jumlahnya 700 miliardollar AS, paling tidak dua persen atau Rp120 triliiun.Bertharia Tanjung dari Divisi CorporateCommunications PT Bank InternasionalIndonesia Tbk (BII), kepada Berita Indonesia mengatakan BII akan mengikutisetiap peraturan Bank Indonesia. BII,salah satu bank terbesar di Indonesia yangturut melirik bisnis perbankan syariah,saat ini mengelola dana pihak ketigasebesar Rp 34,4 triliun dan memiliki asetRp 47,5 triliun. HTUGedung BII