Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 54
P. 22
22 BERITAINDONESIA, 31 Januari 2008BERITA UTAMAminta Pak Harto mundur.Harmoko seperti lupa ataspernyataannya saat memintakesediaan Pak Harto untukdicalonkan kembali menjadipresiden jauh hari sebelum SUMPR.Pernyataan Harmoko inikemudian dijelaskan (dibantah) Pangab Jenderal Wirantosebagai bukan pernyataaninstitusi tapi lebih merupakanpernyataan pribadi.HM Soeharto tentu dengancermat terus mengikuti perkembangan itu. Sampai soretanggal 20 Mei 1998,tampaknya ia masih yakinakan bisa mengatasi keadaansecara damai dengan membentuk Komite Reformasi danmerombak kabinet menjadiKabinet Reformasi. Tapi keinginan baik Pak Harto inidisambut dingin berbagai kalangan bahkan tragisnya ditolak sebagian pembantunya(menteri) yang dibesarkannya.Rupanya inilah detik-detikterakhir ia menjabat presiden.Hari itu, Rabu 20 Mei 1998sekitar pukul 19:30, Pak Hartomenerima Mantan Wakil Presiden Sudharmono di kediaman Jalan Cendana No. 8 Jakarta. Saat itu, menurut Sudharmono, Presiden Soehartomenyatakan tetap akan melaksanakan tugas-tugas kepresidenan dan segera akan mengumumkan pembentukan Komite Reformasi, serta mengadakan perubahan susunanKabinet Pembangunan VII.Sekitar setengah jam berikutnya, pukul 20.00, WakilPresiden BJ Habibie menghadap Pak Harto. Lalu sekitarpukul 20:30, Saadillah Mursyid diminta menemui Presiden Soeharto yang sedangbersama Wakil Presiden BJHabibie di ruang tamu kediaman Jalan Cendana 8 itu.Di hadapan Wakil Presiden BJHabibie, Presiden Soehartomeminta Saadillah Mursyid,Menteri Sekretaris Negara,mempersiapkan naskah final:Keputusan Presiden tentangKomite Reformasi dan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet Reformasi.Saat itu, Presiden Soehartomenyatakan akan mengumumkan dan melaksanakanpelantikannya besok hari, Kamis 21 Mei 1998. Untuk keperluan itu Presiden Soeharto juga minta agar ruang upacaraatau yang lazim disebut RuangKredensial di Istana Merdekadipersiapkan. Kemudian WakilPresiden B.J Habibie pulang.Sementara itu, sebanyakempat belas orang menterimembuat pernyataan tidakbersedia ikut serta dalam Kabinet Reformasi yang direncanakan Pak Harto. Mereka ituadalah para menteri yang sebelumnya dibesarkan Pak Harto.Hindari Pertumpahan DarahLalu, sekitar pukul 21:00,setelah BJ Habibie pulang,Saadillah Mursyid mohon untuk bisa melanjutkan bertemudengan Pak Harto. Dalam kesempatan itu, Saadillah Mursyid melaporkan bahwa sejumlah orang-orang yang direncanakan untuk menjadianggota Komite Reformasitelah menyatakan menolak.Saadillah juga melaporkanadanya informasi bahwa empat belas orang menteri yangdirencanakan akan duduk dalam Kabinet Reformasi menyatakan tidak bersedia ikutserta dalam Kabinet. Setelahitu, Saadillah pulang.Tapi sekitar pukul 21:40,Saadillah Mursyid dimintamenemui Presiden Harto lagi.Saadillah bergegas menujuruangan di tempat biasanyaPresiden menerima tamu, termasuk menerima para menteri. Saadillah terkejut karenaPresiden tidak ada di ruanganitu. Ketika ditanyakan, barulahajudan memberitahukan bahwa Presiden Soeharto menunggu di ruang kerja padabagian kediaman pribadi.Sekitar pukul 22:15 hariRabu 20 Mei 1998 itu, HMSoeharto mempersilakan Saadillah duduk di sebelahnya.Kursi hanya ada satu, di situHM Soeharto duduk. LaluSaadillah dipersilahkan menggeser puff, sebuah tempatduduk empat persegi, agar bisalebih dekat. Setelah heningsejenak, kemudian HM Soeharto mengatakan: “Segalausaha untuk menyelamatkanbangsa dan negara telah kitalakukan. Tetapi Tuhan rupanya berkehendak lain. Bentrokan antara mahasiswa danABRI tidak boleh sampai terjadi. Saya tidak mau terjadipertumpahan darah. Oleh karena itu, saya memutuskanuntuk berhenti sebagai Presiden, menurut Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945.”Lalu, kepada Saadillah sebagai Menteri Sekretaris Negara,diminta untuk mempersiapkan empat hal. Pertama, konsep ‘Pernyataan Berhenti darijabatan Presiden RI’; Kedua,memberitahu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bahwapermintaan pimpinan DPRuntuk bertemu dan melakukankonsultasi dengan Presidenakan dilaksanakan hari Kamis,21 Mei 1998 pukul 09:00 diruang Jepara Istana Merdeka;Ketiga, memberitahu WakilPresiden BJ Habibie agar hadir di Istana Merdeka hariKamis tanggal 21 Mei 1998pukul 09:00 dan agar siapuntuk mengucapkan SumpahJabatan Presiden di hadapanKetua Mahkamah Agung; Keempat, memohon kehadiranKetua Mahkamah Agung diIstana Merdeka hari Kamis 21Mei 1998 pukul 09:00.Saadillah pun segera memberitahu Pimpinan DPR, Wakil Presiden dan Ketua Mahkamah Agung melalui telepon.Malam sudah larut menjelangtengah malam. Lalu, bersamasama staf, Saadillah segeramulai melakukan penyusunannaskah Pernyataan BerhentiPresiden. Setelah mendapatkan pokok-pokok dan arahan,Bambang Kesowo, waktu ituWakil Sekretaris Kabinet, danSoenarto Soedharmo, ketikaitu Asisten Khusus MenteriSekretaris Negara mulai menyusun konsep awal. Sementara Yusril Ihza Mahendra,ketika itu Pembantu Asisten(Banas) Menteri SekretarisNegara, memberikan masukan-masukan terutama darisegi hukum tata negara.Konsep disusun secara bersama-sama, sebagaimana layaknya suatu pekerjaan staf. Bukanhasil kerja orang perorangan.Setelah konsep diteliti dan dikoreksi beberapa kali, padapukul 03:00 menjelang subuhtanggal 21 Mei 1998, naskahPak Harto menerima kunjungan Wapres Jusuf Kalla.