Page 54 - Majalah Berita Indonesia Edisi 42
P. 54


                                    54 BERITAINDONESIA, 19 Juli 2007BERITA DAERAHMasyarakat Minta Hentikan PenebanganWarga Dayak Pimping mengancam akan melakukan tindakan tegas terhadap PT Inhutani.Selama ini perusahaan milik negara ini tidak pernah memikirkan kerusakan lingkungan.ernyataan Kapolri JenderalPolisi Sutanto, perang terhadapillegal logging (penebanganliar) atas perintah PresidenSusilo Bambang Yudhoyono yang dituangkan melalui Instruksi Presiden RINomor 4 Tahun 2006, tampaknya hanyaberlaku terhadap masyarakat kecil atauyang disebut pengusaha kayu bantalanyang ditarik dengan kuda-kuda ataukerbau. Buktinya, semua perusahaanbesar yang beroperasi di hutan WilayahUtara Provinsi Kalimantan Timur, taksatu pun terjangkau hukum.Padahal, sudah rahasia umum, semuaperusahaan kayu di daerah ini, namanyasaja milik bangsa Indonesia, tetapi yangmengelola langsung di lapangan adalahorang keturunan Cina dari Malaysia.Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung -ratusan orang, karena setiap camp terdapat sedikitnya lima orang. Begitu jugadengan alat-alat berat, seperti traktor, logging truck, logging truck treler, dumptruck, kepiting loder, escavator, pick up,langsung dibawa dari Malaysia dengancara, “Barang Impor Sementara”. Jumlahnya diperkirakan ribuan unit.PT Idec Abadi Wood Industries, yanglebih dikenal dengan PT Kayan PatriaPratama (KPP) misalnya. Perusahaankayu yang beroperasi di areal HPH/IUPHHK (Hak Penguasaan Hutan/IzinUsaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu)PT Inhutani I di Pimping KecamatanTanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan ini sebenarnya sudah mendapat perlawanan masyarakat. Seperti diberitakanBerita Indonesia pada Edisi No. 41 lalu,masyarakat Desa Pimping, meminta agarperusahaan ini menghentikan seluruhkegiatannya dengan alasan, mitra kerja PTInhutani I itu bekerja tanpa ijin danmenebang kayu di luar RKT (RencanaKerja Tahunan) sehingga menimbulkankerusakan hutan cukup parah.Namun, permintaan warga Pimping iturupanya tak digubris. Buktinya, penebangan kayu yang dikendalikan Mr Yap,warga Sabah Malaysia ini terus berlanjut.“Ada ijin atau tidak, bukan urusan saya,saya hanya bekerja,” katanya di CampPimping kepada SL Pohan dari Berita Indonesia. Artinya, pernyataan Kapolri untuk memberantas penebangan liar, tidakberlaku bagi warga Malaysia yang sudahenam tahun bekerja di Indonesia ini.Memang, bagi Mr Yap dan ratusan Yaplainnya, bekerja di perusahaan kayu, soalada ijin atau tidak ada ijin, bukan urusanmereka. Orang-orang asing ini hanya berpikir, di mana ada kayu untuk ditebang.Entah itu di pinggir sungai, di hutan terlarang atau hutan lindung, yang penting, kayu,tidak berlubang dan bengkok. “Rugi, jikasampai istirahat. Masih ada dua belas unitlagi alat berat dari Malaysia yang bisa pakai,selebihnya sudah rusak,” kata Mr Yap serayamenunjuk traktor dan logging truck.Nampak beberapa alat berat parkir dihalaman Camp Pimping. Sementara didalam gudang dipenuhi spare-part (sukucadang) dan minyak pelumas merek luar.“Kita datangkan dari Malaysia karenamutu dan harganya pun jauh lebih murahketimbang beli di Indonesia. Dan, untukalat-alat berat, semua yang kita bawa dariMalaysia sudah dibeli oleh KPP. Keberadaan saya di sini hanya mengajar paramekanik dan operator. Kalau merekasudah bisa, saya pulang kampung lah keMalaysia,” kata Yap memberi alasankeberadaannya di Camp Pimping.Melihat maraknya penebangan kayudan protes masyarakat Desa Pimping yangmayoritas berpenduduk Dayak Kenya ini,Berita Indonesia tak pelak turut merasakhawatir. Apalagi, setelah Ketua Persatuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT) Bulungan, Drs Liet Ingai, Msi yang juga Wakil Bupati Bulungan, menandatanganiSurat Kesepakatan Bersama antara pihakperusahaan PT KPP Group tanpa sepengetahuan masyarakat Pimping. Artinya, masalah ini menjadikan Liet Ingai,baik sebagai Ketua PDKT Bulungan maupun sebagai Wakil Bupati Bulungan patutdipertanyakan posisinya.Sementara itu, PT Inhutani I di TanjungSelor, yang didatangi, mengaku tidak tahumenahu soal kegiatan PT KPP Group di DesaPimping. “Yang jelas, mereka (PT. KPPGroup, Red) bekerja tanpa ijin,” kataseorang karyawan. Namun, setelah mengetahui lawan bicaranya dari Berita Indonesia, lelaki tersebut buru-buru meralat. “Tolong, pernyataan kami ini bukan mewakilikantor, karena yang berhak memberikanketerangan kepada Anda hanyalah pimpinan. Sementara bapak pimpinan tidak adadi tempat,” katanya serta meminta dengansangat namanya jangan sampai disebut.Sebaliknya, Pimpinan PT KPP Groupyang juga pemilik pabrik kayu PT IdecAbadi Wood Industries Tarakan, Juandayang hendak dijumpai di kantor sekaligushotelnya Tarakan Plaza, tidak bisa ditemui. Sebelum masuk ke dalam hotel, SLPohan dari Berita Indonesia sudah dihadang seorang petugas Satpam. “Bos(maksudnya: A Juk - nama panggilanJuanda di kalangan Tionghoa, Red) tidakada. Kalau hanya untuk konfirmasi,silakan saja tulis besar-besar, Bos tidakakan apa-apa,” katanya sambil memberiisyarat menyuruh pergi. „ SLP, MLPPAlat-alat berat dari Malaysia yang sudah dibeli KPP diparkir di halaman Base Camp Pimping.foto: berindo sl pohan
                                
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58