Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 65
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, Maret 2009 37LENTERAmembangun Indonesia yang kuat adadalam bidang pendidikan. Pendidikanterpadu yang menjadikan pendidikansebagai gula dan ekonomi sebagaisemutnya. Dan, terbukti, masih hanyadalam sepuluh tahun keberadaannya,Al-Zaytun kini tengah menapaki langkahmenjadi pilar dan simbol kekuatankebangkitan peradaban dan kemajuanbangsa ini.Kami berkhidmat, belajar danmemperoleh inspirasi dari apa yangkami dengar dan saksikan di Al-Zaytun,tentang faktor mengapa Indonesiabelum bangkit menjadi bangsa besaryang disegani dunia. Antara lain, bangsaIndonesia begitu lamban menyadarikeberadaannya sebagai bangsa yangBhinneka Tunggal Ika. Dalam hal ini,barangkali, para elit politik,cendekiawan dan pemuka agama yangbelah dan membangkitkan kebencian diantara umat. Sejarah mencatat,kesalahan terbesar penganut agamaadalah terjadinya perang antarumatberagama sebagai akibat penyebaraninterpretasi dangkal dan keliru tentangagama serta menonjolnya egoismegolongan.Maraknya konflik bernuansa agama dinegeri ini dan berbagai belahan duniasaat ini, merupakan tantangan besarbagi para elit politik, pendidik, danalim-ulama. Demi kedamaian masadepan perlu dicari model pendidikan(tidak hanya pendidikan agama) yangbukannya membentuk manusia menjadifanatik, eksklusif, dan intoleran,melainkan yang mampu melahirkanmanusia yang inklusif, toleranberpaham pluralisme, demokratis, sertajujur, lemah lembut, ramah lingkungan,(menghormati setiap perbedaan danmenjunjung tinggi nilai kemanusiaan).Mungkin sudah banyak lembagapendidikan yang teguh berpegang padatujuan esensial penyelenggaraanpendidikan seperti tersebut di atas.Dalam konteks ini, kami melihat bahwaAl-Zaytun pantas dikedepankan sebagaisebuah model lembaga pendidikan yangmemungkinkan bangsa Indonesiabangkit mencapai tujuannya, sebagaibangsa besar yang disegani dalamkesetaraan bangsa-bangsa di dunia.Al-Zaytun bahkan telah lebih dahulumenerapkan 5 (lima) kriteria pokok(globalisasi pendidikan) yangdirekomendasikan UNESCO (BadanPendidikan dan Sosial BudayaPerserikatan Bangsa-Bangsa) pada awalabad ke-21, yakni: learning how to think(belajar bagaimana berpikir), learningpaling patut dimintapertanggungjawabannya.Jangan-jangan para elit politiksengaja melakukan pendangkalaninterpretasi tentang kehidupanberbangsa dan bernegara hanya demikepentingan diri dan kelompoknya.Begitu pula para cendekiawan, janganjangan menjadikannya sebagai bahanperdebatan yang membingungkan dantak berkesudahan. Apalagi jika parapemuka agama, alim-ulama danrohaniawan terlarut dalam penyebaraninterpretasi dangkal dan keliru tentangagama.Adalah sebuah kesalahan besarapabila para ulama, rohaniawan, dancendekiawan menyebarkan ajaranajaran yang membingungkan, memecahtidak mudah marah, tidak salingmenyakiti, apalagi saling membunuh.Berlangsungnya proses penyebaraninterpretasi dangkal dan keliru tentangagama, kehidupan berbangsa danbernegara itu, bermuara pada terjadinyaproses pembodohan masyarakat.Sehingga kecerdasan kehidupan bangsapun tetap rendah. Dengan rendahnyakecerdasan bangsa, tentu akan semakinsulit mempertahankan eksistensi dankedaulatan, apalagi untuk mencapaitujuan bangsa: Indonesia yang kuat.Al-Zaytun memberi bukti tentangesensial penyelenggaraan pendidikanadalah membuat bangsa Indonesiacerdas (menguasai ilmu pengetahuandan teknologi) serta bijak (berpihakpada nilai kebenaran) dan bajikhow to do (belajar bagaimana berbuat),learning how to be (belajar bagaimanamenjadi diri sendiri), learning how tolearn (belajar bagaimana belajar), danlearning how to life together (belajarbagaimana hidup bersama).Hal ini tercermin dalam arah dantujuan pendidikan di Al-Zaytun yakni:ā€œMempersiapkan peserta didik untukberakidah yang kokoh kuat terhadapAllah dan syariatnya, menyatu di dalamtauhid, berakhlakul karimah, berilmupengetahuan luas, berketerampilantinggi yang tersimpul dalam bashthotanfil ilmi wal jismi, sehingga sanggup, siap,dan mampu untuk hidup secara dinamisdi lingkungan negara bangsanya danmasyarakat antarbangsa dengan penuhkesejahteraan dan kebahagiaan duniawiengikuti upacara di stadion olahraga Palagan KIBLAT: Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Prof. Dr. Ir. Radi A Ganymengatakan sebaiknya setiap kepala daerah (bupati, walikota dan gubernur) lebih dulu belajardari Al-Zaytun
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41