Page 53 - Majalah Berita Indonesia Edisi 30
P. 53
BERITAINDONESIA, 01 Februari 2007 53BERITA TOKOHKomaruddin HidayatIndonesiakan IslamIa memiliki beragam identitas: kyai, budayawan, filsuf,ilmuwan, pakar politik, dan yang terutama cendekiawanmuslim. Rektor baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta inimemiliki visi mengindonesiakan Islam, bukanmengislamkan Indonesia.eorang perenang Inggris setiaphari hingga berbulan-bulan giatsekali berlatih dengan harapanbisa menaklukkan sebuah selatdengan cara berenang. Setelah merasamampu maka pada malam hari yangditentukan ia berenang dikawal motorboat. Tetapi, rupanya, sebelum tiba dipantai yang dituju ia sudah letih, lelah,capek, lalu minta tolong untuk diangkutmotor boat pengawalnya. Ia lalu menyesalsebab dengan persiapan panjang berbulan-bulan tetap saja tak bisa menaklukkan selat.Esok paginya ia menuju pantai, danbertanya, sudah sampai dimana semalamberenang sebelum akhirnya memutuskanmenyerah. Setelah ditunjukkan, perenangini lalu mengatakan, andaikan tadi malamia melihat lampu di pantai pasti akansanggup menaklukkan selat itu. Lalu iabertanya mengapa lampu itu tidak dinyalakan.Cerita orang Inggris itu begitu melekatdalam pikiran Komaruddin Hidayat, yangbersama Ahmad Gaus AF tampil sebagaieditor penulisan buku “MENJADI INDONESIA, 13 Abad Eksistensi Islam di BumiNusantara”, sebuah antologi tulisan daripara penulis bagaimana memandang Islam Indonesia. Cerita itulah yang diangkatKomaruddian sebagai ilustrasi, untukmenggambarkan perjalanan reformasi diIndonesia, disampaikan tatkala berpidatomewakili editor pada saat peluncurannyadi The Sultan Hotel, Jakarta, Jumat (5/1).“Kalau kita berjalan punya visi yangjelas, maka energi itu akan fokus terarahdan tidak cepat putus asa. Tapi, ketikaperjalanan sebuah reformasi kehilanganvisi, maka energi yang digunakan akancepat habis. Nah, kita harapkan hal inidapat mengingatkan kita untuk membangun visi ke depan, sehingga proses politik ini punya visi yang jelas, energi tidakhabis kemana-mana, tenaga serta staminatidak cepat lelah,” kata Komaruddin,memaknai ilustrasi yang disampaikannya.Selain menjadi figur sentral dalampeluncuran buku, pada siang harinyaKomaruddin resmi dilantik menjadirektor baru Universitas Islam Negeri(UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta,menggantikan Azyumardi Azra yangsudah dua periode menjabat. Namunkegembiraannya tidak terletak di situ saja.Tetapi, karena tema buku yang diluncurkan adalah Indonesia, “Menjadi Indonesia”, maka, ketika berbicara Indonesiaakan selalu menjadi menarik. Demikianpula kehadiran sejumlah tokoh di GoldenBallroom pada malam itu, dengan latarbelakang keragaman aktivis, parpol,agama, memberi arti Indonesia masihpunya daya pikat untuk kita semua.Komaruddin menjelaskan, proses penulisan buku “MENJADI INDONESIA, 13Abad Eksistensi Islam di Bumi Indonesia”sangat cepat. Bermula dari sebuah gagasan, bagaimana di tengah retorikapolitik yang sebagiannya partisan, marikita bicara tentang Indonesia.“Bagaimana kita mengedepankan,menyajikan keislaman itu jangan diperhadapkan dengan keindonesiaan. Tetapibagaimana Islam menjadi bagian pilarIndonesia. Dan kalau kita bicara Indonesia berarti Indonesia yang pluralistik, yangmajemuk, yang demokratis. Dengandemikian jangan Indonesia diislamkan,tapi barangkali Islam diindonesiakan,”kata Komaruddin, kali ini terinspirasi olehimajinasi Gus Dur.Imajinasinya, Islam dalam pengertianbagaimana rumah Indonesia ini kitacintai, kita jaga bersama, jangan sampairumah Indonesia dikapling-kapling dikamar-kamar lalu setiap orang sibukmelihat kamarnya sampai lupa bangunannya rumah Indonesia. “Kita sadar Indonesia bukanlah warisan bangsa yang telahjadi, tetapi Indonesia adalah proyeksejarah masa depan. Dengan demikiankita ingin proyek membina, membangundan menciptakan mimpi-mimpi besarpara the founding fathers jangan sampaiterlupakan oleh retorika hiruk pikuk yangkadang-kadang bersifat parsial,” katamantan Ketua Panwaslu Pemilu 2004 ini.Kembali ke cerita cepatnya prosespenulisan buku, dimulai dengan mengirim proposal, isinya, mari kita nilai tentang Islam Indonesia sejak dari Acehsampai Maluku dan Kalimantan. Cepatsekali prosesnya tidak sampai satu bulan.“Ini artinya, rupanya para penulis dankawan-kawan itu sebelumnya sudahpenuh pikirannya, gagasannya, idenyasehingga tidak perlu pikir panjang lagi.Karena rupanya, kecintaan, keprihatinanbagaimana menjadikan Islam menjadiaset bangsa ini telah menjadi konsen bersama,” ucap Komaruddin.Kepada para penulis, Komaruddinkembali mengajak untuk mengikuti workshop singkat untuk penulisan buku berikutnya bertemakan, Reinterpretasi danRevitalisasi Piagam Madinah dalamKonteks Masyarakat Global, serta bagaimana Indonesia ini bisa berperan memberikan alternatif di tengah masyarakatglobal sekarang ini.“Ini hasil ngobrol-ngobrol dengan MasPontjo, setelah ini kita akan adakan roadshow diskusi buku. Kita akan undang beberapa teman penulis untuk bicara edisi berikutnya, dan buku ini insya Allah segeraditerjemahkan ke dalam bahasa Inggrisdan Arab,” kata Komaruddin, yang bergiatdi sisi kajian ilmiah pada Yayasan FestivalIstiqlal pimpinan Pontjo Sutowo. HT/AMSfoto: berindo wilson Komaruddin Hidayat