Page 54 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 54


                                    54 BERITAINDONESIA, Desember 2008prospek kesehatan, ukurannya bukan semakin banyaknya rumah sakit, dan semakinbanyak dokter spesialis. Ukuran keberhasilan kesehatan itu adalah semakin kosongnya rumah sakit karena tidak ada orangsakit,” katanya. “Tapi kalau jumlah orangsakit semakin banyak, penyakitnya semakinbertingkat, dokter spesialisnya semakinbanyak, kemudian kadar obatnya semakintinggi. Berarti gagal dunia kesehatan. Makanya menjadi dunia kesakitan,” jelasnya.Jadi bicara tentang kesehatan, menurutnya, itu bukan bicara tentang Puskesmas atau rumah sakit saja. Rumahsakit itu bengkel, pengobatan. Puskesmasmasih ada pencegahan. “Bicara tentangkesehatan adalah bicara tentang sistempembangunan yang sehat. Dari mulaisistem tata ruang, sistem tata wilayah, sistem pertanian, sistem peternakan, perikanan, perhubungan, kemudian kebinamargaan, keciptakaryaan, pendidikan,semuanya harus melahirkan sistem yangmasyarakatnya di situ sehat,” tegasnya.Menjawab pertanyaan berkaitan denganprogramnya berbasis desa, membangunbangsa dari kampung, seperti apa bangsaini dalam pikirannya? Mantan KetuaUmum HMI Cabang Purwakarta, inimenjawab: “Dalam pikiran saya, bangsa Indonesia itu dalam kebhinekatunggalikaan,dalam keragaman, dalam perbedaan.Kampung-kampung harus tumbuh menjadi kekuatan kampung. Punya integritaskebudayaan, punya integritas ekonomi,punya integritas politik, punya integritaspertahanan. Ini yang saya inginkan.”Ia sendiri ingin meneropong tentangPurwakarta, tentang Jawa Barat, dalam karakter kesundaannya. Karena menurutnya,kalau setiap orang mempertahankanlingkup kampungnya maka Indonesia akankuat. Kampung kita tidak lagi tercabikcabik. “Dan kalau saya, ingin melihatkeanekaragaman itu, perbedaan itu, orangtoleran satu sama lain, saling menghormatidan saling menghargai. Kultur itulah yangada dalam diri saya,” katanya.Dalam pemahaman Dedi, kebhinekatunggalikaan itu adalah bagian dari sunatullah yang tidak bisa terbantahkan. “Memang kita diciptakan berbeda. Karena kitadiciptakan berbeda, maka kita harus menghormati perbedaan itu,” katanya. „ CRS-BSRevitalisasi PerkeretaapianPemerintah ingin merevitalisasi perkeretaapian guna meningkatkan lintas ekonomi dansosial antar daerah sekaligus mengurangikepadatan jalan raya. Namun itu perlu prosesdan waktu.Kepadatan jalan raya akibat pertambahankendaraan umum yang tidak seimbang denganpembangunan jalan menjadi persoalan dihampir semua daerah di Indonesia belakanganini. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintahingin mempercepat pembangunan perkeretaapian untuk mewujudkan pelayanan angkutanpenumpang dan barang yang berdaya saingtinggi dan andal.Menurut Dirjen Perkeretaapian DepartemenPerhubungan, Wendy Aritenang, pada dasarnya pemerintah ingin menghidupkan kembalioperasional di track KA yang mati, seperti Padang-Bukit Tinggi, Yogyakarta-Magelang danbanyak lagi track yang tersebar di tempat lain.Lintasan Bogor-Sukabumi, misalnya, sangatdiperlukan masyarakat agar bisa beroperasilagi. Maka revitaliasi lintasan kereta api (KA)Bogor-Sukabumi sepanjang 57 km menjadi target pemerintah baru-baru ini. “Ada skala priotitas dan paling utama yang dibutuhkan pengguna jasa