Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 32
P. 33


                                    BERITAINDONESIA, 01 Maret 2007 33Golkar Tak Seperti DuluBursah-Zaenal Damai?Dua tokoh Partai Bintang Reformasi(PBR)yang berseteru, Bursah Zarnubi dan ZaenalMa’arif, terlihat akrab usai acara pelantikanpergantian antar waktu (PAW) 10 anggotaDPR periode 2004-2009 di gedung DPR,Senayan, Jakarta Senin (5/2) lalu. Merekaasyik berbincang-bincang usai acara pelantikan yang dipimpin Ketua DPR AgungLaksono tersebut.Kepada wartawan, Bursah yang Ketua UmumDPP PBR sekaligus Ketua Fraksi PBR di DPRmenyatakan bahwa dirinya tidak menutup diriuntuk melakukan islah dengan Zaenal. “Islah bisasaja terjadi, perang saja bisa damai. Apalagisesama muslim itu wajib islah,” ujarnya.Sedangkan Zaenal Ma’arif yang mendudukijabatan Wakil ketua DPR dari PBR menyatakan,sejak dulu sebenarnya tidak ada masalah antaradirinya dengan Bursah. “Secara pribadi kamiselalu bekerja sama untuk membangun PBR,”paparnya.Sejak dua bulan lalu, Zaenal dan Bursahterlibat perseteruan sengit yang berujungpengajuan recall terhadap Zaenal sebagaianggota DPR. Alasannya Zaenal melakukanpoligami dan tidak maksimal dalam menjalankantugas di DPR dan membangkang atas putusanDPP PBR yang menariknya dari jabatan WakilKetua DPR menjadi anggota DPR.Tindakan Bursah ini spontan dibalas Zaenal.Dia pun dengan mendirikan PBR tandingan.Zaenal juga membalas dengan dugaan Bursahmelakukan perjudian di sebuah kasino saatkunjungan DPR ke London, Inggris.Akankah perseteruan politik mereka bisaberakhir dan dicapai happy ending? „ AM, SPPartai Golkar menggelar sarasehan antargenerasi.Kritikan pun muncul dari para sesepuh partai berlambangpohon beringin ini.ula Kantor DPP Partai GolkarSabtu (3/2) lalu dipenuhitokoh-tokoh senior dan sesepuh partai berlambang pohon beringin itu. Suasana terasa meriah.Ketua Umum DPP Partai Golkar JusufKalla yang juga Wakil Presiden itu terlihatceria. Dia menyalami para mantan petinggi Golkar yang datang menghadiriacara sarasehan antargenerasi yangdigelar pada siang hari itu.Di antara tokoh-tokoh senior Golkaryang hadir tampak H.Harmoko, SoelasikinMoerpratomo, Oetoyo Oesman, Moerdiono, Rachmat Witoelar dan R. Soekardi.Kendati dalam suasana santai, namuntopik pembicaraan yang mengemuka diforum itu sangat serius. Yakni bagaimanaPartai Golkar bisa unggul dalam memimpin perjalanan bangsa ke depan.Seperti dikemukakan Jusuf Kalla, tantangan sekarang dan ke depan bagi Golkarcukup berat. “Sekarang tidak bisa Golkarlangsung mengklaim keberhasilan pemerintah. Tidak seperti dulu,” paparnya. Karena dalam sistem multipartai, hampirtidak mungkin partai menjadi peraihsuara absolut dan menguasai pemerintahan serta parlemen.Sejumlah kritik juga dilontarkan paramantan petinggi Golkar. Harmoko misalnya, mengkritisi konsolidasi partai yanghingga saat ini dinilainya belum maksimal.Menurut mantan Ketua Umum DPP Golkarini, partai ini perlu bekerja keras dalam sisawaktu sebelum tahun 2009. “Kalau tidakbekerja keras, saya khawatir perolehansuara Golkar akan turun lagi,” tegasnya.Sedangkan mantan Ketua DPP GolkarSoelasikin Moerpratomo menyoroti lemahnya sistem pengkaderan. Menurutnya, banyak kader terbaik Golkar yang‘hijrah’ dan berjuang untuk partai politiklain. “Tjahjo Kumolo itu dulu kader saya,sekarang dia kerja untuk partai lain danmasih banyak lagi lainnya,” ujar mantanMenteri Negara Peranan Wanita danmantan anggota DPA di era Orde Baru itu.Perempuan ini juga mengkritisi belumdicapainya komitmen menempatkan 30persen kuota perempuan di parlemen.Menurutnya, pada masanya dulu sempatmencapai 16,4 persen, tapi sekarang turunjadi sekitar 14 persen.Kritikan ini spontan disanggah JusufKalla. “Bu Moer, partai kita paling banyakperempuannya di parlemen. Kita punya21 orang di DPR,” jelasnya, seperti diberitakan Indo Pos (4/2). Dengan sistempemilihan saat ini, menurut Jusuf Kalla,Partai Golkar masih belum menemukanformula yang tepat untuk memenuhikuota 30 persen tersebut.Sementara Moerdiono mengemukakanperlunya keberhasilan sekaligus kegagalan Golkar di masa lalu menjadimasukan penting untuk menyiapkanstrategi di masa depan. “Kita belajar darikeberhasilan sekaligus kegagalan masalalu. Tidak semua Orde Baru itu jelek,”ujarnya mengingatkan. „ AM, SPBERITA POLITIKAMoerdiono, Rahmat Witoelar, Jusuf Kalla, Soekardi dan Oetoyo Oesman dalam pertemuan antargenerasi Partai Golkar. foto: berindo maruasashenri
                                
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37