Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 33
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 33BERITA KHASBERITAINDONESIA, Desember 2008 33Baik Natsir maupun Bung Tomo masihberuntung, sebab akhirnya diakui gelarkepahlawanannya. Berbeda dengan TanMalaka, meski ia pernah mendapat gelarpahlawan Kemerdekaan Nasional dariSoekarno yang dituangkan dalam Keputusan Presiden RI N0 53 tanggal 23 Maret1963, namun, di era Soeharto hingga kininamanya tidak pernah tercantum sebagaipahlawan nasional di buku-buku pelajaran sekolah.Selain Tan Malaka, Amir Syarifuddinyang pernah menjabat sebagai PerdanaMenteri juga tidak mendapat pengakuansebagai pahlawan nasional. Padahal menurut saksi sejarah Mantan Menteri Penerangan Kabinet Amir, Setyadi Reksoprojo, Amir Syarifuddin adalah seorangtokoh yang pernah mengusahakan hubungan diplomatik mengenai posisi danstatus Indonesia dengan Belanda. Amirdianggap cacat sejarah, ketika dituduhmendalangi pemberontakan PKI di Madiun. Bahkan tanpa melalui proses pengadilan Amir akhirnya mendapat ganjaranhukuman mati pada 19 Desember 1948.Beberapa contoh pemberian gelarpahlawan pada seseorang yang memerlukan waktu lama ini sungguh sangat kontradiktif dengan pemberian gelar pahlawan nasional yang terjadi tahun 1969.Pada waktu itu gelar pahlawan nasionalsangat mudah dan serba kilat.Seperti pemberian gelar kepada SitiHartina Soeharto atau lebih populerdengan sebutan Ibu Tien Soeharto yangdiberikan gelar pahlawan nasional hanyaberselang sehari setelah kematiannyatepatnya tanggal 28 April 1996. Gelarkepahlawanan Ibu Tien ini diterimalangsung oleh Siti Hardiyanti IndraRukmana selaku wakil keluarga melaluisebuah upacara kenegaraan resmi. Gelarkepahlawanan serupa juga diberikan padaAnak Agung Gde Agung dari Bali. Dalamhal ini sejumlah komponen masyarakatBali sempat memprotes pemberian gelarpahlawan itu. Meski Anak Agung pernahberjasa membawa Indonesia pada perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB)tapi figur ini menurut beberapa saksisejarah pernah menjabat Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT). Sebagaimana diketahui NIT adalah negaraboneka bentukan penjajah Belanda yangjelas-jelas menentang Negara KesatuanIndonesia.Setidaknya dari pemberian gelar pahlawan baik yang mudah memperolehmaupun yang harus memperjuangkandalam waktu cukup lama menurut pandangan Sejarahwan Anhar Gonggongsangat dipengaruhi oleh rezim yangberkuasa saat itu. Kasus Tan Malaka atauAmir Syarifuddin bisa dijadikan pelajaran, bagaimanapun mereka masih dianggap bergaris kiri atau disebut juga komunis meski berjasa mendirikan negaradengan mengusir penjajah di muka bumitapi tetap saja sulit mendapat pengakuan.Perdebatan panjang seputar gelar pahlawan juga jatuh pada mantan PresidenSoeharto. Ketua umum Partai GolonganKarya (Golkar) Jusuf Kalla pada peringatan hari Pahlawan, 10 November lalu,mengusulkan Soeharto sebagai pahlawannasional. Usul ini sebenarnya sudah lamaberlangsung, bahkan gelar pahlawannasional bagi Soeharto yang meninggaltanggal 27 Januari 2008 dalam usia 87tahun ini sudah pernah diusulkan beberapa hari sewaktu ia wafat.Tidak hanya dari Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum lama inimenayangkan sebuah iklan di televisiyang belakangan mendapat kecamankeras. Dalam iklan berdurasi 30 detik itu,Soeharto digambarkan sebagai pahlawannasional seperti Soekarno.Kecaman pun mengalir dari masyarakatterutama bagi orang-orang yang selama inimenjadi korban dari rezim Soeharto. Merekamenganggap Soeharto masih menyisakanbeberapa masalah, khususnya pelanggaranHak Asasi Manusia (HAM) dan KKN.Terlepas dari berbagai pro kontra tentang siapa yang layak menjadi pahlawan,sebuah lembaga bernama Modernisatorlebih memilih memberi gelar pahlawanpada tokoh-tokoh yang masih hidup diabad ke-21 ini. Menurut pimpinan Lembaga Modernisator Dino Pati Djalal yangjuga Juru bicara Kepresidenan, pahlawantidak harus gugur di medan juang. Namun,penghargaan pahlawan bisa diberikankepada figur yang memberikan dampakpositif pada masyarakat luas.Oleh sebab itu, lembaga Modernisatormemberi penghargaan kepada figur yangdinilai berdedikasi kepada bangsa dannegara. Yakni, Ir Ciputra (pengusaha), HjAndi Rabiah (Suster Apung), Farid Husain, Prof Yohanes Surya, Jend (Purn)Endriartomo Sutanto, Dr Onno W. Purbo,Tri Mumpuni Wiyatno dan Tim Perunding Wilayah Nusantara.Mereka terbukti memiliki perjuanganyang tulus, perbaikan sistemik dan perjuangan yang mendasar. Andi Rabiah,misalnya, dikenal sebagai suster Apungyang berjuang selama 30 tahun untukmemberikan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat miskin di pulau terpencilmenggunakan perahu. Kemudian, ButetManurung mengabdi dan memberikanakses pendidikan bagi anak rimba.Pengusaha Ir Ciputra berdedikasimengembangkan semangat wirausaha.Farid Husain berjasa sebagai perintisperdamaian wilayah konflik di Aceh.Prof Yohanes Surya berprestasi mencetak siswa-siswi Indonesia berprestasi ditingkat internasional dalam kompetisiilmiah. Jend (Purn) Endriartomo Sutantoberperan penting dan integritas menjaganetralitas TNI sewaktu pemilu 2004,mensukseskan operasi Tsunami sertamenjaga perdamaian Aceh dalam masayang kritis. Sedangkan, Onno W Purbomemperjuangkan akses informasi danteknologi internet yang terjangkau kalangan rakyat jelata. Tri Mumpuni Wiyatno membangun potensi ekonomi desaterpencil melalui pembangunan pembangkit listrik mini bertenaga air atau mikrohido. Sementara itu, Tim PerundingWilayah Nusantara berjasa selama puluhan tahun menggalang pengakuan internasional atas konsep perluasan wilayahmaritim nusantara yang melipatgandakanwilayah kedaulatan Indonesia. ZAH, RIE