Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 34
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 29 Maret 2007BERITA UTAMAemelut beras tengah mengguncang seluruh penjuru negeri. Bukan isapan jempol ketika muncul laporan sebanyak100 daerah kabupaten dan kota terancamkekurangan beras. Musim tanam tahunini terlambat, karenanya panen punterlambat.Namun berita ini dimanfaatkan olehspekulan untuk menimbun beras danmenjualnya ketika harga melonjak sampaiRp 6.000 per kilogram. Ketika hargamelonjak, jutaan keluarga tak mampumenjangkaunya, karena penghasilanmereka hanya cukup untuk membeliberas murah, itu pun sudah lenyap daripasar. Ujung-ujungnya, mereka yang takmampu menjangkau, lari ke nasi aking.Celakanya, produksi padi tahun 2007tidak mencapai target nasional. Tadinyapemerintah menetapkan target sebanyak58,18 juta ton gabah kering giling (GKG).Tetapi Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan (1/3), angka ramalan satu produksi tahun ini hanya 53,13 juta ton GKG.Deputi Kepala BPS Bidang Ekonomi,Pietojo menjelaskan, angka sementaraproduksi padi tahun 2006 sekitar 54,40juta ton GKG. Sedangkan tahun 2005sebanyak 54,15 juta ton, atau naik hanya0,46%. Yang menyedihkan, ketika kebutuhan bertambah, perkiraan produksitahun 2007 hanya 53,13 juta ton GKG,atau turun 1,27 juta ton dari angkaproduksi 2006.Hasil sruvei yang dilakukan oleh MediaGroup, induk harian MI menunjukkanminimnya perhatian pemerintah untuksungguh-sungguh menangani masalahberas. Responden yang menilai pemerintah tidak sungguh-sungguh sebanyak71%. Sedangkan menilai sungguh-sungguh hanya 24%, sisanya 5% tidak tahu.Survei itu dilaksanakan pada 480 responden di enam kota: Jakarta, Makassar, Medan, Surabaya, Yogyakarta dan Bandungdengan metodelogi acak via telepon.Anehnya, responden yang setuju imporberas lebih besar (55%) dibandingkandengan yang tidak setuju impor beras(42%). Tetapi menjawab quisioner tentang tindakan pemerintah terhadapspekulan beras, 78% responden mengatakan pemerintah belum tegas. Hanya13% yang menyatakan sudah bertindaktegas. Sisanya 9% tidak tahu.Tingginya ketergantungan rakyat padaberas bisa dilihat dari kepanikan merekaketika beras tiba-tiba hilang di pasar. Jadibisa disimpulkan bahwa beras kebutuhanfundamental yang tidak bisa ditawar bagihampir seluruh rakyat yang berjumlahsekitar 230 juta jiwa. Kendati demikian,tidak semua rakyat bisa menjangkauharganya yang terus meroket. Sebab sekitar 39 juta orang hidup miskin denganpendapatan sehari setara dua liter beras.Menjawab pertanyaan tentang tingkatharga beras saat ini, 80% respondenmengatakan sangat memberatkan. Hanya5% yang mengatakan normal, sisanyatidak tahu. Mereka berpendapat operasipasar beras murah, tidak bisa jadi solusiuntuk mengatasi masalah beras.Hasil survei ini semestinya menjadiperingatan bagi Bulog, DepartemenPertanian dan Departemen Perdaganganagar sungguh-sungguh menangani masalah beras. Sebagai bangsa yang mengandalkan kebutuhan pokok utamanyapada beras, tetapi tergantung berat padaimpor, kondisi ini mengancam keamanandan ketahanan pangan.Belum lama menetapkan tambahanproduksi beras 2 juta ton tahun ini,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,akrab dipanggil SBY, malah membuka lebar kran impor sampai 2 juta ton dariVietnam dan Thailan. Sudah 100 daerahmenjerit, bakal mengalami kekuranganproduksi beras, karena keterlambatanmusim tanam. Rata-rata daerah mengalami kemunduran panen perdana sampai Mei, semestinya pertengahan Maret.Di Bantul, Yogyakarta, menurut laporankoresponden MI, sebanyak 13 desa terancam kekurangan stok beras, karenamundurnya musim tanam. Bupati Bantul,Idham Satmawi mengatakan cuaca yangtidak menentu, mengakibatkan 30% dari20.000 hektar tanaman padi mundurpanen sampai Mei.Gudang beras nasional, Karawang,tahun ini diperkirakan mengalami kemerosotan produksi padi akibat banjir dankekeringan. Pemerintah setempat, untukmengatasi hal tersebut, mengizinkan parapetani menanam padi tiga kali setahunserta menanam benih langsung.Sebaliknya, puluhan petani di desaTapelan, Kecamatan Kapas, KabupatenBojonegoro, Jatim, mengeluh karenaharga gabah mereka turun rata-rata Rp300/kg. Biasanya, mereka menjual seharga Rp 2.500/kg, sekarang hanya RpKSeorang pedagang resmi operasi pasar Bulog di pasar Penduduk sedang berebut untuk mendapatkan beras murah. foto: kompas