Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 65
BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008 65BERITA DAERAHSemua Demi Masyarakateperti kota metropolitan lainnya di dunia,Bandung kini harusberhadapan denganpersoalan sampah. Akibat peliknya mengelola urusan ini,kota kembang ini sampaisampai terkena ganjaran predikat sebagai kota terkotoroleh pemerintah pusat. Tapi,sebenarnya persoalan sampahbisa dimaklumi menimpa kotaPemkot Bandung akan mengubah sampah dari sebuah masalahmenjadi energi listrik yang memberi manfaat bagi masyarakat.S Bandung tidak bisa membuang sampah menyusul longsornya Leuwigajah dan berakhirnya masa pakai sejumlahTPA, memberikan hikmahyang sangat dalam. PemkotBandung pun berketetapanmenangani masalah ini dengan cara modern yang sekaligus juga nantinya akanmendatangkan manfaat.Bukan dengan cara memhadiran sebuah TPA di dekatpemukiman mereka.Akibat berbagai faktor itu,kini pegelolaan sampah diPemkot Bandung mungkintidak bisa lagi lewat cara konvensional yakni, cara opendumping (dibiarkan bertumpuk hingga menggunung) dansanitary landfill (ditimbun tanah). Sebab, cara itu memerlukan lahan yang cukup luas,dok. berindo/awMenurut Walikota, PLTSayang dibangun akan berfungsisebagai pemusnah sampahmodern dengan memakai teknologi tinggi. Berdasarkan perhitungan, dari 500-700 tonatau 2.000-3.000 m2 sampahper hari, nantinya akan bisamenghasilkan listrik dengankekuatan 7 Megawatt (MW)per hari. \benar ramah lingkungan, bahkan mampu mengurangi polutan jika dibakar dengan insinerator sederhana atau opendumping,\Berdasarkan hasil studi banding Walikota, beberapa negara lain seperti di RepublikRakyat Cina (RRC) dan Singapura, telah lama membuatPLTSa. Selain berfungsi sebagai Tempat Pemrosesan Akhir(TPA), dengan teknologi modern, PLTSa juga mengolahsampah sedemikian rupa sehingga volumenya diperkecil,dan dapat menjadi sumberenergi listrik.Berdasarkan pengamatanitulah Dada Rosada meyakinkan, pembangunan PLTSabukan untuk menyengsarakanwarga. Menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatirakan dampak pembangunanPLTSa. Sebab, dari sejumlahnegara yang pernah dikunjunginya, antara lain Malaysia,Singapura dan China, PLTSaitu dibangun di dalam kota.Bahkan di China, jarak PLTSahanya 50 meter dari pemukiman. Sedangkan PLTSa yangdibangun di Gedebage, Bandung tidak berdempetan dengan pemukiman penduduk.Jaraknya 300 meter dari pemukiman. Nanti, yang berdempetan adalah sarana olahraga (SOR) yang juga akansegera dibangun.Dalam rangka pembangunanPLTSa ini, Pemkot Bandungsudah memperhatikan berbagai aspek, baik aspek teknisteknologi, aspek legal, maupunaspek sosial-ekonomis masyarakat. Karena itu, kepada wargayang belum paham betul, Walikota mengajak mereka untukbertukar pikiran. \yang menolak karena tidakpaham atau tidak mengerti,saya maklum. Mari kita berembuk,\ini mengingat luas kota Bandung yang terbatas sementarapemukiman penduduk tumbuh demikian pesat. Apalagi,seperti diungkapkan KepalaBappeda Kota Bandung TjetjeSoebrata, produksi sampahkota ini tergolong tinggi yaknimencapai 0,3 ons per orang.\ kota termasukpendatang, berkisar 3 juta orang. Bila semuanya menjadiprodusen, sampah akan mencapai 7.500 m3 per hari atau2.500 ton. Persoalannya, sampah sebanyak itu akan dibuangke mana?\Lahan yang terbatas membuat mencari lahan untukTempat Pembuangan Akhir(TPA) sangat sulit. Belum lagipenolakan masyarakat yangkhawatir akan imbas dari kedi samping juga menimbulkandampak lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat akibat polusi udaranya yang menyengat. Belum lagi produksigas methannya yang dapatmenyebabkan pencemaranudara dan air, bahkan ancaman bahaya longsor.Itu sebabnya, kini PemkotBandung berpikir keras mencari solusi mengatasi masalahini. Yang menjadi pertimbangan, bagaimana menghindaridampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat sekaligus bisa dimanfaatkan menjadi suatu yang menguntungkan dan produktifdalam mendorong perputaranroda perekonomian masyarakat.Pengalaman 141 hari kotabuka lapangan kerja lewatmemperbanyak tenaga-tenagapemungut sampah lalu digajidengan biaya pemerintah atauhendak menumbuh-suburkanprofesi pemulung sebagai lahan mata pencarian baru masyarakat untuk menopang perekonomian. Melainkan dengancara membangun pengolahansampah yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik atau Waste to Energyyang lebih dikenal denganPLTSa (Pembangkit ListrikTenaga Sampah), sebagaimana telah banyak diterapkandi sejumlah negara maju. Untuk mewujudkan impian itu,Walikota Bandung Dada Rosada mempercayai PT. BandungIndah Lestari (BIL) sebagai investor pelaksananya.Walikota Bandung H Dada Rosada saat berdialog dengan tim Amdal PLTSa