Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 32
P. 27


                                    BERITAINDONESIA, 01 Maret 2007 27BERITA UTAMAumpeniBang Yospadat, dan ledakan penduduk semakintinggi. Pembangunan fisik tak hanya berupa gedung beton bertingkat, namun juga jalan layang, terowongan dan berbagaiinfrastruktur yang secara jujur kurangramah lingkungan.Kawasan Senayan yang pengelolaannyadikuasai pemerintah pusat, ditumbuhibangunan berbeton. Kawasan pemukiman yang semakin dibutuhkan, mengorbankan pantai utara Jakarta yang semula dipertahankan untuk pelestarianhutan mangrove (bakau). Contohnya,kawasan pemukiman elit Pantai IndahKapuk. Semuanya memberi kontribusibagi parahnya serangan banjir yang sudahmentradisi.Di sisi lain, gemerlap kota Jakarta telahmerangsang “laron-laron” dari desabeterbangan ke ibukota, meskipun kebanyakan mereka miskin budaya tertib,kurang terampil dan tidak terdidik.Dengan segala keterbatasannya, merekamendirikan “rumah” tak berijin di kolongjembatan dan sepanjang daerah aliransungai (DAS).Jakarta mendapat julukan “dusunraksasa” karena dipenuhi masyarakat urban yang membawa kebiasaan hidupkampung asal mereka. Mereka jugakontributor cukup besar bagi terjadinyabanjir di Jakarta. Antagonisme antarabanjir dan urbanisasi terus berlanjut. Diera Ali Sadikin keluar peraturan, Jakartamenjadi kota tertutup bagi pendatang dariluar. Permasalahan kependudukan, lingkungan, banjir dan berbagai permasalahan perkotaan melahirkan konsepJABOTABEK (Jakarta-Bogor-TangerangBekasi) dengan badan koordinasi yangdisebut BKS. Keseimbangan lingkungandi tengah derasnya pembangunan sebenarnya telah diatur dalam tata ruangkota lewat master plan yang jelas. Ruangterbuka hijau dengan bangunan yang adaharus seimbang. Apalagi menyadari posisigeografis ibukota yang tidak ideal danledakan penduduknya semakin tinggi. Diera Ali Sadikin, penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sebenarnyasangat ketat. Namun, kenyataannya,pertumbuhan fisik terus menggila dan takterkendali hingga kini, sangat mempengaruhi aspek lingkungan serta berbagai dampak buruknya.Gubernur Sutiyoso pun menerimawarisan banjir musiman dari para pendahulunya. Tahun 1997 terjadi banjirbesar. Demikian pula tahun 2002, menciptakan titik genangan di 138 kelurahan,menimpa 39.196 jiwa yang terkena danmenewaskan 34 orang. Dari pelajaranitu, berbagai langkah telah ditempuhPemprov DKI Jakarta. BKB direnovasi,karena mengambil pelajaran dari banjirtahun 2002. Bibir BKB ditata, tetapibelum selesai sampai banjir bandang2007 mengamuk. Sedikit saja Pintu AirManggarai (barat) dilepas, sejumlahbangunan penting di jantung kota akantergenang.BKT, lahannya baru selesai dibebaskantujuh kilometer dari total panjang 23,7kilometer. Pemda DKI menetapkan pembangunan BKT sebagai prioritas utama.Namun sekarang macet lantaran terganjal ganti rugi tanah warga. Sebab,Pemprov DKI berkewajiban membebaskan lahan, dan pemerintah pusatmembangun fisiknya. Inilah yang sangatdiandalkan Sutiyoso dengan memprediksikan banjir Jakarta akan tertanggulangi di saat proyek ini selesai. Targetwaktu tiga tahun yang dicanangkanSutiyoso tersendat-sendat. Sutiyoso barusetengah jalan setelah berjuang selamalima tahun. Anggaran Pemda DKI jugaharus dibagi-bagi ke sektor lain. Apadaya, mimpi Sutiyoso takkan terwujudsampai dia turun dari kursi gubernur,Juli nanti.Karena itu, Sutiyoso kembali ke jalantradisional untuk meredam banjir. WargaJakarta diminta membangun sumursumur resapan di masing-masing halaman rumah mereka, sebagai pengendalisekaligus penyimpan air pada musimkemarau. Kawasan kumuh di bantaransungai yang menjadi salah satu penyebabterjadinya banjir ditata dengan membangun rumah-rumah susun sederhana,targetnya 30.000 unit. Hingga kini sekitar3.000 KK yang menghuni bantaran kalisudah ditampung di Rusun Cengkareng.Rencana selanjutnya memindahkan3.000 KK yang tinggal di bantaran KaliCiliwung, Jakarta Selatan, dan pemukimilegal di Jakarta Timur dan Utara kerumah susun.Memang sampai saat ini masih banyakrumah liar yang berdiri di bantaran kali.Mobilitas urban yang terus melanda DASsebagai sasaran pemukiman yang murah,mudah, dan memberi surga bagi mereka,membuat nafas Sutiyoso terengah-engah.Laju pertumbuhan dan upaya pengendalian tetap tak sebanding. Sutiyosomasih membujuk BPPN untuk menyediakan lahan yang dikuasai badan tersebutdan juga mengharap dukungan dariDepsos.Ketika semua upaya terus dilakukan,bencana banjir datang lagi pada tanggaldan bulan sama seperti lima tahun lalu,yakni 2 Februari. Banjir tahun 2007 telahmenelan 66 jiwa, mengungsikan danmengepung sekitar 432.583 jiwa.Siapa pun yang menjadi gubernur DKIJakarta, harus tegas dan konsisten menjaga keseimbangan tata ruang. Jika tidak,dengan cara apa pun banjir akan terusberulang. „ DEN, SH foto: berindo wilson
                                
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31