Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 63
P. 64


                                    64 BERITAINDONESIA, Januari 2009 foto: flickr.comBERITA HIBURANorang. “Saya mengutamakan spirit jazznya, ketimbang nama besar pemusiknya.Yang disuguhi jazz-nya, musiknya,” terangIreng.Hasilnya? Sold out! Demikian juga padapenyelenggaraan JakJazz edisi ke sepuluhkali ini, dengan mengusung tema besar “AWhole Lotta Jazz”, sejumlah aliran (subgenre) jazz menyuguhkan beragam jenisseperti fusion, nu-jazz, nu-wave, swing,cool, funk, bebop, blues, bossanova, soul,experimental, hingga blues. Semua tumplek-blek di delapan panggung. Kesemuanya bagai aliran sungai menyatu dalampembuluh muara. Aneka atraksi musiklebih enak dinikmati ketimbang menebakapa nama aliran jenis musiknya.Penampil yang paling menonjol adalahRay Harris and The Experience yang ekspresif melakukan manuver akrobatis saatmengolah keyboard. Seakan gaya freestyle yang dibawakannya adalah sirkusmusik. Bilah hitam putih bukan lagiditekan. Semua disapu habis, ditampitampi, dicocol seperti sedang bermainmain. Namun komposisi yang keluarmampu membius para penonton.Lalu ada duo pemusik elektrik asalJepang, Okino Shuya dan Okino Yoshihiroyang tergabung dalam bendera Kyoto JazzMasive. Mereka memindahkan lantaidisko jadi elaborasi jazz yang sesuai namanya, begitu masif. Racikan dari bunyidesing, gesekan pelat hitam, degumandown tempo, efek vokoder, loop-looppendek yang harmonis, ritme efek mekanis, dan entah apalagi jenis suara itu. Jikasemula sempat mengira-ngira jenis musikapa, malah membuat suasana tidaksentosa. Tapi percayalah, hanya telingayang bisa menerjemahkan rasa indahnya.Kedua DJ terkemuka asal Kyoto itu tidak sedang ingin berdiskusi. Yang merekabawakan bukan lagi jenis acid jazz (perpaduan jazz dan disko/elektrik). “Ini jazzberaliran nu-wave, atau apalah namanya.Anda boleh saja menamakan sendiri, jikaitu bisa membuat nyaman…” ujar Shuyadengan entengnya dari atas panggung.Penampilan istimewa lain adalah kehadiran kelompok Yellowjackets yang direndeng gitaris negeri sendiri, Tohpati. Parahadirin begitu menyorot penampilanTohpati. Lebih dari sembilan kompisisitanpa terasa. Malam sehabis gerimis takmembuat suasana menjadi dingin.JakJazz 2008 terhelat sudah. Jari telunjuk dan jempol melingkar. Sempurna, kata Ireng. Seperti malam sehabis gerimis.Setelah itu udara mulai sejuk. Seperti yangtelah dituangkan spirit JakJazz untuk hadirin Indonesia, dari sisi perhelatan, jazzdi Indonesia menunjukkan hal yang menyejukkan. Namun, tetap yang dibutuhkan adalah konsistensi tentang apa musik jazz itu. Jika perhelatan sudah terbilang sempurna, kini giliran para musisinya menentukan ruangnya sendiri. „ CHUSMasa Depan Film InPerfilman Indonesia mulai menunjukkan kegairahannyakembali. Industri perbukuan menjadi salah satu penentuarah perkembangannya di masa mendatang.aban ada waktu rehat, KangAbik (32) nyaris tak bisa menggubris puluhan orang yang merubung dirinya. Kali itu bukanlah acara peluncuran buku. Ia dansejumlah tim sedang mengaudisi pemeran untuk film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novelnya denganjudul yang sama.Sebagai penulis novelnya, Kang Abikyang bernama lengkap HabiburrahmanEl Shirazy bersikap aktif. Berbeda dengan penggarapan Ayat-ayat Cinta, kaliini Kang Abik ikut mengadon proses praproduksi, termasuk mengkonsep audisidan menyeleksi ribuan pelamar untuklima peran dalam film terbarunya itu.