Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 17


                                    BERITAINDONESIA, Oktober 2009 17BERITA UTAMAakhirnya meninggal karena terlambatmendapat pertolongan. Di samping itu,distribusi bantuan juga dianggap tidakmerata, dimana beberapa daerah terisolasi hingga beberapa hari pascagempatidak tersentuh.Mengenai kelemahan pemerintah ini,Farid Faqih mengatakan hal yang sama.Menurutnya, banyaknya korban disebabkan karena pemerintah tidak mempunyaiSOP penanganan bencana. Selain itu, Indonesia juga tidak mempunyai gergajibeton ataupun alat-alat berat lain untukmengangkat bangunan-bangunan yangroboh. Padahal jika bangunan tersebutcepat dibereskan akan banyak jiwa yangdapat diselamatkan.Ia juga menyayangkan proses evakuasikorban masih menggunakan anjing pelacak yang berasal dari luar negeri. Seharusnya pihak polri menurutnya dapatmelatih sendiri anjing pelacak yangdimilkinya, dengan begitu dapat segeradiketahui dimana tempat korban yangbelum ditemukan.Selain itu, pemerintah yang juga belummembuat maping daerah rawan bencana,membuat penanganan bencana menjaditidak maksimal karena tidak adanyapersiapan penanggulangan bencana.“Semuanya baru dilakukan saat bencanatelah datang. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau Jakarta yangdilanda gempa,” ucapnya.Hal tersebut, menurutnya tidak bisadibiarkan lebih lanjut. Pemerintah harussegera membuat undang-undang danKepres penangananan bencana. Denganbegitu, ketika terjadi bencana, semuabantuan telah siap dan korban dapatsegera mendapat pertolongan. “Kalausudah ada undang-undang dan Kepres,presiden dan wakil presiden tidak perlulagi mengadakan rapat koordinasi. Bantuan dapat segera diberikan dan tidakasal,” ucapnya.Melihat penanggulangan pascabencanadalam rangka mengurangi penderitaankeluarga korban, termasuk dalam penyaluran bantuan masyarakat yang selama iniselalu mengalami kendala, kiranya pemerintah juga perlu membuat langkah terencana serapi dan secepat mungkin,mulai dari penyaluran bantuan, rehabilitasi stabilisasi dan pemulihan sosialekonomi, kemudian pembangunan rumahsementara, hingga rumah permanen.Terkait hal ini, Prof Dr Ir Jan Sopanheluwakan berpendapat bahwa dalampenanganan tanggap darurat bencanagempa, diperlukan skenario evakuasi yangilmiah guna meminimalisir jumlah korban. Menurutnya, pengurangan jatuhnyakorban harus dilakukan mulai dari antisipasi sebelum terjadinya gempa. “Intinyabagaimana memanej kemampuan wargayang terpapar bahaya gempa tersebut. Dengan mengurangi risiko, sampai tindakantanggap darurat. Contohnya dengansimulasi keadaan terjadi gempa, yaknipada saat dan setelah gempa,” katanya.Menurutnya, perlu didirikan pusatpusat evakuasi gempa di titik-titik yangdipetakan sebagai lokasi aman gempa.Yakni di dataran-dataran tinggi dengankapasitas yang besar. “Ini juga pentingsebagai lokasi evakuasi jika terjadi tsunami. Masyarakat bisa bergerak mengamankan diri ke situ,” katanya.Ditambahkan, ke depannya juga diperlukan langkah-langkah untuk membangun kembali kawasan yang kenagempa. Perlu adanya penataan ruang yanglebih aman terhadap gempa. Intinya,harus diambil sisi positif dari suatubencana, yaitu untuk penataan ruang yanglebih baik dan aman dari bencana.Menyadari kelemahan dalam menghadapi bencana seperti disebutkan di atas,maka jika bangsa ini tidak rela korbankorban baru kembali berjatuhan, kiranyamasyarakat dan pemerintah tidak mengulur-ulur waktu lagi untuk belajar tentangbencana. Para orangtua diharapkanmemberikan pendidikan kepada anakanaknya, pemerintah juga lebih serius danrutin memberikan penyuluhan kepadamasyarakat. Dan dalam beberapa hal,seperti upaya untuk meminimalkan kebakaran hutan dan longsor, penegakanhukum pengelolaan hutan dan izin mendirikan bangunan yang selama ini masihsetengah hati mutlak harus dilakukan.Di atas segalanya itu, kepada masyarakat hendaknya lebih ditanamkankesadaran agar lebih rendah hati kepadaalam, lebih bersahabat, dan lebih bertanggung jawab. „ MS, BHSSIMULASI: Warga Aceh berhamburan keluar menuju tempat yang lebih tinggi saat simulasi sekaligus menguji sistem peringatan dini tsunamiyang dilakukan di Banda Aceh, 14 Oktober 2009.foto: daylife.com
                                
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21