Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 54
P. 18
1818 BBERITA ERITAIINDONESIA NDONESIA, , 31 Januari 2008 31 Januari 2008BERITA UTAMAPAK HARTO, SANGTABAH DALAM PUSARAN REFORMASIejak Pak Harto menjalani perawatan intensif di RSPP Jakarta, Jumat (4/1),hingga meninggal dunia pada27 Januari 2008, berbagaimedia nasional dan asing terusmemantau perkembangannya.Detik demi detik kemunduranatau kemajuan kondisi kesehatan Pak Harto memilikinilai berita yang sangat tinggi.Wartawan yang berhari-haringepos di RSPP bangga memberitakannya.Yang tak kalah menarik adalah, media-media sangat ramaimemberitakan perilaku tokohtokoh nasional yang, untukmenunjukkan kadar ketokohan dan kedekatannya kepadaPak Harto, mereka merasa harus mengunjungi mantan penguasa Orde Baru yang sanggup memimpin Indonesia selama 32 tahun. Para tokoh ituterdiri dari politisi, pengusaha,pejabat tinggi pemerintah,petinggi militer, para Menteridan mantan Menteri, hinggaPresiden dan Wakil PresidenRI, serta para sahabat lamabahkan bekas lawan politikyang dari dulu membenci orang-orang Orde Baru.Semua tokoh yang datangsepertinya merasa benar-benar belum sebagai tokoh apabila tak bisa menyempatkandiri untuk memasuki ruangperawatan Kamar 534 di lantailima RS Pusat Pertamina, Jakarta. Ruang dimana tubuhPak Harto sedang berusahabertahan hidup ditopang olehalat-alat bantu kesehatan. Dimasa kritisnya, keluarga Cendana sudah mengikhlaskankepergian Pak Harto denganlamat-lamat melafalkan ayatayat suci Al-Qur’an dari suratAl-Ikhlas. Sementara PakHarto sudah pula minta dibaringkan mengarah kiblat.Kedatangan para tokohmenjadi sangat penting untukmenunjukkan bahwa kadar ketokohan pembesuk masih eksisdi jagat perpolitikan nasional,terlebih menjelang tahun2009. Maklum, seusai kemunduran Pak Harto sebagai Presiden pada 21 Mei 1998, taksemua tokoh bisa merapat keCendana. Para mantan pembantu terdekat yang sebelumnya selalu dipercayai, bahkansudah dipersiapkan secaramatang untuk memimpinbangsa ini terbukti dalam seketika bisa berubah haluanmenjadi brutus alias pengkhianat nomor satu, di sekitarbulan Mei 1998. Padahal, apabila sedikit lebih bersabar saja,bukan tak mungkin merekaakan memperoleh sanjungandari Pak Harto dan rakyatsebagai kader politik yangberhasil dipersiapkan. Empatbelas nama Menteri misalnya,menolak untuk masuk dalam(skenario) Kabinet Reformasi,bentukan baru Pak Hartopengganti Kabinet Pembangunan VII untuk mengakomodasi tuntutan reformasidari mahasiswa. Tapi begituPak Harto benar-benar lengser, ke-14 nama tadi seolahmerupakan pahlawan, yangberperan mempercepat kejatuhan rejim. Mereka itu bergabung dalam barisan kabinetbentukan BJ Habibie.Setelah membesuk Pak Harto yang sedang sekarat, paratokoh berkenan memberikanketerangan pers tentang kondisi terbaru kesehatan PakHarto. Sebagian lagi ada yanglangsung ngeloyor pergi begitu S saja. Mungkin karena wartaKetika masih berkuasa, sedikit saja Pak Harto batuk, indeks bursasaham Jakarta bisa goncang. Bahkan sesudah lengser pun, beritatentang Pak Harto, maupun perihal kondisi kesehatannya selalumenjadi berita besar yang mengundang keingintahuan publik.Bahkan kini, nama besar Pak Harto, senang atau tidak, olehpencinta atau pembencinya, tetap bersinar kendati ia sudah tiada.ilustrasi: dendy