Page 42 - Majalah Berita Indonesia Edisi 30
P. 42
42 BERITAINDONESIA, 01 Februari 2007BERITA DAERAHNelayan Terpaksa Menjual PerahuLongsor Pariaman Menelan KorbanTanah longsor terjadi di Jorong (desa) KolamJaniah, Nagari Kudu Ganting, Kecamatan V KotoTimur, Kabupaten Padang Pariaman, SumateraBarat (8/1). Bukit Rimbo, Takuruang setinggi 50meter dengan kemiringan 90 derajat yang longsor tersebut telah menelan 13 korban. Satu harisetelah peristiwa itu, 4 korban sudah dievakuasi,dan keesokan harinya kembali lagi ditemukan 9korban lainnya. Korban dikuburkan secaramassal tidak jauh dari tempat kejadian.Dalam proses pencarian dan evakuasi korban,Tim Sarkolak PBA mengerahkan tiga alat berat.Dalam mengantisipasi terjadinya tanah longsorsusulan, satu alat berat stand by sampai dinyatakan aman. Kejadian yang menghancurkan rumahibadah dan pemukiman penduduk setempat itu,belum diketahui faktor penyebabnya,Untuk meringankan beban masyarakat, BupatiPadang Pariaman Muslim Kasim, telah berjanjimemberikan bantuan untuk membangun kembalirumah warga dan tempat ibadah yang hancurditerjang longsor. “Namun kami masih memilihlokasi yang aman. Yang jelas, kemungkinanbesar tidak di tempat ini lagi,” ujarnya. AMCuaca buruk membuat nelayan tak bisamelaut. Terdesak kebutuhan hidup, merekaterpaksa menjual perahunya. Padahal itumerupakan satu-satunya sarana mencarinafkah di laut.menjadi sandaran hidup mereka. Salah seorang diantaranya adalah Hendrik Lede.Warga Kelurahan Alak, KotaKupang itu terpaksa menjualperahu alat tangkap ikan yangdimilikinya. Perahu berukuran6 kali 27 meter dengan nama“Elang Laut” dia tawarkanseharga Rp 62 juta di TempatPelelangan Ikan Tenau, Kupang. Sementara perahunyaditambatkan bersama sejumlah perahu nelayan lainnya didermaga, tidak jauh dari tempat pelelangan ikan.“Saya terpaksa harus menjual perahu karena biaya operasional sangat tinggi. Padahalkami tak melaut,” ujar Hendrikseperti diberitakan Media Indonesia (7/1).Menurutnya, sejak tidakbisa melaut pada akhir Desember lalu dia menderita banyakkerugian. Sebab harus tetapmengeluarkan biaya untukmembayar penjaga perahunyadan berbagai kebutuhan hiduplainnya.Nasib yang menimpa Hendrik ini juga dialami warga Kelurahan Oeba, Kota Kupang,Nathan Pele. Dia juga terpaksamenjual perahunya sehargaRp 30 juta, karena kehabisanuang setelah tidak melaut sejakbulan Desember tahun lalu.Perahu berukuran 2 kali 12meter yang biasanya digunakan untuk menafkahi keluarganya dijual seharga Rp 30juta.“Sejak terjadi badai, kamitidak punya pendapatan karena tidak melaut. Uang hasilpenjualan perahu kami gunakan membeli kebutuhan pokokdan modal berjualan di pasar,”aku Nathan.Menurutnya, selama tidakmelaut akibat cuaca buruk,dirinya harus mengeluarkanuang Rp 100.000,- setiap hariuntuk membayar penjaga perahu dan kebutuhan hidupsehari-hari.Menyusul adanya cuaca buruk, sejak awal Januari lalu,para nelayan di Kupang menambatkan perahunya di tigalokasi untuk menyelamatkandari hantaman gelombang.Yakni di Pelabuhan Hansisi(Pulau Semau) Pelabuhan Tenau dan Pelabuhan Perikanan.Selama tidak bisa melaut,para nelayan sibuk membersihkan perahu masing-masingdan memperbaiki alat jaringmereka. “Kami baru akan melaut setelah ada izin dari BMG,”ujar Ama, salah seorang nelayan setempat. AM, SPalang nian nasib sejumlahnelayan diKupang, NusaTenggara Barat (NTT). Kalausebelumnya penghasilan mereka digerogoti biaya operasiyang membengkak akibat kenaikan harga minyak solar,kini mereka dihadapkan padatantangan alam.Adanya larangan melautyang didasarkan pada peringatan Badan Metreologi danGeofisika (BMG), menyusulterjadinya cuaca buruk dan gelombang laut yang mengganas,membuat mereka tak punyapenghasilan. Dapur rumahpun tidak bisa mengepul. Sementara anak-anak yang takmengerti kesulitan yang dihadapi orang tuanya, merengekrengek minta makan.Dalam beberapa bulan belakangan ini laut seakan tak lagibersahabat. Gulungan ombakyang mencapai beberapa meter membuat orang takut melaut. Jangankan perahu kecil,kapal besar pun seakan bagaikan gabus diombang-ambingkan ganasnya gelombang. Tersiarnya berita tentang tenggelamnya KMP Senopati Nusantara dan Tristar yang meminta banyak korban, membuat banyak nelayan semakintakut mencari rejeki di lautyang ganas.Kesulitan ekonomi yangmenghimpit akhirnya membuat sejumlah nelayan di NTTterpaksa menjual perahu yangMfoto: repro sinarharapan