Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 64


                                    64 BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008BERITA NASIONALMengupas Kegagalan Incumbentari 33 provinsi di negeri ini,dua puluh lebih pemilihankepala daerah (pilkada) provinsi telah dilaksanakan. Darijumlah itu, setidaknya ada 14 calon sedangmenjabat (incumbent) yang ikut pemilihan. Sementara di tingkat kabupaten/kota, dari 320-an daerah yang telahmelakukan pilkada, sekitar 30 persendiikuti incumbent. Namun, dari sekianbanyak itu, hanya sedikit yang berhasilmemenangkan pilkada.Di tingkat provinsi, hanya AbrahamAtururi (Gubernur Papua Barat), FadelMuhammad (Gubernur Gorontalo), RatuAtut (Gubernur Banten), Zulkifli Nurdin(Gubernur Jambi), dan Ismet Abdullah(Gubernur Kepulauan Riau) yang berhasilmempertahankan jabatannya. Di tingkatkabupaten/kota, kemenangan incumbentbahkan hanya kurang dari 5 persen.Calon yang sedang menjabat ini sebenarnya lebih diuntungkan dibandingcalon lainnya. Mereka tidak perlu berusahpayah lagi memperkenalkan diri kepadamasyarakat pemilih karena dengan kedudukannya, mereka sudah dikenal publik.Di samping itu, mereka juga sudah memiliki jaringan dalam masyarakat. Merekapun sudah pasti menguasai strukturbirokrasi sehingga menjelang pemilu,mereka kemungkinan akan menggunakanbirokrasi untuk menggerakkan masyarakat. Fasilitas jabatan juga sedikit banyakkemungkinan akan digunakan dalammempersiapkan diri dalam pilkada.Namun kenyatannya, seperti disebutkan di atas, dari sekian banyak incumbentyang mengikuti pilkada, lebih banyakyang mengalami kekalahan daripadakemenangan. Mengamati fenomena ini,beberapa pengamat politik berpendapatbahwa kegagalan incumbent itu barangkali karena selama menjabat memangtidak melakukan apa-apa. Sebab apabilamereka telah membawa perubahan kearah lebih baik, pasti tetap akan dipilihrakyat. Direktur Indobarometer Muhamad Qodari, misalnya, menyebutkan,kekalahan incumbent itu disebabkan padasaat menjabat, mereka kurang berorientasi kepada kepentingan publik.Sedangkan kaitan kinerja partai atashasil yang diperoleh dalam pilkada, KetuaUmum Partai Golkar yang juga WakilPresiden HM Jusuf Kalla berpendapat,bahwa secara teori, 60 persen hasil pilkada ditentukan figur yang diusung partaipolitik. Kinerja infrastruktur partai politikhanya bisa mempengaruhi perolehan suara maksimal 15 persen. Dan menurutWapres, hasil sebuah pilkada sebenarnyasangatlah sulit ditebak. Tidak ada satupola yang pasti untuk kemudian dijadikanrumusan.Dikaitkan dengan Pemilu 2009 nanti,Peneliti CSIS Indra J Piliang berpendapat,bahwa kegagalan incumbent dalam beberapa pilkada itu merupakan fenomena lokal, jadi tidak terlalu signifikan untukmemprediksi peluang incumbent padapemilihan presiden 2009. Sementara itu,pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla sebagaiincumbent pada Pemilu 2009, juga belumsecara tegas mengungkapkan akan berduet lagi pada periode mendatang.Selain incumbent, kegagalan yang samajuga dialami calon-calon yang mantanpejabat. Seperti diketahui, pilkada yangtelah berlangsung di beberapa daerah beberapa saat yang lalu banyak diikutimantan pejabat. Bahkan di beberapaprovinsi, ada calon gubernur yang mantanmenteri dan mantan pejabat TNI/Polri.Tapi kenyataannya, kebanyakan darimereka mengalami kekalahan. Mengenaimaraknya peserta pilkada dari mantanpejabat ini, meminjam istilah mantanKetua Umum PP Muhammadiyah Prof.Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, budayapolitik pemborong ini memang masihkental di negeri ini. Syafii Maarif dalamtulisannya di Republika (22/4) berpendapat, seorang mantan pejabattinggi, menteri, panglima, dan yangsetara dengan itu, jika masih inginmenjadi bupati, walikota, ataupungubernur, memang tidaklah bertentangan dengan undang-undang.Semuanya boleh saja, secara legal formal tidak ada masalah. Bahkan, mantanmenteri juga tidak dilarang jadi camat,sekiranya jabatan camat bisa diraihmelalui pilca (pemilihan tingkat camat). Namun, dia menyarankan, kulturpolitik pemborong ini jangan diteruskan sebab, bila tetap dibiarkan merajalela pasti akan merusak perjalanandemokrasi ke arah yang lebih sehat dansegar.Dari gambaran hasil pilkada itu, dapatdisimpulkan bahwa masyarakat sekarangsudah semakin rasional terhadap calonyang akan dipilih. Jika incumbent dianggap tidak berhasil selama menjabat,masyarakat akan memilih figur baru yangdianggap bisa membuat pembaruansesuai dengan harapannya. Sebaliknya,pemerintahan yang baik pasti tetapmendapat simpatik masyarakat. Jadikegagalan dan keberhasilan incumbentdalam pilkada yang lalu sebaiknya dipergunakan para pemimpin sekarang ini sebagai bahan introspeksi. „ STStatus incumbent danmantan pejabat ternyatatidak bisa dijadikan jaminanakan menang dalampilkada.DKegagalan incumbent sebagian disebabkan karena lemahnya kinerja yang berorientasi publik.foto: kompas
                                
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68