Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 49
P. 41
BERITAINDONESIA, 08 November 2007 41LENTERAperpecahan).Ataukah, sangat boleh jadi, untukmenetapkan hari raya agung yang samamerupakan sesuatu yang amat sulit,karena tuntunan Ilahinya sangat sulituntuk didekati, dan menyulitkan?Sesungguhnya jika kita dekati lebihserius ajaran shaum (memulainya) danmenutupnya (menyudahinya), sungguhsesuatu yang tidak menyulitkan,ajarannya jelas, ungkapannya pun jelas.Ayat Al-Qur’an yang jelas ini, mestinyatidak menyulitkan bagi orang yangikhlash mengikutinya, Q.S. 2/185 (AlBaqarah).Bulan Ramadlan di dalamnyaditurunkan Al-Qur’an sebagai petunjukbagi manusia dan penjelasan mengenaipetunjuk itu, dan pembeda (antarayang benar dari yang salah). Makabarangsiapa di antara kamu telahmenyaksikan bulan Ramadlan itu,maka hendaknya melaksanakan puasadi dalamnya. Dan barangsiapa beradadalam keadaan sakit atau dalam suatuperjalanan (bepergian), makahendaknya melaksakannya di hari-harilain (bulan selain Ramadlan). Allahmenghendaki sesuatu kemudahan bagikamu sekalian, dan tidak menghendakisuatu kesukaran bagi kamu sekaliandan hendaklah kamu semuamenyempurnakan/mencukupkanbilangan (bulan Ramadlan) danhendaklah kamu semua mentakbirkanAllah atas petunjuk-Nya yang jelas ituuntuk kamu semua, dan hendaknyakamu bersyukur (tidak berselisih).Jangan-jangan, perselisihan yangterjadi itu hanyalah berdasarketidakmampuan mengendali egogolongan atau kebanggaan golongan,justru hal tersebutlah yang harusdijauhkan dalam beragama karena jikakita terjebak dalam sikap egois dansaling membanggakan golongan, justrusuatu ciri bahwa itu merupakan sikapmusyrik, Q.S. 30/31- 32 (Ar-Rum).Dan janganlah kamu semua menjadiorang-orang musyrik, yaitu orangorang yang suka memecah agamamereka (termasuk menjalankan ‘Idyang berbeda-beda hari kalau itudiyakini sebagai ajaran agama) danmereka menjadi bergolong-golongan,tiap-tiap golongan dengan apa yangada pada mereka, mereka berbanggabangga.Betulkah Tuhan akanmenganugerahkan rahmat dankemudian tidak murka kalau ummatIslam berselisih dalam perkara prinsipberagama (termasuk menetapkan awaldan akhir Ramadlan maupun ‘Id)? Ataujangan-jangan ‘Idul Fithri dan shaumRamadlan itu sendiri tidak prinsip lagisehingga ummat Islam Indonesiamerasa bangga jika berselisih danmenganggap biasa-biasa saja tanpabeban di hadapan Tuhan?Sesungguhnya betapa gampang dantidak susahnya menetapkan awal puasadan ‘Idul Fithri jika ummat IslamIndonesia mengimani Al-Qur’an dengansedalam-dalamnya. Di negara Indonesiamemiliki suatu lembaga negara yangsah, yakni Depatemen Agama (Depag),di sana terdapat Dirjen Bimas Islam,bid’ah-kah jika ummat Islam Indonesiamengamanatkan ketetapan permulaanRamadlan dan ‘Idul Fithri kepadaDepag, kemudian ummat Islam Indonesia menaati ketetapan itu? Ataumungkin karena tidak termasuk ulilamri, lantas ketetapannya bolehditentang, dan lebih baik ulil amri-nyaadalah golongan masing-masing?Apakah ummat Islam Indonesia lebihmemilih, perselisihan ummat itu sebagairahmat (termasuk berselisih dalam ber-‘Idul Fithri), dan menganggapkeseragaman pelaksanaannya adalahtidak dirahmati, bahkan mungkindilaknat? Seyogyanya kita semua ummatIslam Indonesia kembali kepada ajaranIlahi dengan sukarela yang direlakan,dan kembali menjadi ummat yang satu(minimal dalam ber-‘Idul Fithri).Alangkah indahnya di dalam negarayang majemuk ini