Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 64
64 BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009BERITA PEREMPUANPerempuan Melukis PerempuanJelang seperempat abad, Ikatan Wanita PelukisIndonesia (IWPI) meretas ke negeri jiran dengankeindahan Indonesia.usim bunga telah tiba. Kabaritulah yang tersirat lewatsejumlah lukisan dalam tajuk pameran “Exotic Indonesia in Colour” di Kuala Lumpur mediobulan silam. Sejumlah lukisan bercorakbunga, dari iris, dahlia, mawar, anggrekbulan, serta lili merona beraneka warna.Ada juga beberapa lukisan pemandangan yang eksotis. Sudah barang tentupasti ada Bali. Selain itu juga ada pemandangan bukit Baliem, sungai Musi, persawahan Ciawi, panorama pedesaan,sungai, danau, dan suasana pasar terapung. Begitulah nuansa keindahan Indonesia direkam dalam 100 lukisan dari 38pelukis yang tergabung dalam IWPI digedung Soka Gakkai Malaysia yang terselenggara atas kerjasama Kedutaan Indonesia untuk Malaysia dan lembaga nirlaba, Soka Gakkai Malaysia.ProfesionalLaiknya lini bidang seni lainnya, seni rupajuga menyimpan gejolak gender di antarapara pelakunya. Dalam sejarah awal senirupa modern Indonesia, nama perempuanpelukis Indonesia masih terbilang langka.Baru di era 30-an, nama pelukis EmiriaSunassa, yang menjadi satu dari segelintirseniman yang tergabung dalam PERSAGI(Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Barulah di era 60-an, sejumlah nama pelukisperempuan mulai merebak di kancah senirupa Indonesia, sekadar menyebut beberapanama semacam Umi Dachlan, KartikaAffandi, Rulijati, dan Kustijah.Hingga era 80-an dan yang paling mutakhir, keberadaan perempuan dalam seni rupaterkhusus seni lukis sudah mengalamiperkembangan yang sangat pesat. Terlebihlagi sudah begitu banyaknya organisasisebagai wadah perkumpulan, juga sejumlahkantung budaya yang kerap menjadi penyaluran karya seni mereka.Satu di antara yang meretas di era 80-an adalah paguyuban yang dibesut empatorang perempuan pelukis Dewa Retno, SriYunnah, Yuriah Tanzil, dan Sri Robustina.Mereka berembuk ide di pertengahanAgustus 1985 hingga terbentuklah IkatanPelukis Wanita Indonesia (IPWI) yangakhirnya kemudian menjadi Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI).Jika tahun-tahun pertama pendiriannyadulu baru menampung segelintir ibu-ibusasak, kini anggota sudah mencapai 200 orang lebih yang tersebar di sejumlah kota besardi Indonesia, dari yang termuda berusia 18tahun hingga yang sepuh di usia 80-an.“Dengan berdirinya IWPI para perempuan pelukis berbagi informasi, danterutama wadah untuk menampungkreativitas. Dulu kita perempuan yangmelukis sering kebingungan, mau cariinformasi ke mana, bagaimana kalau mauikutan pameran…,” ungkap Kartini Sabekti, salah satu penggiat di IWPI.Pada September 1985, IWPI langsungmengadakan pameran perdana di gedungLingkar Mitra Budaya yang acaranyalangsung diresmikan oleh Ida Sukaman(alm.) sebagai wakil dari Menteri NegaraUrusan Peranan Wanita. Dan setelah itumeretaslah puluhan pameran bersamahingga menjelang usia seperempat abad ini.Kartini mengungkapkan keberadaanIWPI bertujuan mengkalibrasi kemamMfoto: dok IWPI

