Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 50
50 BERITAINDONESIA, 26 September 2008BERITA EKONOMIPersainganInstrumen InvestasiBelakangan ini, perbankan nasional saling bersaingmenaikkan bunga simpanan. Walau hal tersebut tidakmengindikasikan bahwa bank-bank tersebut kekuranganlikuiditas, namun jika hal tersebut berlangsung lama,pertumbuhan ekonomi akan melambat.ntuk mengatasi ketatnya likuiditas, bank-bank nasional berlomba menyerap dana masyarakat dengan cara menaikkanbunga simpanan. Jika dirunut lebih jelas,faktor yang membuat bank mengeluarkankebijakan itu adalah akibat tingginyainflasi dan kenaikan suku bunga acuanBank Indonesia atau BI Rate. Selain itu,pihak bank juga harus bersaing denganinstrumen investasi lain seperti ObligasiRitel Negara Indonesia (ORI), surat utangnegara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia(SBI), reksadana dan saham, dalammenjaring dana masyarakat.Bank Indonesia (BI) menaikkan sukubunga dimaksudkan untuk meredaminflasi yang belakangan ini cukup tinggi.Menurut BPS, tingkat inflasi tahunan Juli2007 terhadap Juli 2008, tercatat sudahmenyentuh 11,9 persen. Inflasi itu sendirimerupakan konsekuensi dari kebijakanpemerintah yang menaikkan harga BBMsetelah harga-harga kebutuhan pokokjuga mengalami kenaikan signifikan.Berbagai kalangan, bahkan BI, sebagaibank sentral yang salah satu tugasnyamengendalikan inflasi, memprediksi,sampai akhir tahun ini tingkat inflasi bisamencapai dua digit. Jika prediksi ituterjadi, maka harga-harga yang terusmeninggi akan semakin menyulitkan,bukan hanya bagi sektor produksi (industri), tapi juga akan memperlemah dayabeli masyarakat. Tepatnya, inflasi akanterus menggerus pertumbuhan ekonomidan menjerumuskan bangsa ini. Ancamaninflasi lebih besar itu kemungkinan terjadilantaran semua faktor pendorong munculsecara bersamaan saat ini.Langkah BI menaikkan suku bungamemang sedikit sudah bisa menjinakkaninflasi. Pada Agustus lalu misalnya, inflasihanya 0,5 % padahal sebelumnya pengamat memprediksi bakal menembus 1 %.Bagi BI, menaikkan BI Rate memangsebuah dilema. Di satu pihak, BI tidak bisadisalahkan, karena jika dibiarkan, inflasiakan meruntuhkan seluruh bangunanperekonomian yang ada. Namun, jikamelakukan pengetatan moneter secaraberlebihan juga, akan mengakibatkantersendatnya kegiatan perekonomian.Menyadari besarnya risiko inflasi, beberapa pengamat berpendapat agar BI sebagai otoritas moneter jangan ragu menaikkan BI Rate. Hanya saja, diminta agarkenaikan itu dilakukan berhati-hati.Jangan sampai terlalu banyak mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Parabankir dan pengusaha yang tergabungdalam Kadin Indonesia misalnya, mewanti-wanti agar BI Rate tetap dipertahankan pada level satu digit. Selain itu,upaya menekan inflasi juga diminta agartak hanya mengandalkan instrumenmoneter tapi dibarengi langkah fiskal. Misalnya, menurunkan besaran pajak ataumenghapus pungutan yang menghambatdistribusi. Sehingga, ketika suku bungadinaikkan, masih ada insentif bagi sektorriil untuk tetap berproduksi.Kembali ke masalah perebutan danamasyarakat, dari paparan di atas, dapatlah diketahui bahwa yang menyedot danamasyarakat belakangan ini tidak hanyaperbankan. Tapi juga dilakukan BI dengancara menaikkan BI Rate serta menaikkansuku bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI).Di samping BI, pada saat yang sama,pemerintah juga giat menjaring dana masyarakat dengan menjual surat utang negara (SUN) untuk menutup defisit anggaran yang tahun ini mencapai Rp94,5triliun. Pemerintah mengandalkan SUNkarena utang luar negeri sudah dipantangkan.Bersaing dengan bank sentral danpemerintah, pihak perbankan pun merangsang masyarakat untuk menyimpanuang di bank dengan cara menaikkanbunga simpanan. Sebab jika tidak dinaikkan, jangankan penyimpan baru, danamasyarakat yang sudah disimpan di Bankpun dikhawatirkan akan ditarik pemiliknya. Padahal, di lain pihak, permintankredit juga meningkat seiring bertambahnya kebutuhan dana modal kerjaakibat naiknya harga barang-barang.Aksi perebutan dana masyarakat itujelas tidak sehat. Dampak yang pastisegera datang adalah meningkatnya sukubunga kredit yang akhirnya akan membuat unit usaha kelimpungan. Karena itu,pemerintah mesti waspada. Walaupunpertumbuhan ekonomi pada semesterpertama tahun 2008 ini melampauiekspektasi banyak pihak yakni 6,4 persen,namun tingginya bunga kredit jelas merupakan sinyal bahwa pertumbuhan semester kedua tahun ini tidak akan sebesarsemester pertama.Diprediksi, kalau aksi itu berlangsunglama, pertumbuhan ekonomi akan melambat. Sebab, dengan bunga deposito diatas 11 persen, pastilah pemilik uang lebihsuka menanamkan uangnya di bank ketimbang berinvestasi di dunia usaha yangmengandung risiko. Akibatnya, pertumbuhan sektor riil akan mandek. Dengandemikian, pertumbuhan ekonomi 2009seperti yang diharapkan yakni di atas 6%akan sulit dicapai. MSUfoto: flickrPihak bank harus bersaing dengan instrumen investasi lain seperti ORI, SUN, SBI, reksadanadan saham