Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 74
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, Februari 2010LenteraL ENTERA44bisa saling mengerti dan memahamidalam semangat toleransi yang jujur danikhlas. “Dengan ini, mudah-mudahanlahada bibit-bibit yang baik untuk terang dikemudian hari,” harapnya.Pendeta Hutahaean menyatakanbahwa Pesantren Al-Zaytun ternyatasangat bersahabat. Jauh dari apa yangada dalam bayangnya sebelumnya, yaknisebuah nuansa pesantren biasa dengansarungnya, serban, celana yang setengahtanggung, jambang panjang dansebagainya.Keramahtamahan para eksponenAl-Zaytun sendiri, menurutHutahaean, sangat luar biasa. “Sayapikir orang Kristen saja banyak yangtidak begitu ramah. Di sini, naiktangga saja kita dibimbing, turuntangga pun kita dikasih tahu,”katanya.Setelah mengunjungi Al-Zaytun,Hutahaean meyakini telah mendapatbibit-bibit persaudaraan danpersahabatan hakiki. “Mungkin inilahbibit-bibit persaudaraan yang tidak bisadilupakan. Umur saya sekarang sudah63 tahun. Ya mungkin, di umur sayayang saat ini, saya melihat ada bibitbibit yang indah di negara kita ini.Semoga ada Al-Zaytun-Al-Zaytun yanglain di berbagai tempat di negeri ini.Untuk bisa menyatukan kita di negaraini. Untuk bisa sama-sama hidup dansama-sama bersukacita di negara ini,”katanya.Pada saat bertemu dengan Syaykh alZaytun AS Panji Gumilang, pendetaResort HKBP Tebet ini mengungkapkanrasa haru saat mendapat ucapan selamatHari Natal dari Al-Zaytun pada tanggal23 Desember 2009 lalu. Ketikamendapat kartu Natal tersebut, diamengaku sangat terkejut dan haru,karena baru sekali itu menerima ucapanselamat Natal dari sebuah pesantren.Mendapat ucapan selamat demikianistimewa, lalu pada kebaktian malamNatal tanggal 24 Desember 2009, diapun membacakan ucapan selamat Natalitu dari podium. ‘‘Waktu sayaberkhotbah pada malam Natal yangdihadiri sangat banyak jemaat, sayabaca langsung kartu ucapan selamatNatal itu dari atas mimbar, karena halitu ditujukan untuk semua umat Kristen,“ akunya.Dengan ucapan Natal itu, diamengaku hatinya sangat bersuka cita.“Karena selama ini, mulai dari tahun2004, kalau saya tidak lupa, padamalam Natal itu sering kali kami waswas, jantungan. Apa nanti yang akanterjadi?” ungkapnya.Dengan kedatangan kartu Natal itu,perayaan Natal 2009 itu pun, sungguhdirasakannya berbeda dengan perayaantahun-tahun sebelumnya. Dia mengakuhatinya begitu damai. Sebab, padatahun-tahun sebelumnya, dia dan umatKristen lainnya kadang dibayangbayangi rasa takut akan adanya terorbom dan lainnya.“Pada tahun 2005, misalnya, adaselebaran gelap yang menyebut Natalberdarah. “Kami merasa terancamsemua. Tapi Natal 2009 ini, kok lain.Ada datang ucapan selamat Natal daripimpinan pesantren. Itu sangat luarbiasa bagi saya sendiri. Dan di hati saya,ada damai saat itu,” kata Hutahaeanjujur.Menikmati buah dari toleransi yangditanamkan Al-Zaytun itu, PendetaHutahaean pun sangat mengharapkanadanya Al-Zaytun-Al-Zaytun yang lainlagi di berbagai tempat. “Itulah, kamisangat bergembira. Yang menjadipertanyaan sekarang adalah, apakah adaZaytun-Zaytun di tempat lain. Apakahcuma di sini saja. Karena kami sangatmerindukan untuk hidup rukunbertetangga. Baik rumah, gereja, masjiddan sebagainya. Kami sangatmerindukan. Itulah yang sangat kami(orang-orang Kristen) rindukansebenarnya. Karena sampai saat inikami seolah-olah was-was di negara ini.Apakah kami warga negara kelas dua?Itu yang sering kami renungkan,”ungkapnya saat menyampaikan ucapanterimakasih atas sambutan Syaykh PanjiGumilang bersama eksponen Al-Zaytunlainnya.Ditanya tentang pandangannyatentang toleransi beragama di IndonesiaSemoga ada AlZaytun-Al-Zaytunyang lain diberbagai tempat dinegeri ini. Untukbisa menyatukankita di negara ini.Untuk bisa samasama hidup dansama-samabersukacita dinegara iniSyaykh Al-Zaytun dan Umi Farida Al Widad saat diulosifoto-foto: dok berindo
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48