Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 63
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, Januari 2009BERITA HIBURANfoto-foto: flickr.comJazzSehabis Gerimisakarta di penghujung tahun2008 dingin dikucur gerimismalam. Sejumlah perayaan jazzdihelat, menjadi intermezo penutup tahun yang manis. Asean Jazz Festival 2008 di Batam, misalnya. Acara yangterbilang besar itu melibatkan gengsibeberapa negara di lingkar Asean. Meskitetap saja acara yang dihelat di Batam,Kepulauan Riau pada Sabtu dan Minggu(22-23 November 2008) itu masih begitusamar-samar di khalayak kita.Sejumlah penampil kawasan Asean sengaja dihadirkan seperti Melissa Thamdan Tze (Singapura), Lewis Pragasam(Malaysia), Maribeth (Filipina) dan Mint(Thailand). Dari Indonesia sendiri sejumlah pelanggan jazz menjadi line upseperti Balawan Trio, JaQue Mate, GlenDauna Project, Ozenk Percussion, IndroHardjodikoro Trio, serta penyanyi mudaAndien dan Rieka Roslan.Sedangkan veteran jazz, Bob James menampilkan kuartet musiknya. TampilanBob James Quartet belum tergantikandaya sengatnya. Dengan perangkat TetsuoSakurai (bass), Jack Lee (gitar), GeneJackson (drum), tampilan piano Jamesbukan urusan lingkar kawasan Asean lagi,tapi sudah menjadi penanda musik inibegitu global dan sulit untuk dikotakiragam, dan, tentu dari mana daerahnyaberasal. Begitulah musik. Suara berubahjadi bahasa. Universal dan merubuhkanbanyak sekat.Andien sebagai salah satu penampiltentu senang bisa terlibat dalam hajatanbesar itu. “Campuran antara senang danterkejut. Bob James itu seperti legenda…Kami sekarang sepanggung,“ katanyadengan tawa meruah pada Berita Indonesia, Sabtu (29/11/08).Andien berkisah bagaimana hajatanjazz berskala internasional itu ramaidikunjungi orang dari pelbagai negara.Seperti bukan di Indonesia saja, katanya.“Mungkin karena letaknya di Batam, danberita acara ini santer sampai ke wilayahSingapura dan Malaysia,” tutur daracantik kelahiran 25 Agustus 1985 ini.Dipasangnya Andien sebagai penyanyimuda memberi spirit yang kuat bahwajazz adalah musik beragam kalangan.(Padahal sejak lahirnya musik jazz, padaera 1910-an silam di Amerika sana, spiritdari kaum muda memang punya perananyang besar). Munculnya pertunjukanmusik jazz di kampus-kampus juga bukancerita baru untuk membumikan jazzuntuk kaum muda.“Selain harmonisasi, tentu saja jiwa jazzitu juga terletak pada improvisasi. Itu dekat dengan anak muda,” ungkap IrengMaulana saat ditemui persiapan jelang JakJazz medio November 2008 silam. Jadi,jelas pintu kampus tidak hanya terbuka untuk genre musik rock dan pop yang lebihkentara saat ini. “Banyak pemusik jazz kitayang justru lahir dari kalangan anak kuliahan,” kata Ireng yang menjadi otak penyelenggaraan event jazz terbesar saat ini.Beberapa acara jazz lokal masuk kampus sepanjang tahun ini. Seperti yangterjadi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dalam kemasan acara UGM MandiriJazz 2008, Sabtu (18/10/08) yang memboyong sejumlah musisi seperti IdangRasjidi, Tohpati, Donny Suhendra (Krakatau), Dewa Budjana dengan sederet penyanyi macam Rio Febrian, Glenn Fredlydan Rieka Roslan. Acara yang digelar diGhra Sabha Pramana, UGM itu mencatatjumlah pengunjung sebanyak 4 ribu orang. Angka yang fantastis untuk senipertunjukan lokal.Idang Rasjidi yang menjadi salah satumotor dalam acara ini adalah musisi yangterbilang getol memasyarakatkan jazz.Sebelum acara tersebut, ia “mengujicobakan” sejumlah komposisi di Bentara Budaya Jakarta Jazz, Jakarta (15/10/08) dengan bendera Idang Rashidi Syndicate(IRS). Terdiri dari beberapa pemusik beliaseperti Sha’adu Rasjidi (bass), EddySyahroni (gitar) dan Mathhew Sayers(vokal), IRS ber-jam session dengan polajazz mainstream yang kuat. Setelah itupun Idang Cs mampir ke Tegal JawaTengah untuk unjuk aksi dalam hajatanMeski jazz Indonesiamasih belum selesaidalam pencarianbentuknya, akan tetapiperhelatan jazz di Indonesia sudah memilikikarakter yang kuat.JOpen Hands Project: Abraham Laboriel, JustoAlmario, Bill Maxwell dan Greg Mathieson diJakJazz 2008komunitas jazz di sana.Masih di dalam pagar kampus, JazzGoes To Campus (JGTC) 2008 sudahberlangsung 23 November 2008 di kampus Universitas Indonesia. Kendati hujansempat turun, ternyata tak membuat kisutsemangat 20 ribu pengunjung memadatiacara yang sudah digelar ke-31 ini. Sejumlah nama lama dipadankan dengan namabaru. Mulai dari Ireng Maulana yangbangkotan, juga ada yang paling mengkilap seperti Tompi dan Maliq n d’Essentials, hingga nama yang paling freshseperti kelompok musik Bibus.“Main di panggung kampus punya cerita sendiri. Lihat mereka goyang kepala,lihat muka mereka menikmati musik, ituasyiknya. Mereka menjentikan jari, wah,itu luapan yang luar biasa. Seperti suntikan energi yang bikin saya jadi sepantaran dengan mereka saja. Ha-ha-ha.Dari dulu saya tidak pernah mikir dua kalikalau diajak main di kampus,” terangIreng Maulana yang kelahiran 15 Juni1944 ini.Seperti juga Ireng, vokalis jazz Tompimelihat ini sebagai ajak apresiasi yang menurutnya layak ditulari ke sejumlah kantung-kantung akademik lain. “Kalau lihatsendiri bagaimana jazz itu begitu diminati
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66