Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 38
P. 40


                                    40 BERITAINDONESIA, 24 Mei 2007BERITA TOKOHAzyumardi AzraDeputi Sekretaris Wapres Bidang KesraKarir tokoh intelektual Islam ini mengalir begitu sajaseperti air. Ia menyebutnya sebagai hal yang kebetulan.etika IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada tahun1998 mengangkatnya menjadiPembantu Rektor (Purek) IBidang Akademik, ia tak kuasa untukmenolak sebab merasa berhutang budikepada kampus yang sudah membesarkannya. Penunjukkan itu dianggapnyasebagai “musibah”. Meskipun begitu,rekan sejawatnya tetap menganggapurang awak ini bakal tak juga menolakjika diplot menjadi rektor.Maka jadilah pada tahun itu pula, 14Oktober 1998, doktor, pakar sejarah Islam, dan ahli nilai-nilai hidup NabiMuhammad SAW lulusan Columbia University, AS ini diangkat menjadi rektor.Padahal, penulis produktif ini tidakmenyukai birokrasi, termasuk tak menyukai pakaian safari yang kerap menjadisimbol manajemen pemerintahan yangbirokratis. Ayah empat orang anak inimenyebutkan, birokrasi yang serba struktural tak cocok di lingkungan kampus.Tetapi selama dua periode (1998-2006)memimpin sebagai rektor, terutama sejakmemasuki periode kedua, sejumlah lompatan luar biasa berhasil ditorehkansuami dari Ipah Fariha ini. Seperti, IAINsejak Mei 2002 berubah nama menjadiUniversitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah, Jakarta; membuka berbagaifakultas dan jurusan baru seperti fakultassains, ekonomi, teknik, MIPA, komunikasi, dan kedokteran; menerima mahasiswa baru melalui jalur SPMB; dan membangun kerjasama secara terbuka denganberbagai institusi di dalam dan luarnegeri.Kerjasama itulah yang memungkinkanUIN Jakarta, yang telah berhasil menghilangkan dikotomi antara disiplin ilmuilmu agama dan ilmu-ilmu umum, membangun kampus yang sama sekali baru.Bahkan kampus yang terletak di kawasanCiputat dengan 17 ribuan mahasiswa initerlihat lebih mentereng. Bahkan Kampusini sudah pula siap-siap beralih statusmenjadi perguruan tinggi berbadanhukum milik negara (BHMN), termasukmemiliki rumah sakit praktek.Ketika UIN Jakarta sudah memilihrektor baru sebagai penggantinya, jawaban yang senada ia berikan kepada wartawan Berita Indonesia ketika berlangsungMusyawarah Nasional Ikatan Alumni UINJakarta (IKALUIN), November 2006 diIstana Wakil Presiden. Ketika itu, kepadapria yang gencar mewacanakan pemikirantentang Indonesia, Pembangunan, danIslam, ini ditanyakan akan ke manaselanjutnya melangkah selepas menjadirektor. Lulusan Fakultas Tarbiyah, UINJakarta (1982) itu kontan menjawab,karirnya akan mengalir begitu saja sepertiair.Penyuka joging dan menonton pertandingan sepakbola ini masih mengelakmenjawab saat ditanya perihal kemungkinan akan ditempatkan menjadi pejabatyang lebih tinggi, seperti di lingkunganIstana Wakil Presiden. Sebab pembukaanMunas IKALUIN untuk pertamakalinyaberlangsung di Istana dan dibuka olehWapres Jusuf Kalla. Munas saat itu secaraaklamasi berhasil memilih kembaliSyaykh AS Panji Gumilang, yang jugapemimpin pondok pesantren modern AlZaytun di Indramayu, Jawa Barat sebagaiKetua Umum IKALUIN untuk periodekedua 2006-2010.Pemilik nama yang memiliki makna“permata hijau” ini akhirnya seolahbertukar tempat saja dengan penggantinya, Komaruddin Hidayat, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana UIN Jakarta.Hingga kemudian tersiarlah kabar kecil diberbagai media massa, bahwa mantanwartawan majalah Panji Masyarakat(1979-1985) ini sudah dilantik menjadiDeputi Sekretaris Wakil Presiden (Seswapres) Bidang Kesejahteraan Rakyat,oleh Jusuf Kalla, di Istana Wapres Kamis(26/4). Ia menggantikan Yusuf Asry yangmemasuki masa pensiun.Dosen tamu di berbagai perguruantinggi terkemuka di dunia itu sudah dekatke poros kekuasaan, sesuatu yang memang sangat pantas disandang olehmantan rektor yang sudah meluluskanribuan manusia berkualitas yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dantoleran sesuai ciri UIN Jakarta. Duniakampus yang identik dengan kejujuran,dan keilmuan, tentu berbeda denganporos kekuasaan yang sarat denganpermainan politik walau mantan aktivisini ditempatkan di pos peningkatankesejahteraan rakyat. Wapres Muhammad Jusuf Kalla pun, saat itu mengatakanbahwa ia bertugas mengoordinasikanpenyelenggaraan tugas dan fungsi Wapresserta pelaksanaan tugas Presiden.“Ini tugas baru yang cukup berat bagisaya. Seperti pesan Wapres MuhammadJusuf Kalla, tugas yang menuntut berpikircepat, bertindak cepat dan memantaudengan cermat berbagai agenda untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat,” kataAzyumardi menjawab pertanyaan BeritaIndonesia. Tetapi bagaimana menerjemahkan pesan Wapres tersebut, dan apasaja program-programnya meningkatkankesejahteraan rakyat, Azyumardi belummau berkomentar terlalu jauh. “Kalau itubelum dapat saya jawab. Saya harus lihatdulu apa yang ada,” ujarnya.Selain akan bergelut meningkatkankesejahteraan rakyat, sebagai DeputiSeswapres, pemikir pembaharuan Islamini boleh saja melanjutkan kembali idenyamendirikan pondok pesantren modern diPalu, atau Poso, Sulawesi Tengah sebagaisalah satu solusi permanen menciptakanperdamaian di daerah konflik tersebut.Ide ini sebelumnya pernah ia lontarkantatkala beraudiensi dengan Wapres JusufKalla, pria berdarah bugis yang jugadikenal sebagai tokoh perdamaian Malino. Jika Azyumardi sudah berhasil mewujudkan sejumlah besar mimpinyamembangun UIN Jakarta, bukan mustahil kisah sukses yang sama ia raih diIstana. „ HTKfoto: berindo wilson
                                
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44