Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 28
P. 16


                                    16 BERITAINDONESIA, 04 Januari 2007BERITA UTAMAkan mobil di sebuah halaman di pinggirjalan raya. Di situ berdiri sebuah rumahyang tidak terawat dengan halaman yangdipenuhi genteng-genteng tanah liat. Dipojok kiri halaman, ada sebuah warungdengan beberapa kursi panjang. Tempatnya adem karena dinaungi oleh sebuahpohon. Beberapa orang yang mengurusSIM, termasuk para calo duduk di situ.Rupanya itu tempat mangkalnya para caloyang berhasil menggaet ‘korbannya’.Setelah tanya sana-sini dengan sebongkah kecurigaan terhadap ‘keaslian’para calo ini, mereka sepakat membayarRp 630.000 untuk dua SIM A dan satuSIM C. Mereka termakan oleh promosipara calo yang mengatakan SIM bisaselesai hari ini, dan langsung foto. Paracalo itu kelihatannya mempunyai tariftersendiri. Bagi calo yang berhasil menarik satu orang akan mendapat uang jasaRp 100.000. Selebihnya diterima oleh‘perusahaan’ yang kemudian dibuatkankuitansinya. Awalnya ‘bagian keuangan’calo itu meminta mereka membayarpenuh, namun mereka menolak, danmembayar sebagian saja, termasuk jasacalo untuk perempuan muda tadi. Diwarung itu langsung terjadi transaksi.Sambil menahan lapar, demi sedikitharapan agar bisa mendapat SIM hari itu,mereka duduk di pinggir rumah itu,menunggu hasilnya. Perempuan mudatadi meminta KTP asli dan berkas-berkaspengurusan SIM lalu melangkah pergi.Tidak lama kemudian, dia kembali,mengembalikan KTP tersebut. Perempuan itu meminta mereka menunggu,sembari berkata, “Sedang diurus di dalam.Silakan ditunggu Pak.”Limat belas menit berlalu, seorangperempuan muda yang sudah hamil tuadatang menghampiri mereka. “Berkasberkas Bapak sudah kami urus. Bapakdatang lagi ke sini hari Kamis, 16 November, pukul 10.00 pagi untuk mengurusSIM-nya,” katanya penuh alasan. Merekakemudian menanyakan perihal janji caloyang mengatakan langsung jadi hari itu.“Bapak sudah mengurus sendiri. Mautidak mau, berkas-berkasnya harus diputihkan dulu, lalu dibuat yang baru.Sedang prosesnya memakan waktu tigahari. Jadi, Bapak datang saja hari Kamis,semua pasti beres,” katanya sambilberniat melangkah pergi.Merasa sedikit tertipu dan tidak puasdengan jawaban perempuan itu, merekamencari Ibu Syariah, katanya ‘pimpinan’para calo tersebut. Ibu Syariah menanyakan kepada perempuan tadi, kenapa tidak bisa jadi hari ini, dan kemudianmemberikan jawaban yang sama kepadamereka. Sepertinya, para calo itu sudahmenyusun skenario sandiwara untukberkelit seakan-akan hal yang dihadapisaat itu di luar rencana mereka. Daripadamasalah bertambah panjang, hari punmulai sore, mereka memutuskan datanglagi Kamis. Bayangan kalau para calo itukabur membawa uang mereka, terlintasjuga. Tetapi itulah risiko menggunakanjasa calo. Mereka pulang dengan tanganhampa.Kamis (16/11). Pagi itu, bayangan calocalo itu kabur menggelayut dalam pikiranmereka dalam perjalanan menuju KantorSamsat Daan Mogot. Tetapi semuanya sirna setelah mendapati calo-calo yang mangkal beberapa hari lalu masih ada di situ.Di tempat yang sama, di warung yangdinaungi pohon yang rindang, merekamelunasi sisa pembayaran kepada paracalo tersebut. ‘Bagian keuangan’ kemudian menyelipkan sejumlah uang dalamtiga amplop putih lalu disegel. Merekatidak tahu berapa jumlah uang di dalamnya. Sambil memberikan berkas-berkaspengurusan SIM yang sudah diputihkandan tiga amplop yang disegel, calo ituberkata, “Silakan Bapak langsung masukke dalam, naik ke lantai dua. Bilang sajasama petugas yang di pintu masuk bahwaBapak mau mengambil hasil ujian teori.”Setelah berdebat beberapa lama karenamerasa hari itu tinggal diambil foto danSIM langsung jadi, mereka mengalahjuga. Rupanya, calo-calo di luar ini tidakberani dan tidak boleh lagi masuk kedalam. Pemohon sendirilah yang mengurus segala tetek bengek yang berkaitandengan formulir, ujian teori dan praktek.Namun bagi yang sudah ‘membayar’diberikan kode tertentu, pertanda bahwapemohon ini harus dinyatakan lulus.Mereka memendam sedikit keraguan,selain karena merasa berdosa ikut terjebakdalam praktek percaloan, ketika naik kelantai dua, menuju ruang ujian teori.Petugas perempuan bertubuh tinggi besartempo hari, berdiri tegap mempersilakanpemohon masuk ke dalam ruangan. Agaksedikit canggung, amplop putih yangditutupi sedemikian rupa dengan berkasberkas, mereka sodorkan kepada petugasitu. “Tolong dibantu Bu,” kata merekamengulang perkataan calo di warung tadi.“Ini dari mana?” kata perempuan itu. “Daricalo di depan, Ibu Syariah,” jawab mereka.“Silakan duduk paling belakang,” kataperempuan itu menyuruh mereka masuk.Baru sebentar duduk di bangku palingbelakang, perempuan itu masuk sambilmelambaikan tangannya meminta mereka agar mengikutinya. Dengan sedikitpenasaran mereka memasuki sebuahruangan di belakang ruang ujian itu yangdi dalamnya terdapat beberapa pemohon16 BERITAINDONESIA, 04 Januari 2007Para pemohon SIM antri menunggu pengecekan dokum
                                
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20