Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 16
16 BERITAINDONESIA, Oktober 2009BERITA UTAMAilustrasi: dendyfacebook maupun twitter. Bunyinyaantara lain “Mohon waspada — menurutsumber di BMKG sekitar jam 13 atau 14WIB akan terjadi gempa yang lebih besardari kemarin”. Informasi itu dikabarkansempat membuat pusing sejumlah sekolah, karena mereka diperhadapkan padapertanyaan apakah harus memulangkanmurid-murid atau tetap melanjutkanpelajaran secara penuh.John, salah seorang pengurus sebuahsekolah internasional di Jakarta sebagaimana dirilis www.pelita.or.id mengakubigung menghadapi situasi saat itu. Diamengaku tidak bisa membuka websiteBMKG (Badan Meteorologi, Klimatologidan Geofisika), dia juga mengaku mencoba menghubungi telepon yang terterapada alamat BMG, tapi juga tidak adayang menjawab, padahal harus ada keputusan apakah harus segera memulangkananak-anak atau tidak. Sementara itu,berbagai sekolah internasional yang ditelepon juga ternyata memberikan tanggapan yang beragam. Ada yang memulangkan murid-murid, ada juga yangbertahan. Gandhi School misalnya, mengaku sudah memulangkan anak-anak.Sementara sekolah internasional Jepangberjalan seperti biasa. Sekolah lain yangmereka tanya juga menurutnya ada yangmemulangkan tapi ada juga yang tidak.Tak mau termakan rumor, John mengaku juga mencoba mencari informasi keberbagai pihak, bahkan mempostingkanbeberapa pertanyaan serupa di sejumlahsitus publik, termasuk di Kompas online,tapi di sana juga sudah banyak pertanyaanyang sama, namun sama sekali tidak adajawaban dari BMKG atau instansi terkait.John mengaku benar-benar kesalmenghadapi situasi saat itu. Setelah takmenemukan jawaban, mereka katanyaakhirnya memutuskan untuk mengikutsekolah Jepang saja, karena negara itumereka anggap punya info bagus tentanggempa karena punya pengalaman panjangsoal gempa.Belakangan, ketika informasi gempasusulan itu dikonfirmasi ke BMKG, KepalaBalai Besar II BMKG Suhardjono membantah pernah memberikan informasiakan terjadi gempa lebih besar. Lebihlanjut Suhardjono menjelaskan, untukmemprediksi akan terjadinya gempa,harus ada 3 pertanyaan yang bisa dijawabsekaligus, yaitu di mana, berapa besar dankapan. Pertanyaan di mana dan berapabesar bisa dijawab, tapi pertanyaan kapantidak akan pernah bisa terjawab. Kalausoal lokasi gempa, jelas bisa dilihat daripergerakan lempengnya, pergerakan bisadihitung. Kemudian pelepasan energinyaberapa besar juga bisa dihitung. Tapikalau waktunya, menurut Suhardjono,tidak bisa diprediksi.Tapi terlepas dari itu, masalahnyaadalah bagaimana masyarakat bisa mendapatkan jawaban BMKG seperti itu saatdibutuhkan. Seharusnya, setelah negeriini sekian kali menghadapi bencana alam,khususnya gempa, sudah ada badan yangbertugas memberikan pelayanan informasi publik terhadap masalah seperti ini.Setidaknya, seperti kata John, telepon ituada yang menjawab, atau website itu bisadiakses, dan diberikan infomasi yangterbaru terus-menerus.Terakhir, penanganan korban olehpemerintah, khususnya pemerintah daerah, juga tidak sistematik sehingga berjalan lamban. Untuk tanggap daruratmisalnya, kepala daerah tidak pernahdilatih soal prosedur, distribusi bantuan,prosedur evakuasi korban, penangananpengungsi, kesehatan korban, dan lainlain. Kelemahan akibat tidak terlatihnyapemerintah daerah tentang manajemenbencana ini juga dianggap menjadi salahsatu faktor yang membuat banyaknyakorban jiwa pada setiap bencana.Kembali mengambil gempa SumateraBarat sebagai contoh, seperti diberitakan,banyak korban yang diduga masih hidupbeberapa saat setelah gempa, namun