Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 28
P. 17


                                    BERITAINDONESIA, 04 Januari 2007 17BERITA UTAMAsedang ‘mengurus’ SIM-nya. Di situterdapat dua orang berpakaian bebas,satu laki-laki, satu perempuan, duduk dibelakang meja. Di hadapannya terdapatsetumpukan map dan kertas-kertas.Perempuan yang membawa mereka menyodorkan tangannya, meminta amplopyang mereka sodorkan tadi di luar pintu.Laki-laki berkacamata yang duduk dibelakang meja, kemudian menerimaamplop tersebut lalu menghitung jumlahnya. Dengan sedikit gusar dia berkata,“Kalian bayar berapa sama calo itu? Uangyang dikasih, kurang. Masak mengurusdua SIM A dan satu SIM C, segini. Kaliansudah ditipu!” katanya sambil menghentakkan selembar amplop. Perempuanyang ada di samping laki-laki itu sambilmemain-mainkan pulpennya, tertawa kecil. Kelihatannya tidak ada lagi rasa berdosa di wajahnya. “Kurangnya berapa,”mereka balik bertanya, karena tidak mengetahui tarif sebenarnya untuk satu SIM.Laki-laki itu kemudian mengembalikanamplop tersebut kepada mereka. Petugasyang mengantar, menyuruh mereka menemui seorang petugas di pintu depan agar‘mengurus’ para calo yang sudah menipumereka dan meminta uangnya. Merekajuga diminta menemui seorang petugasberinisial FNDI di bagian Arsdok. Setelahurusan selesai dengan dia, mereka dimintakembali ke ruang ‘belakang’ tersebut.“Sialan, kita dikerjain sama calo luar,”kata mereka dalam hati. Mereka punmelangkah keluar, lalu turun ke lantaisatu. Sambil duduk di bangku yang tidakjauh dari toilet, mereka meminta rekanmereka yang sedang menunggu di mobilmenghampiri para calo itu dan memintapenjelasan mengapa jumlah uang yangada di amplop itu kurang.Setelah dicecar dengan berbagai pertanyaan yang penuh emosi, para calo ituakhirnya mengaku bahwa uang yangdimasukkan ke dalam amplop itu kurangjumlahnya. Mereka diminta menambahlagi sebesar Rp 370.000.- agar memenuhi‘kuota’ tarif yang berlaku di dalam,dengan rincian, Rp 260.000 untuk satuSIM A dan Rp 250.000 untuk satu SIMC. Setelah mendapat informasi dari rekanmereka, uang sejumlah Rp 770.000,mereka masukkan ke dalam satu amplop.Mereka beranjak dari tempat dudukmenuju lantai dua, menemui petugasberinisial FNDI. Petugas yang mereka carirupanya duduk di belakang loket, rupanyakhusus mengurusi arsip dan dokumen(Arsdok). Mereka menyerahkan amplopdan berkas-berkas. Beberapa pemohonlain sebelum mereka, melakukan hal yangsama. Tidak ada yang tertutup di loket itu.Amplop yang mereka berikan dibukanya,menebar uangnya di atas meja lalu menghitung jumlahnya. Petugas di sebelahnyamenghitung ulang jumlah uang tersebut,lalu mengambil dua lembar Rp 10.000dimasukkan ke dalam saku celananya.Petugas berinisial FNDI ini kemudianmenyuruh mereka menemui petugas yangada di ruang belakang ujian teori sembariberkata, “Bilang, ini dari Pak FNDI.”Mungkin ini semacam kode agar urusansudah beres. Mereka kembali ke ruangan‘belakang’ itu menyerahkan berkasberkas, dan amplop berisi uang. Setelahmenghitung dan memastikan jumlahnyabenar, laki-laki itu mencatat sesuatu diatas selembar kertas berukuran folio.Kelihatannya di situ tertera sederetannama yang diurut dengan nomor. Berkasberkas dikembalikan kepada mereka lalumempersilakan mereka mengikuti ujianteori yang menggunakan komputer.Ada dua petugas dalam ruangan ujianteori. Mereka dipersilakan mengikuti ujiandan menjawab pertanyaan dengan menggunakan sebuah kotak tombol. Tidak adabriefing di ruang itu. Berbeda dengansuasana ujian teori tertulis di ruangsebelahnya. Begitu menyelesaikan semuasoal, hasil ujian langsung muncul di layarmonitor. Dua ujian untuk SIM A dinyatakan lulus sedangkan satu ujian untuk SIMC dinyatakan tidak lulus. Berkas-berkasmereka kemudian dilampirkan dengancetakan hasil ujian oleh petugas tersebut.Mereka diminta turun ke lantai satu,menunggu pengumuman hasil ujian (padahal sudah tahu hasilnya). Nama merekadipanggil dan dinyatakan lulus. Apa yangterjadi dengan hasil ujian untuk SIM C yangdinyatakan tidak lulus? Itu menjadi misteri.Di atas ketiga lembar kertas tanda lulusujian yang mereka terima tertera angka 18.Pertanyaan yang sama muncul dalambenak mereka, bagaimana mungkin duaorang yang berbeda, dengan pikiran yangberbeda, dengan 30 soal yang berbeda, bisamendapat hasil jawaban yang benar 18.Kemungkinannya sangatlah kecil.Meski sudah menggunakan jasa calo,pemohon rupanya tetap harus mengikutiprosedur pengurusan SIM yang berlaku,sekadar formalitas. Ujian praktek tidaklahsulit. Satu mobil polisi diisi hingga penuhlalu berjalan mengitari lahan ujian praktek.Setiap pemohon diminta mengendaraimobil secara bergantian setiap jarak 20-30meter. Formulir ujian praktek diterimaoleh petugas sambil menyatakan bahwamereka tinggal foto biar cepat pulang.Bahkan ujian praktek untuk SIM C tidaklagi dilakukan.Sorenya, mereka pulang membawa duaSIM A dan satu SIM C dengan menggunakan jasa calo yang sempat menipu mereka. Kalau dihitung-hitung, setelah mereka menggunakan jasa calo ‘resmi’, biayayang dikeluarkan sebesar Rp 1.260.000.-untuk ketiga SIM tersebut. Padahal sesuaiperaturan yang berlaku biaya yang seharusnya dikeluarkan sebesar Rp 110.000per SIM atau Rp 330.000 untuk ketigaSIM tersebut. Berarti, uang siluman yangmasuk kantong sindikat calo ‘resmi’ inisekitar Rp 930.000. „ MLP, SHBERITAINDONESIA, 04 Januari 2007 17umen. foto: berindo wilson
                                
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21