Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 25
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 23 November 2006BERITA UTAMAsetinggi seperti sekarang, tapi kalau ditanya mengapa seperti itu? Maka mungkinakan gundah gulana. Sebab menjadikanrapor itu tidak merah dengan biaya yangsangat mahal. Secara politik, pemerintahlebih mengutamakan stabilitas yang semudengan mengorbankan daya beli rakyat.Kata Faisal, yang menarik dari SBY, iakonsisten dengan presiden image sebabyang dicari citranya.Menurut Faisal, pertumbuhan sektorriil semakin tertinggal, semakin harisemakin jauh dari PDB, di bawah pertumbuhan rata-rata. Yang paling menderita sektor industri manufaktur. Pertumbuhan sektor pertanian lumayan, tapisektor pertanian non-pangan, seperti perkebunan besar di mana tidak banyakrakyat terlibat. Program revitalisasihasilnya babak belur, terutama karenaketidaktegasan SBY.Setelah setahun babak belur, pemerintah menaikkan harga BBM. Faisal mengibaratkan pemerintah seperti drakula,mengisap darah rakyat dalam bentuksubsidi sehingga rakyat kehilangan dayabeli. Uang subsidi yang diambil sepertidrakula menyedot darah, itu disajikankepada orang-orang asing.Mau nggak menghirup darah rakyatsaya ini? Hasilnya datang. Dalam kurunwaktu satu tahun terakhir, tidak kurangdari 10 miliar dollar AS uang orang asingdatang ke Indonesia, yang membuatekonomi bagus semua seperti sekarang.Kalau besok ada apa-apa lagi, uang asingitu tinggal kabur ke tempat lain. Membaiknya ekonomi bisa dikatakan 80%,karena darah segar rakyat disajikan padaorang asing. Kenapa orang asing datang?Karena suku bunga naik. Pemerintahmemberikan bunga kepada Surat UtangNegara (SUN) yang cukup tinggi, kira-kira12 % dan SUN ritel 12,05 %. Sedangkanbunga obligasi global hanya 7 %. Jadisiapa yang tidak tertarik. SUN Amerikahanya 5,25%. “Jadi mengalirlah uang keIndonesia,” kata Faisal.Menunggu MukjizatMemang sudah bertahun-tahun rakyatmengharapkan mukjizat perbaikan ekonomi negara untuk mengangkat pendapatan mereka yang terpuruk. Merekahampir tidak punya daya beli, kecualiuntuk menutupi kebutuhan pokok, terutama pangan, seadanya. Padahal merekasangat membutuhkan biaya transpor,pendidikan, kesehatan dan papan. Harapan itu tentu tertumpu pada komitmenpemerintah untuk mengalokasi anggaranyang lebih besar bagi sektor-sektortersebut, terutama perluasan lapangankerja dan lapangan usaha.Dalam RAPBN 2007, pemerintahmengusulkan anggaran sebesar Rp 731triliun dengan asumsi pertumbuhanekonomi 6,3%, nilai tukar dolar Rp 9.300,inflasi 6,5%, SBI tiga bulan 8,5%, hargaminyak 65 dolar AS per barel, produksiminyak 1 juta barel per hari, defisitanggaran -0,9%. Namun sembilan darisepuluh fraksi di DPR pesimis terhadapRAPBN yang diajukan oleh SBY, 16Agustus lalu. Fraksi PKS bahkan memintapemerintah untuk merevisi RAPBN 2007.Kesembilan fraksi—Golkar, PDIP, PPP,PKB, PAN, PKS, PDS, BPD dan BR—menganggap target pertumbuhan ekonomi (6%) yang ditetapkan pemerintahterlalu tinggi, tidak relevan dengankondisi masyarakat saat ini. Mereka jugamenyangsikan keakuratan data yangdigunakan pemerintah untuk menentukan asumsi makro ekonomi dan kebijakanprogram-program pembangunannya.Rendahnya penyerapan anggaran pemerintah dan rendahnya minat investorasing untuk menanamkan modal merekadi Indonesia menjadi alasan utama mereka untuk meragukan pencapaian targettarget pemerintah. Pandangan tersebutdisampaikan pada sidang paripurna DPR(28/8).Padahal isu kemiskinan dan pengangguran bisa beralih pada isu politik yangpanas bilamana muncul pemicu yang terencana atau tidak terencana. Tidak heranbilamana “dukun politik” Prof. Suhardiman meramalkan munculnya “gorogoro” atau kekacauan politik yang dicemaskan bisa mengguncang stabilitas pemerintahan. “Sekarang ini tantangan khususnya adalah masalah ekonomi, sosial,budaya, hukum,” kata Suhardiman dalamwawancara dengan Berita Indonesia (10/10). Suhardiman melihat berbagai bencana sebagai kemurkaan alam terhadapulah manusia. Tetapi, kata Suhardiman,proses tersebut memang harus dilalui olehbangsa ini. Dan kepemimpinan SBYsedang diuji.Bisa jadi pemicunya karena masalahkorupsi yang masih merajalela, perusakanlingkungan atau kemiskinan dan pengangguran yang terus menekan kehidupan rakyat. Sebab fakta yang tak terbantahkan, kondisi air dan udara di kota-kotasemakin pekat dengan pencemaran,pembalakan hutan belum sepenuhnya terbendung. Dan masih banyak anak-anakBalita yang menderita kurang gizi atauanak-anak usia sekolah yang tidak bisaduduk di bangku pendidikan karenaekonomi keluarga mereka yang sangatminim.Suhardiman meramalkan munculnyaseorang Satrio Piningit, seperti halnyaSoekarno dan Soeharto pada era merekamasing-masing. Tokoh ini dalam gambaran Suhardiman, tidak terlalu pintar,tetapi mampu mengatasi keadaan, danmuncul secara tidak terduga. Kata Suhardiman, seorang pemimpin yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menyembuhkan krisis multi-dimensiyang dialami oleh bangsa Indonesia.Siapakah Satrio Piningit tersebut? Inilahyang masih jadi tanda tanya besar. Diamenilai SBY itu seorang pemikir, tetapibangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang negarawan.Tidak Semua MerahDibanding dengan pemerintahan BungKarno 20 tahun, Pak Harto 32 tahun,Habibie 500 hari, Gus Dur 800 hari danMegawati 3,5 tahun, pemerintahan SBYdalam dua tahun ini masih memadaikarena dia mewarisi sisi positif dan negatifdari para pendahulunya. Wapres JusufKalla membantah bahwa angka raporpemerintah semuanya merah. “Bangsa inipersoalannya besar,” kata Kalla dalamwawancara khusus dengan Media Indonesia (20/10). Jika dibandingkan dengantiga tahun lalu, pasti warnanya hitam danRapat Paripurna DPR yang tidak paripurna.