Page 55 - Majalah Berita Indonesia Edisi 40
P. 55


                                    BERITAINDONESIA, 21 Juni 2007 55BERITA KESEHATANMelawan AIDS di ‘Puskesmas Turki’HIV/AIDS merupakan kasus seriusdi Papua. Anak-anak dan remaja dalamsituasi rentan.HIV/AIDS merupakan kasus yang sangat serius di Papua. Penularannya harus diminimalisir secepat mungkin.Sampai 31 Maret 2007, datadari Dinas Kesehatan ProvinsiPapua mencatat ada 3.252kasus HIV/AIDS. Yang terbanyak di Kabupaten Mimika,sebanyak 1.182 kasus. Namundiperkirakan jumlah sebenarnya lebih besar, sekitar 11.000-12.000 kasus.Begitu seriusnya PemprovPapua menanggulangi penyebaran HIV/AIDS yang terusmeluas ini, maka dialokasikandana Rp 20 miliar untukmengatasi HIV/AIDS. Prioritas yang mesti ditolong, tentunya para pekerja seks komersial (PSK) dan waria.Anak-anak RentanDengan kondisi sedemikianrupa, anak-anak di Papua menjadi rentan tertular HIV/AIDS.Karena itu World Vision Indonesia melalui Wahana VisiIndonesia (WVI) menggelarproyek Siaran (Sistem Informasi HIV/AIDS bagi Remajadan Anak), di area Port Numbai dan Kabupaten Keerom.haya HIV/AIDS.Tim ini terdiri dari 20 siswagabungan beberapa SMA danSMK di Jayapura. Mereka datang ke sekolah-sekolah danmemberikan penjelasan mengenai bahaya dan cara mencegah HIV/AIDS dengan bahasayang mudah dimengerti lewatplayback teater dan memperagakan Dance for Life yangakan mengingatkan merekauntuk bertanggung jawab danmenjaga diri dari bahaya AIDS.Tidak hanya melibatkan siswa SMA dan SMP saja, kampanye bahaya HIV/AIDS jugamelibatkan mahasiswa. Sepertidilakukan pendeta Canon Gideon Byamugisha dari Uganda.Pendeta Canon adalah pengidap HIV melalui transfusidarah, yang baru diketahuinyapada 1992. Kedatangannya kePapua atas undangan WorldVision Indonesia untuk membagikan pengalamannya sekaligus memberikan pemahaman bahaya virus mematikan itu kepada anak-anak muda di Papua.Dia menekankan perlunyaorang-orang yang terinfeksivirus ini untuk membuka diri.ika melintas dari arahJayapura menujuSentani menggunakan angkutan umum,sang sopir akan bertanya adakah penumpang yang turun dipuskesmas. Jangan heran jikatak terlihat satupun puskesmas di lokasi itu. Sebab, yangdimaksud si sopir adalah ’pusat kesenangan mas-mas.’Yang disebut puskesmas ituadalah pusat lokalisasi Tanjung Elmo, Sentani, Papua. Ditempat ini awalnya adalahtempat untuk merehabilitasiPSK. Kenyataannya berubahmenjadi tempat transaksi seks.Nama lainnya adalah ’Turki’,singkatan dari ’turun di kiri’.Sebab letaknya berada di sebelah kiri jalan jika datang dariarah Jayapura.Banyaknya pekerja seks komersial, termasuk kaum waria,menjadi salah satu penyebabtingginya risiko penularanHIV. Hal ini berbeda denganJakarta dimana angka pengidap HIV/AIDS terbanyakadalah pengguna jarum suntik.Apalagi seks bebas di Papuaseringkali tidak menggunakankondom.Karena itu, pemerintah danKomisi Penanggulangan AIDS(KPA) di Papua sangat gencarmengampanyekan pemakaiankondom, baik melalui baliho,poster, maupun iklan di radio.Bahkan juga menggunakanposter tim sepakbola Persipuradengan tulisan ’Kitorang Semua Pakai Kondom’. Posterposter ini dipasang di tempattempat strategis, termasuk diBandar Udara Sentani.Proyek Siaran ini mendesakdilaksanakan karenaUNAIDS/WHO melaporkanbahwa pada tahun 2005 sekitar setengah juta anak-anakdi dunia yang berusia di bawahusia 15 tahun meninggal karena AIDS. Estimasi secaraglobal pada tahun 2005, adasekitar 2,3 juta anak sedanghidup dengan HIV/AIDS.Upaya yang dilakukan Proyek Siaran antara lain denganmelibatkan anak-anak mudauntuk memberikan pemahaman tentang bahaya HIV/AIDSkepada rekan-rekan sebayanya. Contohnya dengan menurunkan tim School’s Tour yangdatang ke sekolah-sekolahuntuk mengampanyekan baMenurutnya dengan melibatkan generasi muda sangatpenting dilakukan agar sejakdini mereka terhindar daripenularan HIV/AIDS. Risikoterjadinya lost generation punbisa dicegah.Ada lima strategi promosipencegahan yang dipaparkannya di depan anak-anakmuda Papua. Antara lainmemastikan mereka mendapat informasi yang tepat,menggunakan radio denganmengundang dokter untuksiaran atau bisa menggunakan suratkabar, mengintegrasikan persoalan HIV/AIDS kedalam kurikulumpelajaran, melatih merekasebagai kader sebaya untukmemberikan informasi kepada teman, dan setiap Jumatselama satu jam di semua sekolah diadakan diskusi mengenai HIV/AIDS. „ RHJPSK, termasuk kaum waria, salah satu penyebab tingginya resikopenularan HIV/AIDS.foto: berindo wilson
                                
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59