Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 40
40 BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008BERITA UTAMASepenggal Kisah tentang RaskinIni sepenggal kisah tentang Raskin atauberas murah untuk rakyat miskin. Sebuahistilah bahasa yang selama ini digunakanpemerintah dan dinilai berbagai pihak salahkaprah.Alkisah, seorang tokoh terkemuka pernah berdiskusi dengansalah seorang anggota DPRD Jawa Barat. Mereka memperdebatkan hingga mengkritisi penggunaan istilah Raskin supaya diubah. Sebab bunyi istilahitu sama saja dengan doa, yaituagar orang yangmakan beras itumenjadi miskin.Tatkala keduanya tengah asyikberdiskusi, tanpadisadari seorangmenteri yang sedang menggunakan pakaian lapangan masuk, danduduk persis dimeja sebelah mereka. Mendengaristilah Raskin dikritisi, Pak Menteri tiba-tiba nimbrung dan menyela, denganmengatakan bukan begitumaksud istilah Raskin itu.Mengetahui seorang tamuterhormat setingkat menterisedang berada di tengah mereka, si tokoh dan anggotaDPRD itu kemudian menyodorkan tangan mengajak salaman dan mengucapkan selamat datang kepada Pak Menteri.Tokoh tadi kemudian menjelaskan kalau mereka sedangberbicara tentang bahasa.Bahwa bahasa yang baik akanmasuk dalam jiwa jadi baik.Sebaliknya, bahasa jelek masuk jiwa menjadi jelek. Demikian pula dengan bahasaRaskin, beras miskin, siapayang makan itu kelompok miskin, akan sulit diangkat menjadi orang yang tidak miskin.Pak Menteri berusaha membantah dan menjelaskan bahwa bukan itu maksud istilahRaskin. Lalu si tokoh dan anggota DPRD itu saling melirikmelihat wajah Pak Menteriyang memerah karena masihdijawab lain oleh meraka. SiTokoh pun meredakan situasidengan menandaskan supayatidak perlu dicari apa maksudRaskin itu. Sebab yang pentingbahasa itu mestinya kandungan maksudnya bisa dimengerti oleh bahasa yang menerima.Karena Pak Menteri berNo 1/2008 ini, saya yakin volume pembelian Bulog bisaberlipat kali lebih banyak karena Bulog memiliki keleluasaanmembeli beras dari petani,”ujar Mustafa.Tapi optimisme Dirut Bulogitu diragukan banyak pihak.Ketua Umum Kontak TaniNelayan Andalan WinarnoTohir mengatakan kenaikanHPP saja belum dapat menjamin Bulog bisa membeli gabahatau beras sesuai target. Sebabkenaikan HPP untuk gabahdan beras itu masih sebandingdengan harga gabah dan berasdi pasaran.Billy Haryanto, pedagangberas di Pasar Induk BerasCipinang, Jakarta Timur, sependapat dengan Winarno,meskipun pemerintah menaikkan HPP, Bulog akan tetapkesulitan mendapat beras. Diayakin pedagang akan beli gabah dan beras Rp 200 di atasHPP.Sejumlah petani di Kabupaten Bandung juga menilai,kenaikan HPP itu masih terlalu rendah dibandingkan harga yang ditawarkan tengkulak.Somad, petani Gajahmekar,Soreang, Kabupaten Bandungmengatakan, gabah hasil panen sebelumnya sudah dijualpada tengkulak dengan hargaRp 2.200 per kg. Sedangkanharga gabah kering panen diKabupaten Karawang, JawaBarat, Rabu, masih berkisarRp 2.200-2.500 per kg. Selainitu, Somad juga menilai kenaikan HPP terlambat karenasaat ini mayoritas petani sudahtidak memiliki simpanan gabah. (Kompas, 24 April 2008).Beberapa Koran Nasionaljuga memberitakan betapasulitnya posisi petani akibatkenaikan harga pangan dunia.Sangat ironis. Petani bukannyabertambah sejahtera denganharga pangan dunia yang meroket, tapi justru dijerat hargakebutuhan pokok lainnya sertaharga sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk,pestisida, dan air yang juganaik.Ironisnya, sebagian petanisudah harus menjual gabahbasah dengan harga rendahuntuk bayar utang, tetapi kemudian harus membeli kembali untuk konsumsi beberapabulan berikutnya dengan harga tinggi.Jangan PanikPemerintah Indonesia memang tidak terlihat panik atasancaman krisis pangan globalyang menggejala saat ini. Atausekurangnya tidak sepanikbeberapa pemerintah di Asialainnya. Sebagaimana dikeluhkan Direktur Pelaksana UmumBank Pembangunan Asia (ADB)yang menilai pemerintahan diAsia bereaksi berlebihan dalam menanggapi peningkatanharga pangan. Nag mengisyaratkan agar pemerintah di Asiajangan panik.Menurut Rajat Nag, sejumlah negara di Asia langsungmelakukan pembatasan ekspor beras. Padahal, ujar Rajat,seharusnya tindakan yanglebih urgen adalah merangsang peningkatan penghasilanmasyarakat miskin. “Zamanberas murah telah berakhir,tetapi reaksi negara- negarasepertinya agak berlebihan.Padahal persediaan masihcukup,” ujar Nag sebagaimanadikutip Reuter dan AFP.Menurutnya, pembatasanekspor tidak ada bedanya dengan menimbun beras di levelnasional. Dia mengatakan,Asia memang mengalami peningkatan harga pangan yangsangat tinggi tetapi bukankekurangan persediaan pangan. Dia juga menganjurkannegara-negara di Asia seharusnya memberikan bantuanlangsung kepada masyarakat