Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 32
P. 26
26 BERITAINDONESIA, 01 Maret 2007BERITA UTAMADari Kuhingga BBanjir bukan hanya terjadi saat ini, tapi orangBetawi bilang udeh dari sononye, yakni sejakjaman Kumpeni. Tapi para penyelenggarapemerintahan di Jakarta, dari dulu hingga kini,tidak pernah belajar dari sejarah.usun raksasa yang sedangmenggeliat menuju megapolitan ini, termasuk ibukotanegara terpadat di dunia.Sebenarnya penduduk Jakarta lebihkurang 9 juta jiwa, tetapi pada hari-harikerja dibanjiri oleh tak kurang dari 2 jutajiwa karyawan yang bermukim di linterland. Secara demografis, Jakarta sebagaiibukota negara, sebenarnya kurang menguntungkan. Di Jakarta, bermuara KaliCiliwung dan 12 sungai kecil yang beradadi tengah kota. Sungai-sungai tersebut;Kali Mookervaart, Kali Angke, Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, KalibaruBarat, Kalibaru Timur, Kali Cakung, Jatikramat, Kali Sunter, Buaran dan Kali Cipinang. Eks kota Batavia ini selalu dihantuiancaman banjir, mengingat struktur 40persen tanahnya (2.400 hektar), terutamadi bagian utara berada di bawah permukaan air laut.Jakarta tak lepas dari peran PangeranFatahillah yang mengubah Teluk SundaKelapa menjadi kota Jayakarta, 447 tahunlalu. Sunda Kelapa merupakan kotapelabuhan yang ramai dan menjadipersinggahan kongsi dagang asing, misalnya Portugis dan Spanyol.Dipicu oleh pertumbuhannya yangmaju pesat seteleh kehadiran para pedagang Inggris dan Kumpeni (VOC)Belanda, Jayakarta menjadi rebutankedua kongsi dagang Eropa itu. Keduanyasama-sama mendirikan loji, hingga seringterjadi perseteruan di antara mereka.Namun Belanda lebih lihai dan memenangkan persaingan itu, bahkan berbalikmemukul Jayakarta. Sejak saat itulahVOC menancapkan kukunya, mengubahJayakarta menjadi Batavia. VOC membangun gedung-gedung perkantoran perdagangan di dekat pelabuhan.Sejak VOC bubar, pemerintah Bataviamembangun pusat kegiatan pemerintahan dengan mengambil lokasi dataranyang lebih tinggi dan disebut Weltevreden.Sebenarnya, pemerintah Belanda telahmenciptakan sungai-sungai di Bataviamenjadi sungai yang bersih dan menjaditempat wisata, layaknya di Netherland.Namun kondisi Batavia yang berdataranrendah, dan terdiri dari rawa-rawa, selaludihantui bencana penyakit dan banjir. Tahun 1779, David Bylon melaporkan terjadinya ledakan demam berdarah denguedi Batavia. Banjir pun berulang kali mengganggu Batavia. Belanda berupaya mengatasi dengan membangun infrastrukturberupa sistem drainase seperti Kali Sentiong yang berfungsi mengalirkan air diwilayah Jakarta Timur ke sungai Ciliwung.Juga Kali Gresik di Jakarta Pusat, hinggakini masih berfungsi.Banjir besar melanda Batavia, menelanbanyak korban sehingga Belanda berinisiatif mendirikan sistem drainase yangmengatur aliran air dalam kapasitas lebihbesar. Dipimpin seorang insinyur Hermanvan Breen, konsep dibuat tahun 1918, kemudian dibangun Banjir Kanal Barat, selesai tahun 1933. Drainase inilah yangberfungsi baik hingga kini, mengalir dariManggarai sampai Muara Angke di TelukJakarta.Belanda berniat menyambung BanjirKanal Barat dengan membangun BanjirKanal Timur, karena menurut konsep vanBreen, itulah yang membuat Batavia benar-benar bebas banjir. Namun, pembangunan itu tidak terwujud hingga era kemerdekaan, sampai Batavia berganti nama menjadi Jakarta. BKT tidak rampungjuga sampai Gubernur Sutiyoso menyelesaikan masa jabatan keduanya, Julinanti.Di era pemerintahan Presiden Soekarno, Jakarta terpicu oleh semangat negara-negara berkembang yang tergabungdalam New Emerging Forces. Jakartapun bersolek dengan memunculkan wajah“baru” ibukota, karena menjadi tuan rumah pesta olahraga NEFOS, dikenal dengan Ganefo. Komplek olahraga pun dibangun di kawasan Senayan, kini dikenalsebagai Gelora Bung Karno. Selain komplek olahraga juga dibangun Hotel Indonesia, Gedung Sarinah, Jembatan Semanggi dan Jalan MH Thamrin.Lahan-lahan kosong, hijau terbuka,mulai ditumbuhi hutan beton dari gedung-gedung pencakar langit. Di era OrdeBaru, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikinmulai membangun gedung-gedung bertingkat tinggi. Demikian juga gubernurgubernur berikutnya. Sesuai dengan pertumbuhan Jakarta menjadi kota Metropolitan, suka atau tidak suka, telah memicu pembangunan fisik dengan pesat.Semakin tingginya aktivitas masyarakatperkotaan, membuat lalu lintas semakinDWarga mengungsi menggunakan rakit bambu.