KA,” tutur Wendy menjelaskan.Dikatakan, lintasan ini merupakan alternatifuntuk mengatasi kemacetan jalan raya antaraBogor-Sukabumi. Dari segi efisiensi waktu,Bogor-Sukabumi yang selama ini ditempuhdengan kendaraan umum sekitar 3-4 jam,namun dengan KA akan bisa dipersingkatmenjadi 1-1,5 jam saja atau bisa menghematwaktu hingga 70%.Lebih rinci, Wendy menjelaskan, di sampingmengurangi tingkat kepadatan jalan raya,pertimbangan revitalisasi lintas Bogor-Sukabumi adalah kebutuhan transportasi untuk meningkatkan lintas ekonomi dan sosial keduadaerah dan sekitarnya, baik jangka pendek,menengah dan panjang. “Jangan melihat darisisi business to business, tapi nilai strategisdemi meningkatkan pertumbuhan bagi masyarakat setempat. Itu perhatiannya,” katanya.Lintasan Bogor-Sukabumi ini adalah jalan reljenis R33 dengan bantalan kayu/besi danbeberapa stasiun. Akan tetapi dengan tidakdifungsikannya KA di lintasan ini selama kuranglebih 3 tahun, sedikit banyak berpengaruhterhadap kondisi infrastruktur, baik tanah,jembatan dan rel. Bahkan, lingkungan masyarakat sekitar. Wendy mengakui, tidak beroperasionalnya KA itu merupakan kealpaaninstansinya dan masyarakat di sekitar jalur itu.Menyinggung evaluasi tahun 2008 soalpembangunan lintasan ini, Wendy mengungkapkan, apa yang telah dikerjakan satuankerja (satker) sudah bagus, baik dari sisi kualitas pekerjaan maupun kuantitas dan efisiensiwaktu. Hal itu tidak lepas dari perencanaanmaupun pelaksanaan serta kontraktor yangmelakukan pekerjaan secara profesional.Menanggapi revitalisasi lintasan KA ini, WakilKetua Komisi V/DPR-RI, Yoseph Umarhadimengatakan, dihidupkannya kembali lintasanBogor-Sukabumi merupakan langkah strategis.Komisi V menurutnya sangat mendukung revitalisasi itu. Karena menguntungkan bagi rakyatdan menghasilkan rantai ekonomi dan pertumbuhan yang signifikan khususnya bagi keduadaerah itu.Prasarana, seperti rel ukuran R33 secara bertahap perlu diganti dengan R54. Memang untukmengganti rel, diakui memerlukan biaya yangcukup tinggi. Rata-rata 1 km memakan biaya sekitar Rp 7 miliar. Sehingga untuk revitalisasilintasan Bogor-Sukabumi ini dibutuhkan danaantara Rp 400-Rp 500 miliar, itu belum termasukrevitalisasi stasiun.“Maka perlu diaudit dulu sejauh manakeandalannya, kami menilai dari sisi operasionalbelum siap. Tapi secara perlahan disosialisasikan dulu kepada masyarakat sebelum mengoperasionalkannya. Kondisi track memungkinkan, tapi tidak boleh lebih dari 30 km/jam. Apabisa dijamin dengan kecepatan yang terbatas,itu perlu bahan pertimbangan, bagaimanakeamanan dan kenyamanan bisa diandalkandengan menggunakan jasa KA. Dan perhatianlain, rumah-rumah yang berdekatan dengan relperlu dibuat pagar,” kata Yoseph.Kapan lintasan ini mulai aktif, menurut DirutPTKA, Ronny Wahyudi, akhir November 2008diharapkan sudah siap dioperasionalkan.Sosialiasi akan dilakukan jajaran Daop I Jakarta.Sedangkan mengenai kesiapan sarana, menurutDirektur Teknik Kereta Api, Darmawan Daud,saat ini sedang dipersiapkan satu seat (4gerbong) dan dioperasikan Bogor-Sukabumi (pp)dengan tingkat kecepatan 30 km/per jam. „ RIKERAJINAN: Identitas lokal masyarakatPurwakarta.BERITA PUBLIKfoto: dok. berindoWendy Aritenang
                                
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58