Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 48
P. 45
BERITAINDONESIA, 25 Oktober 2007 45BERITA HUMANIORAAjarkan Anak BerteriakKasus penculikan atau kekerasan terhadap anak terjadikarena ada pembiaran dari orang tua, sekolah, danmasyarakat sekitar.rang tua mana yang tidakkhawatir mendengar merebaknya kasus penculikan anakbelakangan ini. Apalagi setelah mencuatnya kasus penculikan RaisahAli (5), yang mendapat sorotan luashingga memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden MJusuf Kalla turun tangan, penculikan-penculikan anak masih terus berlanjut. Misalnya penculikan Dimar Ardiansyah (2,5)oleh pembantunya 11 September lalu.Berbagai motivasi melatarbelakangiaksi penculikan. Mulai dari motif ekonomi, dendam, dijerumuskan sebagai pekerja seks komersial, sindikat perdagangan anak dan yang lebih sadis dijual sebagian organ tubuhnya. Pelakunya biasanyamasih orang dekat seperti rekan usaha,pembantu rumah tangga atau anak buahyang sakit hati, juga para penjual anak.Menurut Sekjen Komnas PerlindunganAnak (Komnas Anak), Arist Merdeka Sirait, sebanyak 25 kasus dari 87 kasuspenculikan yang dilaporkan ke KomnasAnak bermotif perdagangan anak, terutama untuk dipekerjakan di jalanan (sebagai pengemis atau pengamen) atau dipekerjakan sebagai pekerja seks komersialanak. Salah satunya Melyaningsih (4),yang sempat terlihat menjadi pengamen.Bahkan, dua kasus di antaranya sudahbernuansa perdagangan organ tubuh. Inidiketahui dari ditemukannya dua korbandalam kardus dengan kondisi sudahdimutilasi dengan beberapa organ tubuhpenting hilang.Sejak awal 2007, Komnas Anak sudahmencatat 39 kasus penculikan anak diJabodetabek kemudian ditambah 12 kasuslagi sepanjang Juli-Agustus. Dari kasustersebut, 34 diantaranya meminta uangtebusan sekitar 20-350 juta. Jelaslah motif ekonomi masih mendominasi secarakeseluruhan. Sasaran penculikan kebanyakan anak-anak dari kalangan menengah ke atas. Lokasi penculikan beragammulai dari sekolah, rumah, dalam kendaraan (taksi), di pinggir jalan, juga dipusat perbelanjaan. “Hampir semua aksipenculikan anak dilakukan di tempatumum,” kata Adrianus Meliala, kriminolog Universitas Indonesia.Seto Mulyadi, Ketua Komnas Anak mengatakan, kasus penculikan atau kekerasan terhadap anak terjadi karena adapembiaran dari orang tua, sekolah, danmasyarakat sekitar. Lebih lanjut, Setomenambahkan perlunya simulasi pencegahan penculikan di sekolah. Dengansimulasi, anak diberi informasi tentangpola atau modus penculikan dan menumbuhkan kesadaran anak untuk melindungi dirinya sendiri.Oleh sebab itu, belajar dari kasus yangada, pihak sekolah perlu mengantisipasidan memperketat pengamanan di sekolah. Mulai dari menambah tenaga security/satpam, membuat kartu penjemput yang dilengkapi foto siswa danpenjemput, membuat buku penghubungantara orang tua, anak, dan sekolah,sampai memberikan simulasi-simulasi disekolah. Tidak hanya itu, pihak orang tuapun semakin meningkatkan pengawasan.Beberapa orang tua bahkan memilihuntuk mengantar jemput sendiri anaknya.Untuk pengamanan di lingkungansekolah misalnya, SMP Kristen Penaburdi Modern Land, Tangerang, mengandalkan tenaga satpam yang berjumlahsekitar 5 orang dan menerapkan penggunaan kartu penjemput. “Tanpa kartuitu, siapapun penjemputnya tidak bolehmembawa anak pulang,” ujar KiranaBuntoro, Kepala Sekolah SMP tersebut.Bahkan di TK Al Irsyadiyah di PinangKota, Tangerang dan TK Bunga Puspita,Perumahan Japos, Ciledug, kartu penjemput dilengkapi dengan foto penjemputnya. Dengan kerjasama yang solid daripihak sekolah, orang tua, aparat danmasyarakat, diharapkan kasus penculikananak dapat ditekan. MLPOBerikut hal-hal praktis yang dapat diajarkanpada anak untuk menghindari penculikan :fl Orangtua harus menjalin komunikasi efektifdengan anak. Dengan cara itu, orangtuadapat memantau “perasaan” anak. Adakalanya, saat anak enggan pergi ke sekolah,anak memiliki perasaan tidak enak, akanterjadi sesuatu dengan dirinya.fl Tidak mendandani anak dengan berbagaiperhiasan atau membiarkan anak membawabarang mahal.fl Ajari anak untuk berteriak minta tolong sekeraskerasnya atau mencari tempat persinggahanyang aman bila ada orang yang memaksa ikut.fl Tidak keluar dari lingkungan sekolah selamajam belajar.fl Menolak pemberian apapun (makanan,minuman, mainan) dari orang asingfl Tidak mudah percaya kepada orang.fl Jika menggunakan angkutan umum, ajari anakuntuk pergi dan pulang secara berkelompoksehingga mudah dideteksi secara dini jika adayang hilang.fl Segera pulang ke rumah, dan jika pergibermain wajib memberi tahu orang tua.fl Memberi tahu pihak sekolah atau orang tuajika merasa terancam atau selalu diperhatikanseseorang yang mencurigakan.fl Segera hubungi nomor polisi jika ada penculikan (telp 110), nomor telepon sahabatanak (TESA), telp 129, serta telepon hotlinekomnas perlindungan anak 021-8779 1818.Kiat Mencegah Penculikan Anakrivafauziah.files.wordpress.comAjari anak untuk pergi dan pulang secara berkelompok.