Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 63


                                    BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 63BERITA DAERAHMenyedot Lumpur Sungai KayanPengerukan Sungai Kayan Kabupaten Bulungan ditudingtidak berhasil. Peralatan yang digunakan ditengaraisebagai penyebab. Padahal, proyek ini sudah menelanbiaya puluhan milyar rupiah.iapa bilang analisa mengenaidampak lingkungan (Amdal)untuk mengerjakan proyek pemerintah tidak diperlukan. Amdal memang, bukanlah segala-galanya.Tapi, jika terbukti suatu pekerjaan tidaksesuai dengan yang diharapkan, tak adatawar menawar, pelaksanaan sebuahproyek harus dikaji ulang. Itulah agaknya,yang kini menimpa proyek pengerukanDasar Alur Sungai (DAS) Sungai Kayan,Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.Proyek penyedotan lumpur yang dianggarkan tahun 2006/2007 telah menelan biaya sebesar Rp 48.884.000.000,-sehingga dinilai beberapa pihak hanyamenghambur-hamburkan uang saja. Inilantaran, menurut pengamatan beberapaLembaga Swadaya Masyarakat (LSM) diTanjung Selor, kapal penyedot lumpuryang digunakan kontraktor pelaksanasepertinya asal ada. “Kalau benar adalumpur yang disedot, dibuang ke mana?Sepanjang pinggir sungai yang dikerjakantidak ada bekas dan kalau pun ada,jumlahnya tidak maksimal,” kata DjamalGodal, pengurus LSM Nurani BangsaWilayah Utara Kaltim, di Tanjung Selor.Proyek pengerukan itu sendiri, dilakukanPT Permata Hati Samarinda. Areal pengerukan berada di 12 titik atau sepanjang21 kilometer (km) menyusur alur sungai,dari muara Sungai Kayan sampai di TanjungSelor. Dan kelak, jika proyek ini selesai,diharapkan alur pelayaran kapal akan lancardari dan ke ibukota Kabupaten Bulungan.Tentu tidak itu saja, kota tua bekas Kesultanan Bulungan ini pun akan terhindardari banjir setiap hujan lebat di hulu.Gubernur Kalimantan Timur sendirirupanya tanggap dengan kondisi sungaiyang dulunya dapat dilayari kapal-kapalbesar ini. Oleh karena itu, pelaksana dankonsultan proyek langsung ditunjukuntuk membenahi dasar sungai yangbermasalah dengan pendangkalan ini. Hanya saja, yang mengherankan, PT Permata Hati yang ditunjuk - sebelum mengerjakan proyek besar itu dipercaya mengerjakan proyek pengerukan lumpur diSungai Buaya di sekitar lokasi PDAM Tanjung Selor. “Anggarannya Rp 1 milyar lebih. Padahal, belum selesai sudah ditinggal,” ujar seorang kontraktor lokal yangtidak mau disebut nama, menyesalkan.Pengusaha setempat juga diliputi keheranan. Banyak kalangan menilai penggunaan alat sedot lumpur yang dipergunakan kontraktor pelaksana tidak maksimal. “Sudah peralatan tidak cocok,dump area (lahan pembuangan, Red)juga jadi masalah,” kata seorang kontraktor asal Pulau Bunyu. Menurut pengusaha yang pernah mengerjakan pengerukan DAS sungai untuk dijadikan pelabuhan khusus Pertamina Bunyu ini, sebenarnya ingin memberikan masukankepada Bupati Bulungan. Namun, urungdengan berbagai pertimbangan.Permasalahannya sudah jelas, danpenyebabnya pun tidak perlu dicari-cari.Sebab, sejak proyek itu dikerjakan 1Desember 2006 hingga sekarang belumjuga rampung. Tapi, jika keterlambatanini disebut akibat peralatan, tidaklahbenar. Menurut Site Manager PT PermataHati, Opang Abdul Kohar, dari koordinatyang ditentukan, ada perubahan designdari pihak Perhubungan. Baik dari kualitas maupun kuantitasnya. “Beberapa titiksudah kami kerjakan. Hanya saja, kamiterbentur pembuangan lumpur. Masyarakat pemilik tanah keberatan jika lahannya dijadikan tempat pembuangan lumpur. Itu saja sebenarnya masalahnya,”katanya kepada S. Leonard Pohan dariBerita Indonesia Biro Tarakan.Di luar urusan mengenai peralatan yangdigunakan pelaksana proyek PengerukanDAS Sungai Kayan, ada pernyataanmenarik dari Asisten Dua PemerintahKabupaten Bulungan, dr Burhanudin,M.Si. Menurutnya, dana yang dibutuhkancukup besar sekitar Rp 80 milyar, sementara dari Provinsi Kaltim hanya Rp 48milyar. Itu pun diberikan secara bertahap.“Untuk pengerukan di bagian muara kitabutuh dana lagi sebesar Rp 61 milyar. Kitasudah melakukan survei di daerah pasangsurut alur pelayaran. Sementara untukpembuangan tanah, amdal dalam proyekini belum ada,” katanya.Lantas, sejauh mana kebenaran ketidakmauan masyarakat pemilik lahan dipinggir sungai yang disebut sebagai kendala? Menurut Pejabat Pengelola TeknisKegiatan Pengerukan Sungai Kayan, akandilihat dari NJOP. “Sebagian masyarakatmungkin keberatan jika ganti rugi berdasarkan NJOP karena lahan tambakyang sudah menghasilkan. Masalah inisudah kita ajukan penambahan biaya, dansudah disetujui,” katanya.Nah, biaya pembebasan lahan sudahada. Sekarang, tinggal kesiapan kontraktor pelaksana. Atau apakah masih adakendala yang dapat dijadikan dalih menunda pekerjaan raksasa ini. Dan, yangpasti masyarakat tidak mungkin menghalangi jalannya proyek. „ SLPSKapal penyedot lumpur di Sungai Kayan, Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Bulunganfoto: sl pohan
                                
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67