“Film kedua dari novel saya ini, akanada sentuhan saya sebagai author-nya.Bagaimanapun, saat saya membuat karakter dalam novel ini saya mempunyaipegangan bagaimana wujudnya nanti.Saya ingin pemain dalam filmnya mendekati spirit dalam tokoh novelnya,”katanya pada Berita Indonesia beberapabulan silam.Sebelum Kang Abik, Andrea Hiratapenulis tertalogi Laskar Pelangi jugabegitu. Ia memperlihatkan keterlibatannya selama proses pra-produksi. Andreameminta setting-nya di Pulau Belitung,begitu pun para pemain ciliknya harusorang asli Belitung.Selama tahun 2008, film Ayat-ayatCinta dan Laskar Pelangi menjadi duasengatan di layar perak. Keduanya sudahsama-sama tembus angka lebih dari 4juta penonton. Setelah judul tersebut,keduanya siap berbagi jadwal untuk filmlanjutan karya novel mereka. Andreadengan Riri Riza tengah menggodokSang Pemimpi. Imam Tantowi didapukKang Abik untuk menggarap KetikaCinta Bertasbih. Andrea masih punyatiga judul, dan Kang Abik punya duanovel lagi yang sedang mencari celahjadwal produksi.Bisa dipastikan, selama tahun 2009sampai 2011 mendatang, peran merekaberdua tidak hanya menjadi motivatorbagi para sineas lain untuk memproduksi film untuk lebih baik lagi. Tapi, diindustri buku mereka adalah penyelamat dunia penerbitan.Penerbit Bentang di mana buku Laskar Pelangi diterbitkan, tadinya adalahpenerbit alit dari Yogyakarta yang sempat kolaps sebelum akhirnya diambil aliholeh Mizan Group. Bentang sebagai penerbit yang memproduksi buku sastra,seni dan humaniora ini juga ikutanmemproduseri Laskar Pelangi ke dalambentuk film. Sedangkan Penerbit Republika berkolaborasi dengan yayasanBasmalah dan FLP berhasil membuatekspansi pasar yang lebih luas untukbuku islami semacam Ayat-ayat Cinta.Film AdaptasiSaling kerling antara dunia film dannovel bukan perkara baru. Dunia film diBarat telah mencatat kisah petualanganDorothy Gale di negeri Oz dianggap lompatan paling besar dari dunia aksara kelayar perak. Buku cerita The Wizard ofOz yang diterbitkan sejak 1902 (bahasaInggrisnya) sudah diproduksi lebih lebihdari 483 juta eksemplar. Hingga kininovel yang ditulis Frank Baum itu sudahditerjemahkan ke dalam 32 bahasa diseluruh dunia.Unesco dan The National Film Registry juga mencatat film The Wizard of Ozsebagai film terpuji yang bermuatanpendidikan sepanjang masa. Bahkan,sebelum versi terakhirnya buatan tahun1938 yang paling memukau, The Wizardof Oz pernah dibuat sebanyak enam versisebelumnya.Menjelang pergantian milenium silam, harian The York Times mencatat 25judul film yang menyelamatkan mukaperfilman Amerika. Dasar penilaiantersebut dengan perimbangan estetika,nilai moral, spiritual cerita, nilai kebaruan, perimbangan industri antaraomset-kapital, dan tingkat keterimaandunia (popularitas) terhadap film produksi Hollywood tersebut.Tercatat 15 film dari 50 judul film yangdisebutkan berasal dari buku (fiksi dannon-fiksi). Ke-15 judul film adaptasitersebut menjadi salah satu sejarahkeberaksaraan Amerika dalam abaddigital. Dan pada kenyataannya, ternyatabuku-buku yang diolah dalam pitaseluloid itu memang punya wibawa dizamannya. Dipilihnya sejumlah juri darikalangan pendidik, praktisi industri film,kritikus /peresensi film independen,pakar marketing hiburan, pakar multimedia, dan akademisi membuat daftarS
                                
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68