Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 15


                                    BERITAINDONESIA, Oktober 2009 15BERITA UTAMAkerapatan sengkang satu sama lain bisasekitar 5 cm. Namun, patokan yang benar,batu untuk campuran beton yang dipergunakan harus tak bisa lolos. Kalauukuran kerikil batu sekitar 2 cm, mau takmau kerapatan sengkang tak lebih dari 2cm.Metode lain membuat rumah tahangempa adalah dengan pembentukan balokbeton fleksibel. Balok beton fleksibel tidakmenyatu dengan lapisan dinding, tetapihanya dihubungkan dengan pelat baja.“Ketika terjadi gempa, struktur balokbeton fleksibel itu dibebaskan bergerak.Namun, lapisan dinding dipertahankantidak bergerak supaya terhindar darikeretakan,” kata Hengki.Dari semua metode itu, pada prinsipnya, bangunan atau rumah tahan gempaitu menggunakan material yang ringan,tetapi kuat. Logikanya, ketika terpaksaharus runtuh akibat gempa, strukturbangunan dari material ringan itu tidakakan sampai mematikan.Setelah masalah bangunan, belumadanya pengetahuan masyarakat mengenali tanda-tanda akan terjadinya suatubencana – mengabaikan kearifan lokal -juga menjadi penyebab banyaknya korban. Mengambil peristiwa tsunami diAceh 2004 lalu sebagai contoh. Setelahgempa, ketika itu dikabarkan sempatterjadi air surut untuk beberapa saatsebelum kemudian terjadi tsunami. DiThailand misalnya, gajah-gajah diberitakan sempat panik dan menjauhi pantai sebelum terjadi tsunami. Jadi jika masyarakat menyadarinya saat itu, mungkinkorban tidak sebanyak itu. Setiap kalihendak terjadi bencana, khususnya gempa dan tsunami, diyakini sebelumnyasudah muncul tanda-tanda. Namun,masyarakat mungkin yang kurang memberikan perhatian.Kekurangmengertian memberikanperingatan dini dan bagaimana caramenyelamatkan diri saat terjadi bencana,juga diperkirakan menjadi salah satufaktor terbesar penyebab jatuhnya banyakkorban. Contoh minimnya pengetahuanmasyarakat menghadapi gempa bisadilihat dari pengalaman saat terjadinyagempa Tasikmalaya berkekuatan 7,3 skalaRichter, (2/9) lalu. Ketika itu, banyakmasyarakat tidak mengerti sama sekalibagaimana menghadapi gempa, dan tidaktahu pula perkembangan informasi apayang sedang dan akan terjadi berikutnya.Dikabarkan, ketika itu, ada pengelolagedung tinggi di Jakarta dengan tanpamenyadari risiko yang sangat mematikan,memerintahkan semua penghuni kantorberlantai 30-an itu untuk segera turun kebawah melalui tangga darurat. Sepertipengalaman Ridwan (34) yang bekerja dibilangan Jalan Sudirman, Jakarta. Karenaperintah manajemen gedung yang berteriak-teriak dari pembesar suara menyuruh seluruh penghuni gedung untukturun, Ridwan pun turun terpontangpanting dari lantai 30 sampai ke bawah.Padahal menurutnya, dia tadinya hanyaingin berlindung di bawah meja saja.Kepanikan yang menimbulkan kesesakan di tangga serta jauhnya jarak dariatas ke bawah malah menimbulkan risikobaru yakni membuat banyak orang yangpingsan dan shock. Menurut catatanBadan Penanggulangan Bencana Nasional(BPBN), jumlah korban shock dan pingsan bahkan luka-luka di berbagai gedungsaat itu lebih dari belasan orang, di samping banyak korban lainnya yang tidaktercatat karena tidak mendatangi rumahsakit dan buru-buru pulang ke rumah.Mengingat kejadian itu, Ridwan jugamerasa bingung tentang panduan siapaseharusnya yang diikuti jika kejadianserupa terjadi lain waktu. Berdasarkanpanduan yang diedarkan oleh sejumlahinstitusi resmi, jika ada gempa, semuaorang yang berada di dalam ruanganharus mencari tempat penyelematan dibawah meja untuk menghindar darihantaman benda-benda yang mungkinjatuh akibat guncangan. Tapi Ridwantidak tahu bagaimana jika sedang didalam gedung bertingkat.Yang membuat dia merasa aneh juga,sebelumnya, ada pengakuan dari IkatanArsitek Indonesia (IAI) dan Asean Chartered Profesional Engineer Coordinating(ACPEC) yang menyatakan konstruksigedung-gedung bertingkat di Jakartamasih dalam kondisi aman sebab padaumumnya konstruksi gedung dibuattahan gempa hingga 10 skala Richter. Tapijika itu benar, dia heran mengapa manajemen gedung meneriakkan agar semuaorang untuk turun lewat tangga darurat.Terkait dengan apa tindakan masyarakat saat terjadinya bencana, Prof Dr IrJan Sopanheluwakan dari LIPI berpendapat, perlu disiapkan skenario evakuasiyang bisa menjadi pedoman masyarakatuntuk tindakan yang harus diambil setelah terjadinya bencana. “Semisal, jikaseseorang berada di satu lokasi pada saatgempa. Dia tahu kemana harus bergerakuntuk menyelamatkan diri,” ujarnya.Kurangnya informasi yang jelas pascagempa Tasikmalaya, juga dikabarkansempat membingungkan beberapa pihakdi Jakarta. Kebingungan itu terjadi karenaada informasi menyebut akan terjadigempa yang lebih besar sehari kemudian.Tidak hanya ada di satu dua mediamassa, tapi rumor itu begitu kencangnyaterdengar lewat SMS, instant messenger,gubur jenazah korban gempa yang ditemukan oleh timLULUH LANTAK: Tim penyelamat mencari korban di antara reruntuhan Hotel Ambacang yanghancur oleh gempa
                                
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19