Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 12
12 BERITAINDONESIA, Oktober 2009 foto: daylife.comBERITA UTAMAKita Tak MauMeski kerap ditimpa bencana alam, bangsa ini seakantidak pernah mau belajar. Kurangnya pengetahuanmasyarakat menghadapi bencana, ditambah penanganankorban pascabencana yang selalu lamban, membuatsetiap bencana selalu menelan banyak korban.lam adalah ciptaan Tuhan yangsesungguhnya diciptakan untuk tujuan yang baik, yakniuntuk suatu kehidupan, bukanuntuk membinasakan atau mencelakakan.Sementara peristiwa alam seperti gempa,tsunami, gunung berapi, lumpur panas,puting beliung dan lainnya, diyakinihanyalah sarana Tuhan untuk menunjukkan kekuasaanNya, sekaligus suatu prosesmenuju keseimbangan alam. Manusiayang diberikan ‘hak’ untuk menguasaibumi, dibekali akal budi untuk mengenalidan mengantisipasi dampaknya.Bencana yang datang silih berganti melanda negeri ini, seharusnya sudah cukupjadi bahan pelajaran untuk mengenali setiap bencana, mulai dari memprediksi,mencegah, menghindari, dan tanggap seandainya korban berjatuhan. Dengan begitu, seharusnya suatu bencana di negeriini tidak harus menelan korban jiwabesar-besaran lagi, bahkan kalau bisatidak menelan korban sama sekali. Namun kenyataannya, hampir setiap terjadibencana, selalu menelan korban yangsangat banyak.Dua guncangan gempa di dua wilayahberbeda di Indonesia dalam bulan yangsama pada September 2009 lalu, yaknigempa berkekuatan 7,3 SR di Tasikmalaya2 September yang menelan korban jiwatujuh puluh orang lebih, dan gempaberkekuatan 7,6 SR di Sumatera Barat 30September dengan korban jiwa sekitar1.000 orang itu, seakan memaksa bangsaini kembali mengingat kenangan pahitakan bencana-bencana yang terjadi sebelumnya.Masih segar dalam ingatan akan peristiwa yang sama di Yogyakarta dan JawaTengah yang menelan korban jiwa mencapai seratusan orang pada 27 Mei 2006,juga pada peristiwa gempa yang diikutitsunami di Aceh dan Sumatera Utara pada26 Desember tahun 2004 yang menelankorban jiwa hingga dua ratus ribu oranglebih.Mengenang peristiwa-peristiwa itu,membuat kita bertanya-tanya mengapasetiap kali terjadi bencana di negeri ini,khususnya bencana gempa selalu menelankorban yang cukup besar. Hal itu ternyatakarena bangsa ini tidak mau belajar daripengalaman, kearifan lokal, dan mendengar nasihat orang tua. Artinya, jatuhnya korban yang begitu besar, lebihdisebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat danpemerintah tentang ancaman bencana.Banyak masyarakat misalnya belum tahubahwa daerahnya termasuk rawan bencana. Walaupun sudah tahu, banyak juga diantaranya yang belum memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengantisipasiagar bencana itu sendiri - seperti banjir,longsor dan kebakaran- tidak terjadi.Masyarakat juga kurang mengenal tandatanda suatu bencana akan terjadi, sertakurangnya pengetahuan tentang bagaimana beradaptasi dengan alam, sepertimembuat artsitektur bangunan sesuaijenis ancaman bencana.Jika satu bencana hendak terjadi,banyak juga yang belum tahu bagaimanamemberikan peringatan dini. Kemudian,jika bencana sudah terjadi, masyarakatbelum banyak yang tahu bagaimana caramenyelamatkan diri. Dan terakhir, penanganan pasca-bencana juga masih terkesan lamban akibat belum adanya satulembaga yang terorganisir dan terkoordinasi dengan baik untuk menanganibencana.Mengenai kelemahan ini, banyak pihaklain juga mengatakan hal senada. Relawanbencana Farid Faqih dalam diskusi Polemik Penanganan Gempa di Jakarta (3/1) misalnya, mengatakan meski telahsering ditimpa bencana alam, pemerintahtidak pernah belajar dari pengalaman tersebut. Penanganan korban-korban bencana alam tetap saja tidak maksimal danmenyeluruh. Apa yang dilakukan menurutnya masih jauh dari harapan. Belumbelajar dari gempa terdahulu tentangprosedur.Dengan kemajuan teknologi sekarangini, dimana beberapa jenis bencana seperti gempa dan gunung berapi sudah bisadiprediksi kira-kira kapan dan menimpadaerah mana saja, ditambah lagi denganpengalaman selama ini, sebenarnya jikabangsa ini mau belajar, banyaknya korbandalam beberapa kali bencana itu mungkinakan bisa diminimalisasi.Khusus mengenai gempa misalnya,BelajarABencana selalu menyisakan duka yang mendalam, tap