Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 32
32 BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008BERITA UTAMAmereka, untuk membeli duakilogram beras.Namun, krisis pangan terutama sangat memberatkanpenduduk negara-negara berkembang, kata Rudy Rabbinge, pakar cadangan persediaan pangan dari UniversitasWageningen. Menurutnya, diBarat orang rata-rata membelanjakan tidak lebih dari duabelas persen dari pendapatannya untuk kebutuhan pangan.“Sedang di negara-negara berkembang, sekitar setengahnya.Dengan kenaikan harga sekarang ini, mungkin akan melonjak menjadi tiga per empatpendapatan mereka. Dan halini, tentu akan menjadi masalah besar,” katanya.Kepanikan yang menghinggapi masyarakat dan pemerintah di beberapa belahanbumi telah pula makin memperkeruh situasi yang berakibat makin meroketnya hargaberbagai komoditi pangan,termasuk beras. Harga berasThailand yang menjadi patokan harga beras dunia, padaakhir April 2008 mencapairekor tertinggi yakni 1.000dollar AS per ton. Bahkankalangan pebisnis beras memperkirakan harga beras Thailand dapat melonjak hingga1.300 dollar AS per ton akibatlebih banyaknya permintaandaripada penawaran (persediaan).Ada beberapa negara yangmeningkatkan impor, sepertiFilipina dan beberapa negaradi Afrika, untuk memenuhistok nasionalnya. Selain itu,kenaikan harga beras ini jugadiakibatkan kebijakan beberapa negara yang panik, seperti India, Vietnam dan Brasilyang mengumumkan penghentian sementara ekspor beras.Rajat Nag, Direktur Pelaksana Umum Bank PembangunanAsia (ADB) menilai beberapapemerintahan di Asia bereaksiberlebihan dalam menanggapipeningkatan harga pangandengan langsung melakukanpembatasan ekspor beras.Kepanikan sepertinya sulitdiredam kendati Thailandyang menguasai hampir sepertiga perdagangan beras internasional berulang kali menyatakan tidak akan membatasiekspornya. Suasana keruh ini,juga telah dimanfaatkan paraspekulan dengan melakukanpenimbunan untuk meraihkeuntungan sebasar-besarnya.Para pedagang beras internasional memperkirakan permintaan beras masih akan terustinggi sampai menjelang akhirtahun.Hal ini akan ditandai denganterus terdengarnya kisah kelangkaan pangan, penimbunan dan kurang pasokan, sebagaimana dikemukakan Neauman Coleman, analis perdagangan beras di Brinkley, Arkansas, AS. Menurutnya, harga beras Asia dapat terus naiklagi hingga 10-15 persen karena pembeli dari Afrika masihakan terus memborong.Kepanikan tidak hanya terjadi di negara sedang berkembang, bahkan juga menghinggapi negara maju, seperti Amerika Serikat. Di negeri PamanSam ini, Sam’s Club, salah satuunit dari jaringan besar WalMart, terpaksa membatasipelanggan hanya boleh membeli beras maksimum empatkantong masing-masing berisi9 kilogram dalam satu kalibelanja. Bahkan di Italia, tempat kedudukan FAO, dampakberbagai kenaikan harga jugamengundang protes. Akibatpanen di Sicilia gagal, hargapasta meroket naik. Agnes vanArdenne, wakil Belanda diFAO, mengatakan: “Kita belum pernah mengalami tingkatharga setinggi ini”.Pembatasan ekspor beberapa negara produsen panganutama seperti India, Cina,Vietnam dan Mesir, telahmembuat beberapa negarapengimpor pangan, sepertiBangladesh, Filipina, dan Afghanistan, terpukul. Bangladesh menghadapi kekuranganpangan terburuk selama lebihdari 30 tahun terakhir. Filipinajuga demikian, sehingga pemerintah mengancam orang yangmenimbun beras akan dikenaidakwaan sabotase ekonomi.Pembatasan ekspor itu semakin memperburuk situasikelangkaan pangan. Bank Dunia dan Uni Eropa (UE) mengkritik kebijakan pembatasanekspor pangan ini. Bahkan Jepang dan UE sudah mengindikasikan penghukuman lewatOrganisasi Perdagangan Dunia (WTO) kepada negara yangmembatasi ekspor.Tidak Perlu CemasKepanikan tidak begitu terasa di Indonesia. Walaupunkekuatiran akan adanya krisispangan di Indonesia sempatmuncul sehubungan fenomenabanjir yang melanda sebagianwilayah Indonesia, terutama disentra-sentra produksi pangan. Bahkan pemerintahsempat mencanangkan eksporberas tahun ini. Walaupunakhirnya ditunda setelah mendapat kritik dan protes daribeberapa pihak.Presiden Susilo BambangYudhoyono ketika berada diPalangkaraya, KalimantanTengah, akhir April lalu, mengatakan, masyarakat tidakperlu gamang, cemas atautakut menghadapi krisis pangan. Dalam kesempatan lain,Presiden SBY mengatakankenaikan harga pangan dipasar internasional jangandipandang sebagai suatu musibah, tapi sebagai suatu berkah. Sebab, produksi panganIndonesia diharapkan surplustahun ini.Menurut Presiden, posisiIndonesia sebagai negara agraris sangat diuntungkan dengankenaikan harga pangan dunia.Untuk itu, masyarakat harussadar untuk mengelola lahanpertanian secara optimal. PreSomalia Rusuh: Sedikitnya duaorang dilaporkan tewas 5 Mei lalusetelah kerusuhan merebak akibatharga bahan pangan yang naik takmenentu di Mogadishu, Somalia.