Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 63
P. 15


                                    BERITAINDONESIA, Januari 2009 15BERITA UTAMA9Desember 2008 M) di Kampus Al-Zaytun,Gantar, Indramayu, Jawa Barat, mengajak segenap lapisan dan komponenbangsa untuk menggalang solidaritasmengatasi krisis ekonomi global saat ini.Menurutnya, untuk mengatasi tantanganini, umat manusia mesti kembali kepadahakekat kehidupannya yakni saling bergandeng tangan menggalang solidaritas,yang kuat menolong yang lemah (BacaLentera).Syaykh al-Zaytun AS Panji Gumilangdalam khutbah bertajuk MenggalangSolidaritas Sesama Bangsa, menguraikanbahwa kini bumi yang dihuni berbagaibangsa yang tersebar dalam berbagainegara, secara serentak merasakan kesulitan. “Semua menyatakan bahwanegara-negara yang ada masuk dalamkrisis yang menakutkan,” katanya.Ternyata, ujar Syaykh al-Zaytun, kesusahan, kesulitan, maupun krisis ini terjadijustru pada saat zaman semakin modern,sains teknologi semakin tinggi, dimanakrisis yang dihadapi umat manusia inibukan semakin tertanggulangi, namunjustru semakin meluas dan mendalam.Apa yang disampaikan oleh Syaykh alZaytun memang berdasarkan studi empiris. The Institute of International Finance(IIF), misalnya, yang beranggotakan 375lembaga keuangan dunia dan berbasis diWashington, Kamis (18/12/2008) menyatakan ekonomi global akan mengalamikontraksi 0,4 persen pada tahun 2009dengan pola resesi yang lebih sinkronsepanjang sejarah. Direktur Pelaksana IIFCharles Dallara menyebutnya sebagairesesi terburuk dunia. IIF menyebut resesiini terburuk sejak 1960-an dan tak terhindarkan. Injeksi dana yang dilakukan pemerintah dan otoritas moneter untukmencegahnya, ternyata tak bisa menolong, karena kerusakan serius sudahterlanjur terjadi.IIF menjelaskan resesi kali ini tidakdimulai dengan penurunan permintaanswasta atau pemerintah, tidak pula diawali dengan penurunan pasokan barang.Tetapi dimulai dengan kredit macetmassal dan global, kekacauan di sektorkeuangan. Sementara, studi empirismenunjukkan resesi karena kekacauansektor keuangan lebih besar potensinyamenjungkalkan perekonomian.Adanya pesimisme soal tahun 2009,tidak lepas dari krisis ekonomi yang mulaiintens melanda dunia sejak pertengahan2008. Bahkan Majalah Time pada edisi 27Oktober 2008, dalam salah satu rubriknyayang bertajuk Now the Real Pain Beginsmelaporkan bagaimana pesimisme bisnisbegitu meluas dari Hongkong, New Delhi,Reykjavick, (Iceland), Hitachi (Jepang),Paris sampai ke La Sagra (Spanyol).Majalah ini melaporkan, bagaimanakrisis keuangan global menekan bisnisgarmen di Hongkong, baik dari sisitekanan penjualan maupun kesulitanuntuk memperoleh kredit. Kemerosotanharga-harga saham di New Delhi padapusaran 45 persen telah menguras kekayaan para pelaku pasar, mengoreksipertumbuhan perekonomian India yangtadinya diperkirakan bertumbuh 9 persenmenjadi 8 persen.Jet Airways perusahaan penerbangandomestik terbesar India telah merumahkan ratusan karyawannya. Time jugamelaporkan riset industri di Prancismenunjukkan penurunan daya beli dankekhawatiran konsumen akan merosotnya ekonomi, telah menyebabkan penerimaan kafe dan restoran di Paris turunsekitar 20 persen tahun 2008. Hampir3.000 restoran tutup dan atau menujukebangkrutan di Perancis dalam waktu 6bulan tahun 2008.Pada sisinya yang lain, Time dalamedisinya yang sama, menurunkan ulasanlengkap tentang krisis keuangan globaloleh ekonom pemenang hadiah Nobeltahun 2001 - Joseph Stighliz. Dalamtulisannya bertajuk The Way Out: Howthe financial crisis happened, and how itmust be fixed (Jalan Keluar: Bagaimanakrisis keuangan terjadi dan apa cara untukmengatasinya), ekonom ini mengemukakan perekonomian AS dihadapkan kepadapersoalan serius: likuiditas, solvabilitasdan persoalan ekonomi makro. Persoalanini telah diekspor oleh AS ke seluruh duniadalam jaringan keuangan global yangnyaris tanpa batas.Sementara itu, dalam beberapa segi,krisis keuangan AS yang semula diyakinitidak akan berdampak pada Indonesia,berkembang cepat dan menularkan dampak melalui berbagai saluran transmisi:perdagangan, pasar modal, pasar uang,investasi, dan sektor riil.Para investor yang menanamkan modalnya pada sektor non-riil di Indonesiamulai menarik kembali dana-dana mereka yang tertanam di lantai bursa.Penarikan dana dengan denominasi matauang asing oleh investor tujuannya adalahmenutupi kerugian keuangan yang tengah9gisSeorang petani plasma dari Dusun Teluk KijingIII, Desa Teluk Kijing, Kecamatan Lais, KabupatenMusi Banyuasin, Sumatera Selatan, Rizal (52),misalnya, termasuk orang yang merasakanlonjakan penghasilan dari lahan kelapa sawitnyaseluas 8 hektare.Dengan penghasilan bersih rata-rata Rp 1 jutaper hektar (ha), setelah dipotong biaya pupuk dantenaga kerja, Rizal bisa memperoleh pendapatanRp 8 juta per bulan. Saat panen puncak,pendapatan Rizal bisa dua kali lipat.Namun sayang, Rizal dan kawan-kawan yangberkecimpung di dunia kelapa sawit, tidak bisalama-lama ‘berpesta’. Tren penurunan harga komoditas mulai terjadi sejak akhir Juni 2008 seiringdengan krisis keuangan global yang merambatke berbagai negara termasuk Indonesia.Kini, banyak pengusaha (petani) sawit dan karetyang terancam bangkrut akibat kegiatan produksimandek dan penjualan yang menurun tajam.Berkurangnya permintaan membuat harga sawit anjlok
                                
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19