pimpinan negaradapat memberikan ucapan/pidatosambutan bagi setiap hari raya agamaagama di Indonesia ini. Hari rayaummat Islam ‘Idul Fithri (karenapelaksanaannya tidak berbeda hari)presiden memberi ucapan (mungkinminal ‘aidin wal faizin, maaf lahir danbatin). Tatkala hari raya Natal,menyampaikan selamat hari kelahiranNabi ‘Isa al-Masih, dan tatkala hari rayaagama-agama lainnya menyampaikanucapan selamat dan pesan-pesan khususseorang pemimpin negara kepadaummat beragama.Sehingga hari raya menjadi hari besardalam arti yang seluas-luasnya bagiummat beragama di Indonesia ini, danjuga bagi para pemimpinnya. Semogatahun-tahun mendatang, tidak lagiterjadi perselisihan yang tidak dapatdisatukan dalam menentukan harishaum dan hari raya ‘Idul Fithriminimal untuk Indonesia.Potret Ummat Islam Bangsa IndonesiaPotret ummat Islam bangsa Indonesiahari ini sangat ditentukan dan diwarnaioleh masa lalu perjalanan sejarahbangsa itu sendiri. Karenanya kitamestinya mampu membaca prosesperjalanan sejarah itu, sehingga kitamampu mengevaluasi diri, kemudiankita tulis sejarah masa depan denganamal soleh yakni sikap dan tindakanyang selalu konsern kepada/terhadapkebaikan dalam arti luas.Mengapa hal ini menjadi suatukeharusan, sebab ummat Islam bangsaIndonesia sekarang ini banyak sekaliyang bangga terhadap warisan-warisanmasa lalu. Tapi disayangkan,kebanggaan itu tidak diikuti oleh etosmembaca warisan-warisan tersebut.Pengetahuan terhadap warisan-warisantersebut terbatas pada nama-namakalau itu seorang tokoh, hanya dibacabuku-buku atau ajaran-ajarannya tetapitidak dibaca hal-hal yang berkenaandengan sejarahnya.Di dalam pembahasan sejarah duniaIslam di kurun abad ke-14, namaIndonesia belum, bahkan tidak disebutwalaupun di abad itu Aceh sudahmengenal Islam. Menandakan, ditataran dunia Islam ketika abad itumemang sangat terbatas keberadaanIslam di Indonesia. Perjalanan sejarahmenuju abad ke-14 itu diwarnai olehbanyak kejadian. Abad ke-8 Thariq binZiad berhasil menguasai Spanyol, danMuhammad bin Al-Qasim berhasilmenaklukkan India (Khilafah Al-Walidibn Abd Malik). Dapat dibayangkan,ketika Spanyol dan India jatuh ketangan muslim, Indonesia terutamaorang-orang Jawa sedang sibukmempersiapkan berdirinya candiBorobudur sebagai monumen Budha,satu abad kemudian orang-orang Hindumendirikan candi Loro Jonggrang.Sekitar empat abad kemudian (tahun1111 M) ketika Al-Ghazali wafat, diIndonesia sedang berdiri kerajaan Kediridengan seorang raja bernama Jayabaya.Setelah dua ratus tahun Al-Ghazaliwafat, 1297 M, kerajaan Majapahitberdiri, dan baru habis pada tahun 1478M. Dapat dibayangkan ketika Indiasudah enam ratus tahun dalamkekuasaan muslim, nusantara (Jawa)masih menghasilkan sebuah kerajaanHindu yang jaya. Baru pada sekitar abadke-15 Gresik, Sedayu (Jawa) masukIslam yang kemudian menyebarkannyake daerah timur.Dari itu, dapat dipahami mengapasosiolog muslim Ibnu Khuldun dalamkaryanya yang masyhur, MuqaddimahIbnu Khuldun, tidak berbicara tentangIndonesia. Jangankan Ibnu Khuldun,orang-orang Arab sebelum perang duniaII saja masih banyak yang tidak pahambahwa di Indonesia banyak orang Islam.Biasanya sejarawan (ahli sejarah)Indonesia menetapkan jatuhnyaMajapahit (1478 M) merupakan titikawal kebangkitan kekuasaan kesultananmuslim di tanah Jawa.Belum lagi menata kekuatan ummatdi bidang pendidikan maupun ekonomisecara “sempurna”, di awal abad ke-16

