Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 38


                                    38 BERITAINDONESIA, Desember 2008LenteraLENTERA38toleran sekaligus menjadi sikap dasardalam kehidupan sosial masyarakat,yang selalu disosialisasikan dalamtingkat rumah tangga, merupakansosialisasi primer, dan sosialisasisekunder terjadi sesudah sosialisasiprimer itu terjadi. Dan sesungguhnyasosialisasi primer itu merupakan dasarbagi sosialisasi sekunder. Jika yangberperan dalam sosialisasi primeradalah seluruh keluarga dalam rumahtangga, maka yang berperan dalamsosialisasi sekunder adalah luar rumahtangga, yang dalam kehidupan sekarangini adalah arena pembelajaran sekolah.Sementara itu, kata Syaykh, disekolah kita mendapatkan bekalpengetahuan, kemampuan untukberpikir, kemampuan untuk dapathidup dalam kehidupan sosial yanglebih luas, mengenal negara, undangundang, aturan agama dan kehidupanantarbangsa dan lain-lain. Setelahpembelajaran formal di bangku sekolahselesai, sosialisasi sekunder masih terusdilakukan dalam kehidupan yang lebihluas, kita harus menyesuaikan diridengan berbagai norma dalamkelompok kerja maupun masyarakat.Menurut Syaykh, sosialisasi terhadapsikap hidup toleran dalam berbagaibidang kehidupan (agama dan lain-lain),itu berlangsung seumur hidup.Sosialisasi terhadap kehidupan toleranitu merupakan proses yang tak hentihentinya, dan terus mencari danmendapatkan yang lebih baik. Terusberlangsung seumur hidup umatmanusia.Prinsip Hidup BeragamaSyaykh al-Zaytun menegaskan bahwaberinteraksi dengan jiwa toleran dalamsetiap bentuk aktivitas, tidak harusmembuang prinsip hidup (beragama)yang kita yakini. Menurutnya,kehidupan yang toleran justru akanmenguatkan prinsip hidup (keagamaan)yang kita yakini. “Segalanya menjadijelas dan tegas tatkala kita meletakkansikap mengerti dan memahami terhadapapapun yang nyata berbeda denganprinsip yang kita yakini. Kita bebasdengan keyakinan kita, sedangkan pihakyang berbeda (yang memusuhisekalipun) kita bebaskan terhadap sikapdan keyakinannya,” Syaykhmenjelaskan.Syaykh mengemukakan dialogdisertai deklarasi tegas dan sikap toleranyang telah dicontohkan oleh Rasulullahdalam Q.S. 109: “Wahai orang yangberbeda prinsip (yang menentang).Aku tidak akan mengabdi kepada apayang menjadi pengabdianmu. Dankamu juga tidak harus mengabdikepada apa yang menjadipengabdianku. Dan sekali-kali akutidak akan menjadi pengabdipengabdianmu. Juga kamu tidakmungkin mengabdi di pengabdianku.Agamamu untukmu. Dan agamakuuntukku.”“Prinsip yang telah dibela olehRasulullah sangat jelas, dengansentuhan deklarasi yang tegas.Sedangkan prinsip yang harus dipegangoleh mereka yang berbeda(penentangnya) juga dijelaskan dengantegas. Namun diiringi dengan sikaptoleransi yang sangat tinggi: Kamu padaprinsipmu dan aku pada prinsipku.Yakni sepakat untuk berbeda,” jelasSyaykh.Menurutnya, sikap tegas penuhtoleran, tanpa meninggalkan prinsipseperti itu dilaksanakan pada saatmasyarakat lingkungannya tampildengan budaya represif, yang sistemsosialnya dalam proses tidakmenghendaki perubahan, bertahandengan struktur yang ada (morfostatis).Sedangkan Nabi Muhammad sawtengah memulai pembentukankelompok (formation group) menujuperubahan. Ternyata sikap toleransangat menentukan proses terjadinyabentuk serta perubahan atauperkembangan suatu sistem maupunstruktural atau penyederhanaannya(morfogenesis).Sikap toleran, kata Syaykh,membuahkan kemampuan yang sangatsignifikan dalam menetapkan pilihanyang terbaik. Mampu mendengarberbagai ungkapan dan menyaring yangterbaik dari pada semua itu.“Sikap toleran juga melahirkanSyaykh alZaytunmenegaskanbahwaberinteraksidengan jiwatoleran dalamsetiap bentukaktivitas, tidakharus membuangprinsip hidup(beragama) yangkita yakini.Menurutnya,kehidupan yangtoleran justruakanmenguatkanprinsip hidup(keagamaan)yang kita yakini.Mars Universitas Al-Zaytun berkumandang di Gereja GPIB Koinonia, Jakarta foto: berindo wilson
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42