Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 53
P. 51


                                    BERITAINDONESIA, 10 Januari 2008 51LINTAS TAJUKIndonesiaMenjelang 2008Memasuki tahun 2008, Indonesia diantaroleh prediksi ketidakpastian ekonomi danbencana.enjelang tutuptahun 2007, topik mengenaiprediksi kondisiBangsa Indonesia tahun 2008dan tentang bencana tanahlongsor, bergantian menjadiulasan tajuk harian-harianterbitan ibukota pada mingguterakhir 2007.Harian Indo Pos (21/12)misalnya, mengulas tentangrisiko ekonomi 2008. Harianini menyebutkan, menutuptahun 2007, sejumlah harapandan kekhawatiran muncul bersama. Di bidang ekonomi,kinerja makroekonomi yangcukup positif sepanjang tahun2007 diharapkan bisa dipertahankan tahun 2008. Namun, sejumlah gejala ekonomi membuat banyakpihak khawatir, ekonomi Indonesia tahun depan akan lebihburuk. Tahun 2008 diwarnai ketidakpastian, karena melihat indikasi masihtingginya harga minyak mentah di pasar dunia. Selain itu,melambatnya petumbuhanekonomi AS dan dunia yangakan berdampak langsungterhadap kinerja ekspor nasional. Karena itu, Indonesiaharus siap memasuki tahunyang lebih berat, meskipunsecara fundamental perekonomian sudah lebih siap. Untuk mengatasi risiko-risikoyang akan dihadapi, sinergikebijakan di bidang fiskal danmoneter harus ditingkatkan.Diharapkan, pemerintah danBI bisa lebih baik dan sinergispada 2008.Harian sore Suara Pembaruan (21/12) juga menyorotiprediksi kondisi 2008, khususnya bidang Investasi. Sepertidilaporkan Kepala BadanKoordinasi Penanaman Modal(BKPM), M Lutfi, realisasiinvestasi asing dan domestikdalam kurun 1 Januari hingga15 Desember 2007 mencapaiRp 125,94 triliun. Jumlah itu183 persen dari target Rp68,56 triliun. Dan bila dibanding2006,pencapaiantahun 2007 itunaik 169 persen. Untuk tahun2008, BKPM mematok targetpeningkatan investasi langsung sebesar 15,2 persen. Dengan demikian, pemerintahberharap Rp 145 triliun modalbakal ditanamkan investor diIndonesia tahun 2008.Pencapaian seperti yangdilaporkan BKPM tersebutmembuktikan bahwa Indonesia masih menarik bagi investor. Meskipun demikian, pencapaian itu belumlah optimal.Masih banyak persoalan penting yang dianggap menghambat percepatan peningkatanpenanaman modal, sepertipenegakan hukum yang masihamburadul, birokrasi yangberbelit-belit, dan ketidakstabilan politik dan keamanan.Untuk mencapai investasiyang lebih menggembirakan,harian ini menyarankan agarsegenap jajaran pemerintahpusat dan daerah memacu dirimenghilangkan catatan burukyang selama ini terus bergema.Harian Bisnis Indonesia(22/12) juga mengulas gambaran ekonomi Indonesia2008 dikaitkan dengan janjiMenko Perekonomian Boediono tentang kebijakan ketat.Boediono menjanjikan, padatahun 2008 tidak akan dibuatkebijakan uang ketat.Menurutnya, gejolak harga minyak mentahdunia tidakperluterlaludi,khawatirkan. Dampakkrisis kreditperumahanberkualitasrendah (subprimemortgage) di AS,juga tidak perlu dibesar-besarkan.Bisnis Indonesia menyatakan sependapat dengan pernyatan Boediono tersebut. Harian ini yakin, berbagai risikoseperti disebutkan dapat dikelola dengan kebijakan yang tepat. Dalam situasi di mana saatini muncul banyak anggapan,dan kritik, bahwa perekonomian belum berjalan optimal,sektor riil dinilai berjalan lambat, kebijakan yang berlebihan, dengan arah yang keliru,justru akan makin mengerembahkan menghancurkan perekonomian. Dalam situasi seperti saat ini, justru dibutuhkan banyak perangsang, agarperputaran roda usaha bergerak lebih lincah, lebih kencang. Dan untuk itu, dibutuhkan kecukupan likuiditas. Perangsangnya adalah kebijakanmoneter yang lebih akomodatif dan kebijakan fiskal yanglebih longgar, apalagi jika duakebijakan sentral itu bisa berjalan saling mendukung. Belajar dari krisis keuangan tahun1997/1998, kebijakan uangketat apalagi disertai dengankebijakan fiskal yang ketat,dampaknya akan mematikanperekonomian.Sementara Koran Tempo(28/12), seperti juga harianlainnya, menyoroti bencana tanah longsor yang terjadi 26Desember 2007 lalu. Menurutkoran ini, tak selayaknya pemerintah dan masyarakat menerima bencana alam denganpasrah. Sebab, sebagian besarmusibah seperti banjir dantanah longsor di Jawa Timur dan Jawa Tengahitu sebenarnya bisadihindari. Penyebabnya pun jelas, yakniramuan antara curahhujan tinggi, hutan yangtelah gundul, dan penyempitan sungai di berbagaiwilayah.Indonesia memang dikenalsebagai negeri yang rawanbencana. Kondisi itu sebenarnya mengharuskan bangsa iniagar selalu siap hidup bersamabencana. Tapi susahnya, pemerintah pusat dan daerahhampir selalu lengah. Merekatidak (mau) sadar bahwa rakyatnya hidup di tengah bahaya.Hampir tak ada sistem antisipasi dan manajemen bencanayang disiapkan dengan sungguh-sungguh sejak jauh hari.Padahal, dengan bantuan teknologi, sebagian besar bencanasudah bisa diperkirakan sehingga korban yang munculbisa ditekan seminimal mungkin. Kejadian tanah longsor dilereng Gunung Lawu, misalnya,sudah diperkirakan sejak setahun sebelumnya. Namun,peringatan yang diberikan parapeneliti tidak digubris. „ MSM
                                
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55