Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 38
P. 35


                                    BERITAINDONESIA, 24 Mei 2007 35LENTERAjika tidak dikelola dengan baik, air bisamenimbulkan malapetaka (bencana)bagi kelangsungan hidup manusia,menjadi air bah yang menghancurkansemua yang dilintasinya. Maka sebagaimanusia yang diberi hak dan kewajibanhidup di bumi, haruslah mampumemanfaatkan dan mengelola airdengan bijak dan cerdas.Di pondok pesantren modernkomprehensif (kampus) ini, kita bisamenyaksikan bagaimana air benarbenar dikelola sebagai unsur utama bagikehidupan: dipanen, disimpan dalam‘lumbung air’ dan dimanfaatkan secaraberulang. Di kompleks Al-Zaytun ini kitadisadarkan agar memperlakukan airsebagai sesuatu yang sangat bernilaiserta memanfaatkannya secara bijakdan terjaga dari pencemaran.Namun demikian, pada musimkemarau 2006 hingga Januari 2007, AlZaytun juga masih hampir terkena krisisair, walau tidak separah kawasansekitarnya. Halmana Al-Zaytun jugamasih mengalami gangguan dalammemulai bercocok tanam hingga awalJanuari 2007. Padahal, tahun-tahunsebelumnya, krisis air seperti itu tidaklagi pernah dialami Al-Zaytun.Syaykh menjelaskan siklus kekeringanseperti tahun 2006 itu pernah terjadipada tahun 1970-an. “MenjelangPemilihan Umum 1971, terjadi musimkemarau sampai tujuh bulan dansekarang terjadi kembali di tahun 2006-2007. Kita bisa hitung sesuai putaranmusim tahun 1971 sampai 2006dinamakan selapan tahun. Perhitunganhari, orang Jawa sering menyebutnyadalam selapan hari, itu sama dengan 35hari. Sloso wage ketemu Sloso wage lagi,itulah 35 hari. Hitungan tahun sepertiini perhitungannya 35 tahun namanya,”jelas Syaykh berdasarkan pengalamandan catatannya.Dari pengalaman itu, menurutSyaykh, mestinya bangsa Indonesiapaham dan bangkit dari kejadiankekeringan itu. “Namun bangsaIndonesia belum pernah dapat belajardari tunjuk ajar yang diberikan alamatau dalam bahasa teologinya yangdiberikan oleh Tuhan. Mudah-mudahankrisis air dan pangan yangberkepanjangan seperti ini tidak terjadilagi tahun 2008,” harapnya.Syaykh berharap para petani, minimalpetani yang menggarap tanah 600hektar sawah, sudah tidak berbicara lagimengenai alam yang tidak ramah. “Yangsesungguhnya alam ini sangat ramahhanya manusia yang tidak menyadari,”kata Syaykh.Maka belajar dari pengalaman itu,Syaykh Panji Gumilang, menegaskanpada tahun 2007 ini Al-Zaytunfoto: berindo wilsonBelajar dari siklus krisis air itu,sangat berguna bila parapemimpin negeri iniberkenan menyempatkanwaktu untuk memperhatikanmanajemen pengelolaan air di AlZaytun. Sebuah pondok pesantrenmodern, yang lebih layak disebutkampus, seluas 1.200 hektar yangberada di Desa Sandrem, Gantar,Kabupaten Indramayu, Jawa Barat,Indonesia.Al-Zaytun, tentu juga mengalamisiklus musim kemarau dan musimhujan yang sama dengan kawasansekitarnya. Kawasan kampus inisebelumnya gersang, kekeringan padamusim kemarau. Maka sejak awal,Syaykh AS Panji Gumilang sebagaigrand design pembangunan kampusterpadu (pendidikan dan ekonomi) ini,telah memadukan manajemen pembangunan infrastruktur pendidikandengan manajemen pengelolaan danpemanfaatan air secara efektif.“Air adalah unsur penting untukkehidupan,” tegas Syaykh Al-Zaytun DrAbdussalam Panji Gumilang. Tanpa airdalam beberapa hari saja, kita tidakakan mampu bertahan hidup. Namun,Air di Al-Zaytun ir di Al-Zaytun
                                
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39