Page 46 - Majalah Berita Indonesia Edisi 30
P. 46


                                    46 BERITAINDONESIA, 01 Februari 2007BERITA IPTEKLangkah Lesu Open SoSistem berbasis open source masihsulit diterima oleh masyarakat.Bahkan pemerintah sendiri yangpada mulanya mendukung gerakanopen source lewat program IGOS,takluk juga pada pesona sistemberbasis proprietary yang sudahmapan dan banyak digunakan orang.engembang aplikasiopen source (kodeterbuka) dan proprietary (kode tertutup)ibarat dua kubu yang salingbertentangan. Pengembangopen source percaya bahwakode penyusun aplikasi harusbisa dilihat, dimodifikasi dandidistribusikan oleh siapapun.Contoh aplikasi (software, red)open source yang akrab ditelinga adalah Linux. Karenasifatnya yang terbuka, kita bisamenemukan ratusan distribusiLinux dengan berbagai namadi pasaran. Misalnya Ubuntu,Fedora Core 5, SUSE, dan sebagainya. Beberapa di antaranya berbayar, sebagian lagi didistribusikan gratis.Sedangkan pengembang aplikasi proprietary menganggapkode itu sebagai 'hak milik' atau'aset perusahaan' sehingga harusmendapat izin atau membelidari pemiliknya bila ingin digunakan. Contohnya Microsoftdengan Windows-nya yang menutup rapat-rapat kode aplikasinya ibarat kotak hitam yanghanya bisa dibuka oleh si pembuatnya. Windows terus berkembang, mulai dari Windows98, Windows 2000, WindowsXP, dan yang terbaru di tahun2007 ini adalah Windows Vistayang menawarkan user interfaceatau tampilan yang semakinmemanjakan mata.Bagi sebagian kalangan,menggunakan aplikasi opensource adalah sebuah bentukprotes 'menolak' dominasi Microsoft lewat sistem operasiWindows-nya. Bisa juga karena pertimbangan ekonomi dimana aplikasi open source kebanyakan gratis dan kalaupundipasangi harga, tetap terjangkau oleh penggunanya. Sedangkan mereka yang 'fanatik'dengan Windows kebanyakansudah keburu betah mengoperasikannya, ogah mempelajariaplikasi open source yangkatanya tidak cocok untukpengguna pemula, instalasinyarumit, dan adanya stigma bahwa dukungan driver untuk perangkat keras (hardware) terbaru dalam sistem open sourcemasih minim. Selain itu, aplikasi yang berjalan dalam lingkungan Windows melimpahdan hampir 90% penggunakomputer di dunia menggunakan Windows.Aplikasi atau sistem operasiyang sifatnya proprietarybiasanya dijual dengan hargayang relatif mahal. Harga resmi yang dipatok Microsoft untuk sistem operasi Windows sebesar US$ 274 dan Office US$179. Bila dihitung dengan kursRp 9.100, harganya berturutturut adalah Rp 2.493.400 danRp 1.628.900. Sedangkansistem operasi berbasis opensource, misalkan IGOS Nusantara 2006, karya anak bangsa,boleh dibilang harganya gratis.Sama halnya dengan distribusiLinux lainnya seperti Ubuntu,Fedora Core, Knoppix, Mandriva, dan sebagainya.Sikap Mendua PemerintahDemi menurunkan angkapembajakan software di Indonesia dan mengirit ongkosteknologi informasi sampai 85persen, dideklarasikanlahIGOS (Indonesia, Go OpenSource). Deklarasi 30 Juni2004 ini melibatkan MenteriKomunikasi dan Informatika,Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, MenteriPendidikan Nasional, danMenteri Hukum dan Hak AsasiManusia. Mereka mendukungpemakaian aplikasi legal berbasis open source di instansiinstansi pemerintah. Deklarasiini memang bukan sekadar tekad sebab berbagai usaha nyata sudah dilakukan dimulaidari era pemerintahan Megawati. Di era SBY, IGOS terusdilanjutkan. Pengganti Menristek Hatta Rajasa, Kusmayanto Kadiman bersama sejumlah badan seperti BadanPengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT), Badan Tenaga Atom Nasional, BadanPengawas Tenaga Nuklir, sePTampilan desktop IGOS Nusantara 2006Fedora Core 5: Sumber kode IGOS Nusantara
                                
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50