Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 65
BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 65BERITA BUKUpuan perempuan menjadi pelukis profesional. Katanya, “Dalam wadah ini kamimengkondisikan diri sebagai pelukisprofesional. Belajar melukis dengan benar,sesuai ilmunya. Ada guru khusus yangmembimbing. Selain itu juga rutin mengadakan seminar, workshop, tour melukiske sejumlah kota dan punya jadwal melukisyang tetap. Setidaknya perempuan pelukisitu tidak hanya menjadi sunday painters.”Subyek dan ObyekYang dimaksud “sunday painters” adalahanggapan bahwa kaum perempuan yangmelukis itu hanya di hari minggu. Konotasinya, melukis hanya untuk mengisi waktuluang. Pertemuan saban pekan untuk sekadarngumpul-ngumpul, membunuh waktu senggang daripada sekadar arisan atau bergunjing. “Kami sangat profesional. Bukanhanya melukis untuk indah, tapi yang layakdipamerkan, dan layak jual,” tambah Kartini.Sebagai contoh, dalam pameran dinegeri jiran yang baru saja lewat, sejumlahlukisan terjual dan sebagian lainnyadisumbangkan untuk malam amal (charity). Seperti ada keinginan yang kuat bagiIWPI untuk menepis anggapan miringtentang perempuan yang melukis.Siapa yang pernah melupakan sindiranpelukis besar, Basoeki Abdullah yangmengatakan bahwa, “Perempuan itu lebihcocok untuk dilukis daripada sebagaipelukis.” Pernyataan tadi berangkat darimitos dan sekaligus telah dijadikan mitostentang perempuan yang melukis.Dari sekitar 100 lukisan yang dipamerkan, “keindahan” perempuan benar-benarterungkap secara jelas. “Perempuanmemang menyukai keindahan, jadi tidakbisa dipungkiri banyak lukisan bertemabunga. Karena jelas, pelukis itu akanmelukis obyek apa yang dia senangi…,”ungkap Kartini yang pernah menjabatsebagai Konjen (Konsulat Jendral) Indonesia di Vancouver, Kanada itu.Selain lukisan tentang bunga dan pemandangan, juga terdapat sejumlah manusiadan aktivitasnya. Misalnya potret seorangpenenun songket, penari ronggeng Bali,sekumpulan ibu tani di sawah, pasartradisonal, seorang perempuan yang sedangberdoa, ibu yang mengajari anaknya dan lainsebagainya. Gaya realis - naturalis sangatmendominasi. Sehingga sosok perempuanyang muncul begitu jelas kentara. Sulit untuk menolak anggapan bahwa perempuanmemang terlalu indah untuk dilukiskan.Bedanya sekarang mitos bahwa “Perempuan itu lebih cocok untuk dilukis daripadasebagai pelukis” harus sedikit diluruskan.Setidaknya 38 pelukis dengan 100 lukisanyang dipamerkan di dunia internasional itusudah membuktikannya. CHUSOlok-olokPemanasan GlobalMichael Crichton menghadirkan isu pemanasan globaldalam fiksi. Novel yang terbit tahun 2004 ini telahmendapat kecaman sejumlah ilmuwan pendukungteori pemanasan global.ovel State of Fear (2004)karya Michael Crichton terbithanya berjarak dua pekansebelum tsunami berkekuatan9,3 skala Richter yang menerjang AsiaTenggara-Afrika, 26 Desember 2004silam. Rilisan novel di pekan pertamaDesember 2004 itu menjadi sejarahpaling mutakhir tentang perdebatanseru antara isu pemanasan global dansebuah karya fiksi.Crichton dalam novelnya mempertanyakan kembali keberadaan teoripemanasanglobal yang merebak sejak eramilenium dimulai. Duniaakademis danpendukungteori itu menyambutnyadengan polemik. Beberapawaktu berselang hening,lantaran ceritafiksi dalam novel tentang tsunami yang melanda Floridaitu menjadi aktual saat kawasan Aceh-SriLanka-IndiaThailand, bahkan hingga Maladewa dan Somalia (Afrika)diterjang gelombang tsunami terbesar selama 24tahun terakhir. Lalu perdebatan antarapendukung teori pemanasan globalmenghangat kembali. Bahkan Al Goredalam pidato di depan Komite GedungPutih, 21 Maret 2007 sempat menyindir novel Stete of Fear. Inilah kekuatansebuah novel yang kini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesiamenjadi Kondisi Ketakutan (GPU,2009).***Century City, Senin, 27 Septemberjam 09.45. Sudah hampir dua mingguEvans tak mendapatkan kabar dariMorton. Seingatnya dia belum pernahhilang kontak dengan kliennya sampai begitu lama (hal. 130). Dari sinilah“rasa” fiksi novel State of Fear bermula. Sejak mula halaman, Crichtonmeyakinkan pembaca inilah karya science fiction(SF) yang “memeriahkan” isupemanasanglobal. Dan sejak itu pula, narasi dalam sejumlah fakta,data, asumsidan peristiwayang berkaitandengan isu paling hangat separuh abad ini.Dalam halaman 54-55, misalnya, terdapat percakapantiga tokoh yangmembincangkan tentangperubahan suhu di paruhpertama abad20 di Islandia.Tiba-tiba melentinglah kalimat salah satu tokohnya, “semua itubohong.” Lalu bergulir pada penjelasantokoh lain, “kita mengamati fenomenapemanasan global yang disebabkangas-gas yang berasal dari rumahkaca. Padahal kita mengamati polaiklim lokal yang secara khas hanyaterjadi di Islandia dan tak ada sangNKREATIF: Ikatan Wanita Pelukis Indonesia(IWPI) rutin mengadakan seminar, workshop,tour melukis ke sejumlah kota

