Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 49
P. 45
BERITAINDONESIA, 08 November 2007 45BERITA NASIONALAntara Indon dan MalingsiaGenerasi baru Malaysia menganggaprendah Indonesia. Mereka kerapmengidentikkan warga Indonesia dengan3D, yakni dirty, danger, dan difficult.nggapan 3D (jorok,berbahaya dan sulitdiatur) itu munculkarena setiap harimereka melihat warga Indonesia bekerja sebagai pembantu atau pekerja kasar diMalaysia. Mereka memandangrendah orang Indonesia karena negara Indonesia miskindan korup, yang memaksasebagian tenaga kerjanya mengais-ngais ringgit di tanahmelayu, Sarawak dan Sabah.Akibatnya citra negatif sepertimemiliki sikap mental tidakkompeten dalam bekerja, bodoh, tidak berpendidikan, tidak memiliki dokumen, danmenambah persoalan sosial diMalaysia, digeneralisasi terhadap semua orang Indonesia.Selain itu, pemberitaan media massa Malaysia juga dinilaitendensius terhadap Indonesia. Bila terjadi kejahatan kriminal seperti perampokanatau pembunuhan, pelakunyasering disebut orang Indonesia, padahal belum tentu wargaIndonesia yang melakukannya. Sebagian media di Malaysia juga mempunyai perananyang besar mempopulerkankata ‘Indon’ di sana. Mediamedia tersebut menyiarkanberita mengenai perbuatankriminal yang dilakukan orangIndonesia dengan judul-judulseperti, “Mafia Indon Mengganas” atau “PRT Indon Menculik Anak”. Berita yang dimuat sering dilebih-lebihkandan jauh dari fakta sebenarnya. Lambat laun, persepsi orang terhadap “Indon” menjadiburuk. Tidak sedikit orang tuamemarahi anaknya yang nakaldengan berkata, “Mau jadi apakamu nanti? Mau jadi indon?”Kata ‘indon’ rupanya tidak lekat pada perkara kriminalitassaja sebab kata ini juga digunakan dalam berbagai pemberitaan yang terkait dengan Indonesia. Misalnya saja, “Indonpop diva launches autobiography”, “SBY’s hit list: Indonpresident gives cops 100 days tonab top M’sian terrorists”,“Indon politicians in bitter dispute” dan masih banyak lagi.Belakangan ini citra negatifyang ditimpakan pada wargaIndonesia itu berbuah perlakuan buruk yang makin menjadi-jadi. Tidak hanya TKIyang menjadi sasaran, tetapijuga warga negara Indonesia(WNI) lainnya. Belum redakemarahan rakyat Indonesiaatas tindakan kekerasan yangdilakukan aparat kepolisianMalaysia pertengahan Agustuslalu terhadap wasit karate Indonesia yang diundang secararesmi, warga Indonesia kembali mengalami kekerasanyang dilakukan satuan keamanan swakarsa Malaysia,Rela (Ikatan Relawan Rakyat).Istri seorang diplomat Indonesia ditangkap dengan semenamena. Walaupun telah menunjukkan kartu identitas diplomatiknya, dia tetap dianggapsebagai warga ilegal.Selain itu, petugas Rela melakukan tindakan brutal saatpenggerebekan di kediamanmahasiswa S-2 asal Indonesiadengan alasan mencari wargailegal. Aksi Rela itu dinilaisewenang-wenang dan keterlaluan. Namun, jelas pula,kesewenang-wenangan itu lebih menggambarkan persepsikalangan masyarakat luas Malaysia, yang mengidentikkanwarga Indonesia dengan TKI,pekerja kasar, dan pembanturumah tangga. Kekerasan demi kekerasan yang dilakukanpasukan Rela terhadap WNI diMalaysia membuat rasa amanWNI yang tinggal di Malaysiamakin sulit diperoleh.Meski Pemerintah Indonesiadan rakyat Indonesia telahberkali-kali melakukan protesterhadap pemerintah Malaysia,negeri kerajaan itu sangat beratuntuk meminta maaf atas tindakan yang dilakukan baik olehaparat kepolisiannya maupunpasukan Rela. Proses hukumyang dilakukan terhadap parapelakunya terkesan lamban dantenggelam begitu saja.Menanggapi kasus kekerasan dan pelecehan terhadapWNI ini, beberapa anggotaDPR mengusulkan agar Indonesia menghentikan pengiriman tenaga kerja dan mahasiswa, atau memberlakukantravel warning agar tidakmengunjungi Malaysia. Namun, usulan yang disertai kecaman keras itu hilang begitusaja membuat krisis kepercayaan di antara kedua negaramakin dalam. Menteri LuarNegeri RI Hassan Wirajudabahkan menyatakan tidak percaya terhadap ungkapan bangsa serumpun.Krisis kepercayaan ini adalah buah dari persepsi negatifyang terus merembes di antarawarga Malaysia dan Indonesia.Orang Indonesia (sebagian)pun membangun persepsi negatifnya sendiri. Mereka menganggap orang Malaysia (memelesetkan namanya menjadiMalingsia) arogan karenamenghina dan bersikap kasarterhadap TKI.Sejumlah orang memilihmenggunakan kata plesetan‘Malingsia’ karena kekecewaanmereka atas ulah Malaysiayang menurut mereka sudahkelewatan. Mulai dari ‘dicaploknya’ Sipadan-Ligitan; merampas kehormatan wanitaasal Indonesia; ‘dicaploknya’lagu rakyat Rasa Sayange asalMaluku untuk mempromosikan pariwisata negeri itu;mengklaim bahwa wayang danbatik juga milik mereka, salahsatunya dengan mematenkanmotif batik parang asli Yogyakarta, dan terakhir adalahhadirnya Astro, sebuah televisiberbayar yang berbasis di Malaysia, yang dianggap melakukan monopoli terhadap tayangan langsung Liga PrimerInggris. Astro dianggap merampas hak orang Indonesiauntuk menonton tayanganlangsung liga Inggris.Suara-suara kebencian diantara kedua kubu ini rupanyajuga menyebar di dunia mayakhususnya forum diskusi online seperti topix.com (topix.com/forum/world/malaysia). Di sana bertebaran pendapat-pendapat yang tidakenak untuk dibaca sebab mengumbar kata-kata penghinaan dan hujatan. Begitu pulabila kita mencari informasidengan kata pencarian ‘malingsia indon’ di Google, kitaakan dibawa ke halaman-halaman situs yang bernada sama.Gelombang kebencian diantara bangsa serumpun inibila tidak ditangani dengan segera bisa menimbulkan penyakit di segala aspek kehidupan. Citra Indonesia yangkadung negatif di mata sebagian warga Malaysia harus diperbaiki. Lalu bagaimana caranya supaya citra bagus? Mengutip kalimat diplomat terkenalmantan duta besar RI di Australia Wiryono Sastrohandoyo,“If you want to change theperception, you should changethe reality first.” PemerintahIndonesia jelas pihak pertamayang paling bertanggung jawabmengubah citra negatif itu. Malaysia tidak sepatutnya selaludipersalahkan. Indonesialahyang harus berkaca dan berusaha mengubah ‘realita’. MLPAilustrasi: dendy