Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 61
P. 47
BERITAINDONESIA, November 2008 47BERITA EKONOMIEKONOMIbarat melihat hantu, seluruh manusiapenghuni planet yang bernama Bumiini begitu ketakutan melihat badaikrisis keuangan yang sedang mengancam. Sebelumnya, tidak ada yangmenduga, krisis yang awalnya dipicu olehketidakmampuan rakyat Amerika (AS)membayar cicilan utang rumah (SuprimeMortgage) itu akan berdampak sepertisekarang. Namun karena begitu rapatnyajaring globalisasi yang mengikat perekonomian dunia di era ekonomi liberalisme ini membuat tidak ada satu negarapun yang benar-benar bebas imbas jikakrisis ini terus berlanjut.Rentetan krisis keuangan di AS itu awalnyamembuat satu demi satu institusi finansialbesar bertumbangan. Bangkrutnya sejumlahlembaga keuangan multinasional yangberoperasi di seluruh dunia membuatlikuiditas atau jumlah uang yang beredarsecara global mengering. Terjadi penarikansimpanan secara ramai-ramai oleh nasabahbank di Eropa, di samping keengganansesama bank saling meminjamkan turutmemperparah ketatnya likuiditas. Kebutuhan likuiditas yang tinggi itu membuat parainvestor menarik dananya dari pasar keuangan. Salah satunya dengan menjualsaham mereka di berbagai pasar bursa. Itulahdampak langsung pertama krisis keuanganglobal yang dirasakan dunia saat ini.Walaupun Kongres Amerika Serikattelah menyetujui paket dana talangan sebesar US$ 700 miliar, pemerintah di berbagai negara juga sudah menyuntikkandana ke pasar serta memberi jaminan atassemua utang dan simpanan nasabah diperbankan. Namun hal tersebut tidakcukup menenangkan pasar. Nampaknyainvestor khawatir, otoritas tidak sangguplagi menghentikan krisis. Aksi ramairamai jual saham terus berlanjut yangakhirnya membuat indeks saham dihampir seluruh bursa penjuru dunia turunsecara drastis, bahkan dikabarkan mencatatkan rekor baru. Indeks bursa sahamdi Dow Jones, pasar saham yang selamaini sering dipakai sebagai tolok ukurperdagangan saham dunia, pada Selasa(7/10) misalnya, melorot hingga 500 poin.Di Indonesia sendiri, otoritas Bursa Saham Indonesia (BEI) sempat menghentikan perdagangan 15 emiten karena penurunan dalam sehari telah mencapai batastoleransi 30%. Emiten dimaksud di antaranya adalah kelompok Bakrie. Penurunan indeks pertama sekali dipicu penjualanbesar-besaran saham-saham kelompokBakrie oleh Fortis, salah satu investmentbanking terbesar asal Eropa yang jugadidera kerugian akibat investasinya disurat-surat beharga berbasis subprimemortgage. Untuk mengurangi kerugian,Fortis melikuidasi aset-asetnya di berbagai bursa dunia, termasuk di Indonesia.Lebih dramatis lagi, akibat jatuhnya indeks harga saham gabungan (IHSG) yangsudah di luar batas kewajaran, perdagangan saham di BEI, Rabu (8/10) terpaksa dihentikan sementara oleh otoritas BEI sebelum sesi perdagangan pertama hari ituberakhir. Bahkan, pada sesi kedua, bursa juga tetap tidak dibuka hingga Jumat (10/10).Begitu mengkhawatirkannya ancamankrisis global ini, sampai-sampai beberapapemimpin dunia saling menyerukan pihakpihak agar mengambil tindakan penyelamatan. Paus Benediktus XVI misalnya,menyarankan agar korporasi finansialmenghentikan aksi ambil untung besartanpa mengindahkan risiko. SedangkanPM Inggris mengecam AS yang dianggapsebagai penyebab awal masalah ini. “Sayakira AS harus bertanggung jawab terhadapdunia dan juga kepada mereka sendiri,”katanya seperti dikutip berbagai media.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) juga menyerukan kepada AS dan negara-negara maju lainnya mengambil tanggung jawab menstabilkan sektor keuangan.Sebelum diminta pihak lain, para pemimpin Uni Eropa memang sudah bertemu untuk mencari solusi. Presiden Bushjuga dikabarkan sibuk membuat berbagailangkah, termasuk menghubungi sejumlahpemimpin Eropa guna mengupayakanstrategi yang terkoordinasi mengatasikrisis. Tanpa disebutkan, Bush mungkinmerasa bertanggung jawab atas kejadiansekarang, sebab seperti pendapat banyakpihak, bahwa krisis sekarang ini berakardari minimnya peraturan yang mengontrolsektor keuangan di negara adidaya itu.Di Tanah Air, yang sistem keuangannyamasih sangat rentan terhadap gejolakeksternal, dampak ketatnya likuiditas global akan memandekkan pembangunansektor riil. Jika krisis berlanjut, cepat ataulambat, ekspor beberapa produk pastiterganggu seiring menurunnya permintaan dunia. Efek lanjutannya, produsenprodusen komoditi ekspor akan melakukan penyesuaian dengan cara mengurangiproduksi yang juga berarti akan mengurangi karyawan. Dengan bertambahnyapengangguran, berarti krisis akan mempengaruhi semua lini kehidupan masyarakat mulai dari pengusaha hingga tukangojek dan pedagang asongan sekalipun.SIBUK: Pedagang saham di bursa saham Brazil kini semakin waspada akan perubahan pasarIBukan MatematikaWalaupun pemerintah Indonesia yakin krisis keuangansaat ini tidak akan sampai mengulang krisis tahun 1997-1998, namun hal-hal tak terduga mungkin saja terjadi.foto: daylife.com

