Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 37
BERITAINDONESIA, Desember 2008 37LENTERABerbagai agama, jelas Syaykh, telahlahir di dunia ini dan membentuk suatusyariat (aturan) yang mengaturkehidupan manusia, yang termaktub didalam kitab-kitab suci, baik agamasamawi (yang bersumber dari wahyuIlahi) maupun yang terdapat dalamagama ardli (budaya) yang bersumberdari pemikiran manusia. Semua agamaagama, baik samawi maupun ardli,memiliki fungsi dalam kehidupanmanusia. Syaykh menyebut berbagaifungsi tersebut adalah: (i) menunjukkanmanusia kepada kebenaran sejati; (ii)menunjukkan manusia kepadakebahagiaan hakiki; dan (iii) mengaturkehidupan manusia dalam kehidupanbersama.Dari hakikat dan fungsi agamaseperti yang disebutkan itu, ujar SyaykhPanji Gumilang, maka pemeluk agamaagama yang ada di dunia ini, telahmemiliki strategi, metode dan teknikpelaksanaannya masing-masing, yangsudah barang tentu dan sangat bolehjadi terdapat berbagai perbedaan antarasatu dengan lainnya. Karenanya, kataSyaykh, umat manusia dalammenjalankan agamanya, sang Penciptaagama telah berpesan dengan sangat:“Kiranya umat manusia tidak terjebakdalam perpecahan tatkala menjalankanagama masing-masing, apalagiperpecahan itu justru bermotivasikankeagamaan”.Syaykh mengatakan tindakanmanusia beragama itu selalu memilikiorientasi, berarti selalu diarahkankepada tujuan. Menurutnya, ada duaelemen penting dalam orientasitindakan manusia termasuk tindakanmanusia dalam beragama yaitu orientasimotivasional dan orientasi nilai.Orientasi motivasional adalah yangberhubungan dengan keinginan individuyang bertindak itu untuk memperbesarkepuasan dan mengurangi kekecewaan,atau dalam makna lain, motivasi untukmemperbesar kepuasan jangka panjangdan jangka pendek.Sedangkan elemen lainnya adalahorientasi nilai. Orientasi ini menunjukkepada standar-standar normatif yangmemengaruhi dan mengendalikanpilihan-pilihan individu terhadap tujuanyang dicapai dan alat yangdipergunakan untuk mencapai tujuanitu.Walhasil, kata Syaykh, kebebasanindividu dalam bertindak, dibatasi olehstandar-standar normatif yang adadalam masyarakat, baik yang bersifatIlahiyah maupun budaya. Segala normanorma itu bukan berarti mengeliminirkebebasan manusia dalam beragama,justru menawarkan berbagai alternatifdalam bertindak, bermakna juga bahwamanusia itu dalam beragamamempunyai kebebasan penuh yangdibatasi oleh kebebasan yang dimilikiorang selainnya.“Itu berarti bahwa setiap umatberagama dalam interaksi sosialnyamempunyai kebebasan dalammeningkatkan kualitas dan kuantitaspemeluknya. Interaksi seperti ini sudahbarang pasti berkonsekuensi, minimalsaling singgung. Sebab strategi, metodedan teknik interaksi masing-masingagama dan para pemeluknya bahkandalam kalangan suatu agama dan parapemeluknya, sangat mungkin terjadiperbedaan, baik secara prinsip maupunnonprinsip,” kata Syaykh PanjiGumilang.Menurutnya, ini bermakna, dapatkita lihat bahwa individu-individu itudalam beragama memungkinkan dapatmenggunakan agama sebagai kekuatanyang memersatukan dan sebaliknya jugadapat menggunakannya sebagaipencerai-beraian, yang mengakibatkantimbulnya konflik.Akidah dalam BeragamaMenurut Syaykh al-Zaytun, toleransidalam pengertian yang telahdisampaikan tersebut, yang merupakankeyakinan pokok (akidah) dalamberagama, dapat kita jadikan sebagainilai dan norma. “Kita katakan sebagainilai karena toleransi merupakangambaran mengenai apa yang kitainginkan, yang pantas, yang berharga,yang dapat memengaruhi perilaku sosialdari orang yang memiliki nilai itu,” jelasSyaykh.“Dan nilai (toleransi) akan sangatmemengaruhi kebudayaan danmasyarakat. Demikian juga toleransi,dapat kita jadikan suatu norma, yaitusuatu patokan perilaku dalam suatukelompok tertentu. Normamemungkinkan seseorang menentukanterlebih dahulu bagaimana tindakannyaitu akan dinilai orang lain untukmendukung atau menolak perilakuseseorang,” urai Syaykh.Karena toleransi sudah kita jadikannilai dan norma, dan juga menyangkutsifat dan sikap untuk menghargaipendirian, pendapat, pandangan,kepercayaan, kebiasaan dan kelakuan,dan lain-lain yang berbeda bahkanbertentangan dengan pendirian sendiri,maka menurut Syaykh, sifat dan sikapsebagai nilai dan norma itu mestidisosialisasikan. Maknanya, ialah prosesmemelajari norma, nilai, peran, dansemua persyaratan lainnya yangdiperlukan untuk memungkinkanpartisipasi yang efektif dalam kehidupansosial.Sifat dan sikap toleran ini perludisosialisasikan, agar setiap individumampu mengamalkan dalam kehidupannyata di masyarakat luas. Dalamlingkungan keluarga, kehidupan yangtoleran harus disosialisasikan sejak diniterhadap anggota keluarga (anak-anak).Dan inilah yang menjadi sosialisasidasar dalam kehidupan umat manusia,yang dari padanya dikembangkansosialisasi lebih lanjut sebagai followup.Dijelaskan, hidup beragama yangProsesi Toleransi Al-Zaytun di Gereja GPIB Koinonia, Jakarta foto: berindo wilson