Page 36 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 36


                                    36 BERITAINDONESIA, Desember 2008LENTERALentera36Menurut Syaykhal-Zaytun,toleransi yangmerupakankeyakinan pokok(akidah) dalamberagama, dapatkita jadikansebagai nilai dannorma.Menurut Syaykh al-Zaytun dalamKhotbah Idulfitri 1 Syawal 1424 H/25November 2003 M, toleransi harusditegakkan sebagai keyakinan pokok(akidah) dalam beragama. Itumaknanya, pengamalan toleransi harusmenjadi suatu kesadaran pribadi dankelompok yang selalu dihabitualisasikandalam wujud interaksi sosial. Toleranmaknanya, bersifat atau bersikapmenghargai, membiarkan pendirian,pendapat, pandangan, kepercayaan,kebiasaan, kelakuan, dan lain-lain yangberbeda atau bertentangan denganpendirian sendiri.Toleransi (toleran) dalam pengertianseperti itu, kata Syaykh, terkadangmenjadi sesuatu yang sangat berat bagipribadi-pribadi yang belummenyadarinya. Padahal perkara tersebutbukan mengakibatkan kerugian pribadi,bahkan sebaliknya akan membawamakna besar dalam kehidupan bersamadalam segala bidang, apalagi dalamdomain kehidupan beragama.Menurutnya, toleran dalam kehidupanberagama menjadi sangat mutlakadanya, dengan eksisnya berbagaiagama samawi maupun agama ardlidalam kehidupan umat manusia ini.Dalam kaitan ini, tutur Syaykh,Tuhan telah mengingatkan kepada umatmanusia dengan pesan yang bersifatuniversal, dalam Q.S. 42 A. 13: “Diatelah mensyariatkan bagi kamutentang agama, apa yang telahdiwasiatkan kepada Nuh, dan apayang telah diwahyukan kepadamu(Muhammad) dan apa yang telahdiwahyukan kepada Ibrahim, Musa,dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama danjanganlah kamu berpecah-belah dalamurusan agama.”Pesan lainnya terkandung dalam Q.S.3 A. 103: “Dan berpegang teguhlahkamu kepada agama Allah danjanganlah kamu bercerai-berai.”Pesan universal ini, menurut Syaykh,merupakan pesan kepada segenap umatmanusia tidak terkecuali, yang intinyadalam menjalankan agama harusmenjauhi perpecahan antarumatberagama maupun sesama umatberagama. Pesan dari langit inimenghendaki umat manusia itumemeluk dan menegakkan agama,karena Tuhan sang Pencipta alamsemesta ini telah menciptakan agamaagama untuk umat manusia, kehendakNya hanyalah jangan berpecah-belahdalam beragama maupun atas namaagama.Tegakkanlah agama dan janganberpecah belah dalam beragama, jelasSyaykh al-Zaytun, merupakan standarnormatif Ilahiyah, sebagai patokan bakuuntuk pembimbingan perilaku umatmanusia dalam beragama. Standar yangbersifat universalistik ini bermaknaruang lingkupnya berlaku di mana pundan kapan pun. Yakni umat beragamadalam berinteraksi antaragama wajibmengutamakan standar universal ini.Menurut Syaykh al-Zaytun PanjiGumilang, pengakuan adanya kekuatanYang Maha Tinggi, yaitu Tuhan Allah/God/Yahweh/Elohim, yang disertaiketundukan itu, merupakan fitrah(naluri) yang dimiliki oleh setiapmanusia. Kendati demikian, manusiatetap memerlukan adanya pemberiperingatan agar tidak menyeleweng darifitrahnya, mereka adalah para nabi danrasul.Panji Gumilang menjelaskan,perasaan tunduk kepada Yang MahaTinggi, yang disebut iman, atau i’tikad,yang kemudian berdampak pada adanyarasa suka (rughbah), takut (ru’bah),hormat (ta’dzim) dan lain-lain, itulahunsur dasar al-din (agama). Al-din(agama) adalah aturan-aturan atau tatacara hidup manusia yang dipercayainyabersumber dari Yang Maha Kuasa untukkebahagiaan di dunia dan di akhirat.Syaykh Panji Gumilang, berkhotbah di altar Gereja GPIB Koinonia, Jakarta foto: berindo wilson
                                
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40