Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 35
BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008 35BERITA UTAMAterus,” katanya. Menurutnya,mengimpor kedelai, beras, danbahan pangan lainnya ataumenyewakan hutan, tak perluterjadi bila mencermati betapakayanya alam Indonesia yangberisikan segala hal yang terbaik di dunia,” keluhnya dalampercakapan denga Berita Indonesia belum lama ini.Begitu pula Siswono Yudohusodo, mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat (1988- 1993) dan Menteri Transmigrasi dan Permuki-man Perambah Hutan (1993-1998),serta Ketua Umum HKTI(Himpunan Kerukunan TaniIndonesia) 1999-2005, inisampai hari ini juga aktif sebagai petani. Siswono juga sangatresah melihat kebiasaan imporpangan oleh Indonesia. “Sangat memalukan. Indonesiasebagai negara agraris tapimalah menjadi importir,” ujarSiswono dalam forum diskusi“Tantangan dan Prospek Pertanian Indonesia” di GedungCaraka Loka, Departemen Luar Negeri, Jalan Sisingamangaraja, Jakarta, Rabu (16/4/2008).Siswono mengungkap dataIndonesia mengimpor gulasebanyak 1,3 juta ton per tahun, jagung satu juta ton,gandum sekira 5,5 juta ton,beras 1,3 juta ton, kacangtanah 600 ribu ton per tahun,juga garam sekitar 50 persendari kebutuhan nasional. Menurut Siswono, semua produkitu seharusnya bisa mengandalkan produk dalam negeri.Siswono mengharapkan Indonesia bisa menjadi negaraeksportir utama untuk kebutuhan produk tropis. Tapi, diasangat menyayangkan peluangpotensial itu belum digunakandengan baik. Hal itu, katanya,karena Indonesia lengah, sehingga negara lain memanfaatkan potensi strategis ituuntuk meningkatkan kesejahteraan mereka.Kini momentum terbuka lebar untuk mengambil peranitu. Untuk itu, kata Siswono, disamping pembinaan petanipetani yang ada, perlu dikembangkan pendekatan baru dengan melibatkan perusahaanperusahaan pertanian besardengan mekanisasi dalam hubungan inti dan plasma, khususnya untuk jagung, kedelai,beras, kacang tanah, kacanghijau dan gula tebu.Siswono juga menyarankan,Indonesia untuk segera memperluas lahan pertanian melalui reforma agraria. Menurutnya, penyempitan lahantelah menyebabkan menurunnya produktivitas berbagaiproduk pertanian.Siswono menyarankan tigalangkah yang perlu dilaksanakan pemerintah. Pertama,meningkatkan perlindunganpada petani, sebab liberalisasiperdagangan dunia di “Theborderless world” menjadikanMalu, Jadi Importir Pangan TerusSungguh ironis dan memalukan, Indonesia yang notabene negaraagraris, tetapi masih jadi importir produk pertanian tropis.yaykh Al-Zaytun Panji Gumilang dan Siswono Yudohusodo,Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan KerukunanTani Indonesia (HKTI), secaraterpisah mengemukakan halitu. Rasanya kedua tokoh inicukup representatif mengemukakan hal itu menyuarakannurani para petani dan seluruhrakyat Indonesia.Syaykh Panji Gumilang dalam kiprahnya sebagai peloporpendidikan terpadu mendirikan dan memimpin Al-Zaytun,sangat perhatian dalam halpertanian. Dia, bahkan sangataktif sebagai petani. Kini tengah membangun kawasanpertanian terpadu denganmembangun Waduk WinduKencana di Indramayu. Diasangat gelisah melihat kondisiIndonesia yang sangat suburtetapi terlalu gemar mengimpor pangan.“Sangat ironis dan memalukan, jadi importir panganSImpor Terus: Indonesia mengimpor beras rata-rata 1,5 juta tonsetiap tahun.depdagri.go.id