Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 41


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2008 41LENTERAperdamaian,” tegasnya.Syaykh Panji Gumilang, yang olehTokoh Indonesia digelari PeloporPendidikan Terpadu dan TokohPembawa Damai, itu, menegaskan kitatidak boleh susut dengan cita-citapenyebaran damai. “Jadi apapun yangterjadi, proses atau pun evolusi pastiterjadi karena bangsa terdidik itumengalami evolusi diri dan evolusi citacita menuju yang lebih baik,” katanya.“Kami yakin dan seyakin-yakinnya,Indonesia entah itu dalam tempo yangsingkat atau tempo yang tidak terlalucepat, evolusi cinta damai ini akanbergerak dan sekat-sekat yang kitakhawatirkan tadi akan berubah. Kitaakan terus bergerak mereformasi bangsaini sendiri sampai menuju sesuatu yanglebih sempurna. Dan kehidupan initidak ada yang full stop, selamanyasemicolon, titik koma. Dan yangmemproses titik koma itu adalah kitapencinta damai ini, sehingga tatkala titikkoma di satu dekade A, di situ kitamerasakan damai.”Syaykh mengatakan prosesi toleransiseperti malam itu nampaknya bagi yangbelum pernah merasakan, itumerupakan baru kali pertama. Tapikami-kami dan kita-kita yang sudahmerasakan maka ini bukan kali pertama.Dan kala bangsa Indonesia merasakan,maka ini sesuatu yang lezat dalamkehidupan. “Mari kita positif thinkingdalam setiap bergerak menyampaikandamai dan kasih. Dan mari kita selalusenyum dalam menegakkan damai dankasih.” seru Syaykh Panji Gumilang.“Mudah-mudahan apa yang telah kitajalin ini akan semakin meluas danmenjadi panutan bagi bangsa Indonesiayang tersebar dari Sabang sampaiMerauke,” Syaykh Panji Gumilangmengakhiri. Acara pun dilanjutkandengan makan bersama dan ramahtamah di aula gereja. Di depan aulagereja itu pun telah terpampangspanduk ucapan Selamat Idul Fitri 1Syawal 1426 H. Mohon maaf lahir danbatin.Prosesi toleransi ini sudah pernahkami tulis di majalah ini (BeritaIndonesia). Namun setiap kalimembacanya kembali, terasa selalumemancarkan inspirasi (ilham) baruyang memicu proses penghayatan danpengamalan baru tentang kehidupanyang toleran dan damai sebagai aplikasidari prinsip-prinsip beragama.Al-Zaytun yang bermotto ‘PusatPendidikan dan Pengembangan BudayaToleransi dan Budaya Perdamaian’ inimemang benar-benar di-setting sebagailaboratorium toleransi dan perdamaian.Para pendiri, eksponen, guru dansegenap santrinya dipersiapkan menjaditeladan dalam aplikasi toleransi danpersaudaraan tanpa memandang latarbelakang dan perbedaan lainnya.Mereka menghendaki bangsa Indonesiabangkit dalam zona damai dandemokrasi (zone of peace and democracy).Mereka berkehendak kuatmengimplementasikan cita-cita parapendiri bangsa untuk bangkitnya sebuahbangsa besar dan negara besar,Republik Indonesia, yang bertujuan:Pertama, melindungi segenap bangsaIndonesia dan tumpah darah Indonesia;Kedua, memajukan kesejahteraanumum; Ketiga, mencerdaskankehidupan bangsa; dan, Keempat, ikutserta menjamin perdamaian dunia yangadil dan beradab.Tujuan yang diletakkan di atas nilainilai dasar: Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia, dan Kerakyatanyang Dipimpin oleh HikmatKebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan sertadengan mewujudkan suatu KeadilanSosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.Menurut Syaykh al-Zaytun dalamKhutbah ‘Ied al-Fithri 1 Syawwal 1429 H(1 Oktober 2008 M) bahwa nilai-nilaidasar negara Indonesia itu, sepenuhnyamerupakan ajaran Ilahi, yang dapatberlaku untuk semua rakyat dan bangsaIndonesia. Nilai-nilai dasar negara inimerupakan ideologi modern, untukmasyarakat majemuk yang modern,yakni masyarakat Indonesia.Karenanya, kata Syaykh, sebagainilai-nilai dasar yang modern, jugamenjadi ideologi yang dinamis; dimanawatak ideologi dinamis itu adalahterbuka. Konsekuensinya, seluruh nilaiyang terkandung di dalam konstitusi(UUD) negara sepenuhnya harusberlandaskan ideologi dan nilai-nilaidasar negara tersebut. Tafsir daripadanilai-nilai dasar negara yang bakusesungguhnya adalah konstitusi atauUUD negara. Karenanya, UUD menjaditidak relevan bahkan tidak valid bilabertentangan dengan nilai-nilai dasarnegara.Karena tafsir nilai-nilai dasar negarayang paling baku adalah konstitusi/UUD, maka menurut Syaykh, jikaindividu, kelompok, lembaga nonpemerintah maupun pemerintah yangbertindak, berlaku konstitusional, makaia adalah penjunjung dan pengamalnilai-nilai dasar negara, harus dihormatioleh siapapun warga bangsa ini.Sementara, bila kita berkaca padakondisi real Indonesia kini, agaknyamasih sangat perlu kesungguhan untukmewujudkan kerinduan para foundingfathers itu, agar Indonesia berdiri tegaksebagai bangsa besar dalam kesehariandan pergaulan dunia. Jangan sampaijustru kita mulai bertanya: Mampukahbangsa Indonesia mempertahankaneksistensinya?Jawaban utamanya ada dalam bidangpendidikan. Dan itulah yang ingindijawab oleh Ma’had Al-Zaytun yangkini tengah menapaki langkah menjadipilar dan simbol kekuatan kebangkitanperadaban bangsa ini. (BersambungBagian Ketiga)Umi dan putri mengapit Ibu Pendeta Rudy di Gereja GPIB
                                
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45